Judul buku : Aku Ingin Menjadi Peluru
Pengarang : Widji Thukul
Widji
Thukul
merupakan salah satu penulis puisi yang jarang sekali dikenal.
Masyarakat lebih mengenal dengan kata-kata “hanya ada satu kata, Lawan!”. Buku
kumpulan pusis Widji Thukul sendiri memang sudah sulit di temukan kembali.
Beberapa orang sangat mendukung buku kumpulan ini. Widji Thukul sendiri
sekarang keberadaanya tidak ada yang mengetahui, ia menjadi korban praktek
penghilangan orang pada masa orde baru. Atau ia hanya melarikan diri dan
mencari ketenangan pasca masa orde baru. Banyak kontroversi keberadaan Widji
Thukul. Salah satu pendukung Widji
Thukul adalah alm. Munir yang nasibnya teragis yaitu harus
mati diatas pesawat saat ingin pergi keluar negeri. Munir menulis
sebuah esai untuk Widji Thukul.Sebagai apresiasi atas karya-karyanya yang
selama ini membangun semangat untuk terus menyadarkan masyarakat.
Karya Widji Thukul
sangat mudah dipahami dan di baca. Bahasanya ringan dan kita dapat dengan cepat
menangkap apa yang Widji Thukul maksudkan. Karyanya banyak menceritakan tentang
kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya berubah menjadi menentang pemerintah.
Mungkin ia menjadi salah satu pengerak dalam bidang seni agar sadar bahwa
pemerintah yang sebenarnya. Melalui karyanya Widji Thukul terus menyadarkan dan
menjadi sebuah titik arus balik. Pembaca sangat menikmati dan bernostalgia
tentang kenangan-kenangan masalalu di dalam karyanya.
Dibawah ini adalah
karya Widji Thukul yang akan saya analisis. Sebuah teknologi yang sangat
canggih pada masanya sekarang berubah menjadi sangat kuno.
Aku Berkelana di Udara
Aku
berkelana di udara
Singgah
di gelombang-gelombang radio
Di
udara kalian tak bisa mendusta
Gelombang
radio tak bisa dibungkam
Dengan
senjata
Di
udara tak ada pembredelan
Disana
menteri luar negeri
Mentri
penerangan dan presiden
Tak
bisa ngomong seenaknya
Di
udara seribu suara berbicara
Kalian
tak bisa menyeragamkannya
Ketika
meletus peluru laras senapan
Gemanya
menyebar ke sudut-sudut benua
Kekejaman
dikabarkan kepada berjuta warga dinua
Kebusukan
menyebar siapa bisa menguburnya?
Di
udara penguasa seperti Raja Telanjang
Tua
tambun dan menggelikan
12
november 96
Puisi ini menceritakan tentang sebuah kekuatan yang
susah dibungkam oleh kekuasaan pada masa itu. Melalui gelombang-gelombang
radio, rakyat mendengar
apa yang sedang terjadi. Bukan hanya berita, hiburan pun ada. Dalam karya Widji
Thukul yang lain pernah di tulis. Salah satu hiburan yaitu dagelan. Gelombang
radio adalah sebuah alat komunikasi satu arah, dengan frekuensi tertentu kita
bisa mendengarkan orang-orang mengudara dengan bebasnya. Berbicara tanpa takut
diketahui siapa dirinya yang sebenarnya. Pada tahun itu radio merupakan sebuah
alat untuk menggerakkan masyarakat agar mengetahui sebenarnya apa yang terjadi
di seluruh dunia. Siaran gelombang radio tidak hanya bisa mencapai pulau lain
tetapi bisa mencapai benua-benua lain. Pemerintah takut untuk bertindak
seenaknya, karena kesalahan sedikit saja bisa disiarkan keseluruh dunia.
Mengutip dari puisi di atas “di udara penguasa
seperti raja telanjang” yang di maksud raja telanjang di sini adalah penguasa
seperti di permalukan oleh rakyatnya sendiri. Tetapi para penguasa dengan gagah
beraninya tetap ingin berkuasa. Kata raja telanjang sendiri di ambil dari
sebuah dongeng karya HC Andersen. Bercerita tentang seorang raja yang ingin
tampil berbeda di hadapan rakyatnya dengan memakai pakaian yang indah. Raja
kali ini ingin memakai pakaian yang khusus, di buat oleh seorang penipu ulung.
Raja tidak mengetahui bahwa itu adalah tipuan. Kata penipu hanya orang yang
pintar dan berilmu tinggi bisa melihat pakaian yang di kenakan raja. Seluruh
staf krajaan mengagumi, dalam hati mereka tertawa dan bingung. sampai suatu
ketika raja sendiri tersadar dan dipermalukan oleh rakyatnya sendiri.
Pada saat itu radio memang populer dikalangan kelas
menegah atas sampai ke rakyat yang sering mendengarkan di warung kopi. Radio
sendiri sulit dilacak sinyalnya, oleh karena itu mengudara melalui radio
merupakan jalan yang aman untuk menggerakkan rakyat menuju Indonesia yang lebih
baik. Banyak fakta-fakta yang diungkapkan di radio agar rakyat mengetahui dan
tidak tinggal diam.
Teknologi yang merupakan sebuah senjata untuk
menggerakkan sekarang sudah jauh tertinggal oleh teknologi yang lebih canggih
lagi. Internet merupakan teknologi yang jika tidak di kontrol oleh pemerintah
bisa menjadi senjata paling berbahaya. Terlebih sekarang semua kalangan pasti
sudah mengetahui dan mengerti fungsinya. Selain menjadi berbagi informasi
merupakan alat media sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar