AKTUALISASI TOKOH DIVA DALAM NOVEL
SUPERNOVA:
KESATRIA, PUTRI, DAN BINTANG JATUH
KARYA DEWI LESTARI “DEE”
MAKALAH
Disajikan
Pada Diskusi Mata Kuliah Kajian Prosa
oleh
:
1. Arya Sudrajat 1110013000052
2. Vivi Lutfiyani 1110013000062
3. Wulandari Nur Fajriyah 1110013000073
\
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN
SYARIF HIDAYATULLAH
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis,
sehingga makalah yang berjudul “Aktualisasi Tokoh Diva dalam Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh” dapat diselesaikan.
Selanjutnya
penulis mrnyampaikan terima kasih kepada Novi Diah Haryanti, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Kajian Prosa, yang telah menjadi pembimbing penulis dalam penulisan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari
sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan penulis. Namun demikian, penulis telah berusaha
sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian
kata pengantar ini penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan yang
terdapat di dalam makalah ini penulis mohon maaf. Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Ciputat,
10 Juni 2013
Peneliti
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2
D. Tinjauan Pustaka............................................................................................ 2
BAB II AKTUALISASI TOKOH DIVA DALAM
NOVEL SUPERNOVA: KESATRIA, PUTRI, DAN BINTANG
JATUH KARYA DEWI LESTARI “DEE”
A.Biografi
Pengarang......................................................................................... 5
B.
Latar Belakang Lahirnya Novel Supernova.................................................. 6
C. Sinopsis ......................................................................................................... 9
D. Analisis Novel Supernova:
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
Karya
Dewi Lestari “Dee” Melalui Pendekatan Objektif.................................. 11
E.
Aktualisasi Tokoh Diva dalam Novel Supernova
Supernova: Kesatria, Putri,
dan Bintang Jatuh Karya
Dewi Lestari “Dee”................................................... 28
BAB III PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan
ragam sastra bentuk novel sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1920an. Salah
satu novel yang muncul dalam perkembangan kesuastraanan Indonesia adalah novel Supernova: Kesatria, dan Bintang Jatuh.
Novel ini muncul pada tahun 2001 dan telah mengalami cetak ulang dan berganti
cover pada tahun 2012. Novel tersebut merupakan salah satu novel pembaharu
dalam kesuastraan Indonesia, karena Dewi Lestari menawarkan gagasan mengenai science fiction yang sebenarnya telah
berkembang jauh sebelumnya di dunia Islam, Ibn Thufail (1106-1185) lewat
karyanya, Kayy Ibn Yaqzhan yang berhasil menintegrasikan anatomi, astronomi,
dan filsafat Islam sebagai naluri, intuisi, dan akal murni tokoh Hayy.[1]
Novel merupakan salah satu bentuk refleksi
dari kesadaran mental pengarang terhadap nilai yang hidup dan berkembang di
tengah-tengah masyarakat karena novel tidak pernah lepas dari sistem sosial
budaya yang melingkupinya. Dengan demikian, suatu fenomena sosial dapat menjadi
salah satu unsur sebuah novel. Setiap novel sebagai cipta sastra pada umumnya
mempunyai kandungan amanat tertentu. Artinya, pengarang berusaha mengaktifkan
pembaca untuk menerima gagasan-gagasannya tentang berbagai segi kehidupan.
Begitupula dalam novel Supernova: Kesatria,
dan Bintang Jatuh, Dewi Lestari telah berhasil mendeskripsikan sebuah
gambaran kehidupan manusia yang saling terhubung dalam sebuah jaring, sesuai
dengan simbol pada cover novel supernova cetakan terbaru 2012.
Unsur-unsur
intrinsik seperti tema, tokoh, setting (latar), dan konflik merupakan unsur
yang penting dan tidak bisa dilepaskan dari sebuah karya sastra termasuk novel.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan menganalisis unsur intrinsik dalam novel
Supernova: Kesatria, dan Bintang Jatuh.
Selain unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga turut berperan dalam proses menganalisis
suatu karya sastra. Namun unsur ekstrinsik yang membangun tersebut selalu
berkaitan dengan unsur intrinsiknya.
1
2
Dari unsur
intrinsik novel Supernova: Kesatria, dan Bintang
Jatuh menghadirkan tokoh netral yang berperan sebagai Bintang Jatuh. Bintang
Jatuh, yang bernama Diva mewakili konsep tokoh netral yang dihadirkan dengan seseorang
yang sudah mampu mengaktualisasi diri. Aktualisasi merupakan tahapan-tahapan
kebutuhan seseorang yang telah mencapai pada tingkatan yang atas karena telah
memenuhi seluruh tingkatan yang ada di bawah. Seseorang dianggap mampu
mengaktualisasi dirinya jika ia mampu memaksimalkan potensi yang ada pada
dirinya. Ia telah mampu melewati tahap-tahap fisiologis, rasa aman, sosial, dan
penghargaan yang ada pada kehidupannya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
menganalisis “Aktualisasi Tokoh Diva dalam Novel Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dee”,
dengan menggunakan teori hirarki kebutuhan manusia yang sering disebut
aktualisasi diri menurut Abraham Maslow.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
unsur-unsur intrinsik pembangun novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh Karya Dee?
2. Bagaimanakah
aktualisasi diri tokoh Diva dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh Karya Dee?
C. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana unsur-unsur
instrinsik pembangun novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dee dan mendeskripsikan
aktualisasi tokoh Diva dalam Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dee.
D.
Tinjauan Pustaka
1.
Penelitian
Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh pernah dilakukan oleh Khusnaini Prihananto mahasiswa jurusan bahasa
dan seni, FKIP, UNS tahun 2012. Penelitian tersebut untuk membuat skripsi
dengan judul “Analisis Strukturalisme Genetik Novel Supernova Episode Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) keterkaitan antar unsur
3
intrinsik novel Supernova karya Dewi Lestari; (2) pandangan dunia pengarang tentang
novel Supernova karya Dewi Lestari;
(3) nilai-nilai yang terkandung di dalam novel Supernova karya Dewi Lestari. Penelitian ini berbentuk deskriptif
kualitatif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik. Metode yang
digunakan adalah metode diAlektik. Sumber data adalah novel Supernova Edisi Kesatria, Putri dan Bintang
Jatuh, serta informasi hasil wawancara dengan pengarang novel, pemerhati
karya-karya Dewi Lestari dan artikel-artikel dari internet. Sampel dalam
penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik analisis dokumen dan
wawancara mendalam. Validitas data menggunakan teknik triangulasi teori,
triangulasi metode dan triangulasi data. Teknik analisis data dilakukan dengan
proses analisis mengalir (flow model analysis), karena analisis bersumber dari
novel. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada keterjalinan
antarunsur instrinsik dalam novel Supernova
Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh;(2) Pandangan dunia Dewi Lestari dalam
novel Supernova Kesatria, Putri dan Bintang
Jatuh, adalah pandangan dunia moral, pandangan cinta kasih, pandangan
sosial budaya, dan pandangan sains; (3) nilai-nilai yang terkandung dalam novel
Supernova Kesatria, Putri dan Bintang
Jatuh, adalah nilai moral, nilai cinta kasih, nilai sains, nilai sosial
budaya, nilai politik, dan nilai psikologi.[2]
2.
Lembaga Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Airlangga “Aspek Sains Dalam Novel Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang Jatuh”
Mochamad Ali, S.S., M.A.; Ida Nurul Chasanah, S.S., M.Hum; Dra. Adi Setiyowati,
M.Hum. 2004. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diAlektika fiksi
dan non fiksi dan merepresentasikan aspek-aspek sains dalam novel Supernova
Episode Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (Supernova 1) melalui hubungan
intertekstualitas. Penelitian ini menggunakan metode content analysis melalui
pembacaan heuristik dan hermeunitik. Metode ini menekankan pada kedalaman
pemaknaan terhadap teks sastra tersebut. Melalui metode ini, peneliti
4
menentukan dan
mengembangkan fokus tertentu, yaitu intertekstualitas sains dan fiksi dalam
novel Supernova 1, secara terus menerus dengan berbagai hal di dalam sistem
sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara garis besar beberapa indikasi
yang ditemukan dalam teks Supernova 1 memperlihatkan adanya dialektika antara
fiksi dan non fiksi. Indikasi-indikasi tersebut misalnya ditemukan dalam cover,
judul, metode penulisan ilmiah dalam fiksi seperti pemakaian footnote,
pencantuman bibliografi dan indeks serta kata pengantar, dinamika tokoh,
rangkaian kejadian yang membentuk alur, penyebutan “keping”untuk mengganti
bagian atau bab. Aspek sains dalam Supernova 1 tidak sekedar tempelan, tetapi
direpresentasikan dalam struktur teks. Pentransformasian unsur-unsur sains
dalam nover Supernova 1 lebih bersifat afirmatif dengan hipogram yang diacu dengan
adanya beberapa ekspansi (perluasan). Unsur-unsur sains tersebut di antaranya
adalah ilmu astronomi, teori Chaos (meliputi Efek Kupu-Kupu Lorenz dan Geometri
Fraktal), teori Schrodinger, teori Koevolusi, dan teori Non Linier.
Representasi aspek sains dalam novel Supernova 1 berfungsi untuk memberikan
alternatif pembacaan dalam memahami teori-teori sains secara populer. Selain
itu juga menandai hadirnya proses pembelajaran baru dalam memahami teori-teori
sains melalui karya sastra. Supernova 1 menuntut pembaca untuk senantiasa
cerdas dan cermat dalam pembacaannya.[3]
BAB
II
AKTUALISASI TOKOH DIVA DALAM NOVEL SUPERNOVA: KESATRIA, PUTRI, DAN BINTANG
JATUH KARYA DEWI LESTARI “DEE”
A.
Biografi
Dewi Lestari “Dee”
Dewi
Lestari lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Ia merupakan anak keempat dari lima
bersaudara. Ia terlahir dari keluarga yang menurutnya “Batak banget”. Sang
ayah. Yohan Simangunsong, merupakan anggota militer yang memiliki ketertarikan
besar pada seni dan jago bercerita. Sementara ibunya, Tiurlan Siangin, adalah
ibu rumah tangga yang sistematis, intelektual, dan strict.[4]
Namun pada tahun 1995 Ibu Dewi meninggal dunia dalam usia 53 tahun karena
kanker usus ketika namanya sedang melambung dalam di trio penyayi RSD (Rida
Sita Dewi).
Nama
Dee melambung bersama Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, karya fiksi hasil produksinya sendiri pada 2001.
Fiksi perdananya itu dinominasikan dalam KLA (Khatulistiwa Literary Award)
2002. Dee yang dulu dikenal sebagai salah satu personel trio penyayi Rida Sita
Dewi (RSD) karena sejak kecil, Dewi Lestari aktif dalam paduan suara oikumene,
Glorify Lord Ensemble di Bandung. Di Gereja HKBP Bandung. Namun Dewi lebih dulu
akrab dengan tulis-menulis yang telah dimuat di majalah dan bulletin
sekolahnya, SMAN 2 Bandung.[5]
Sebelum
bergabung dalam trio RSD (Rida Sita Dewi), Dewi pernah menjadi backing vocal Iwa K, Java Jive, dan
Chrisye. Tidak heran Dewi yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
vokalis-vokalis grup lain. Selain terampil bermain piano, dia juga pandai
menulis. Itulah sebabnya lagu ciptaan Dewi berlirik puitis. Ya, dipengaruhi
oleh kegemarannya menulis cerpen dan novel.Sayangnya vokal Rida Sita Dewi (RSD)
bubar pada tahun 2003 setelah menghasilkan empat album, yaitu Antara Kita (1995), Bertiga (1997), Satu
(1999), dan The Best of Rida Sita Dewi
(2002).
Kemudian pada 12 September 2003 Dee menikah
dengan penyanyi Marcell Siahaan. Dari
pernikahannya tersebut, pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki
yang diberi nama Keenan Avalokita Kirana pada 5 Agustus 2004.
5
6
Pada tahun 2006
melalui wawancara dengan suaminya Marcell, “Gue sekarang Buddha, sebelumnya
Katolik. Gue, istri, dan anak beragama Buddha,”jelas Marcell Siahaan.[6]
Namun yang sebenarnya Dewi sudah menganut agama Buddha sejak Oktober tahun
2005. Hal tersebut dijelaskan pada Harian Seputar Indonesia yang menyatakan
Dewi lestari kini bukan lagi penganut Kristen. Sejak lima bulan lalu, penulis
Supernova ini sudah menjadi penganut Buddha. Melaui wawancara dengan tabloid
wanita terbitan Ibu Kota, Dewi mengungkapkan perjalanannya untuk menemukan
kebenaran dalam ajaran Buddha sudah berlangsung sejak lima tahun lalu. Rajin
mempelajari berbagai ajaran dan nilai agama-agama yang ada di Indonesia. “Aku
mempelajari Buddha tanpa prasangka. Sampai akhirnya aku jatuh cinta pada
Buddha,” kata Dewi.[7]
Pernikahan
Dee dan Marcell berakhir karena Dee menggugat cerai Marcell di Pengadilan
Negeri BAle Bandung pada 27 Juni 2008. Tak lama setelah percerainnya dengan
Marcell, Dee menikah
denganseorang pakar penyembuhan holistik, Reza
Gunawan pada 11 November 2008 di Sydney.
B.
Latar
Belakang Lahirnya Karya
Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh merupakan se-kuel
Supernova yang pertama karya Dewi Lestari “Dee” yang membawa nama Dee diakui
sebagai salah satu penulis negeri ini. Novel tersebut pertama kali diterbitkan
oleh Penerbit Trudee Books, Bandung pada 2001 sebagai cetakan yang pertama dan
2006 sebagai cetakan keenam.[8]
Kemudian mengalami cetak ulang dan pembaharuan cover pada tahun pada tahun 2012
ditebitkan oleh penerbit yang berbeda yaitu penerbit Bentang.
Ketika
kecil, Dewi adalah anak yang pendiam. Dewi jarang berbicara, ia lebih senang
melamun, berimajinasi, dan mengkhayal. Salah satu kebiasaan Dewi ketika kecil
sebelum tidur
7
ia akan menghabiskan
waktu dua jam untuk mengkhayal. Dibandingkan dengan saudara-saudaranya waktu
kecil Dewi kurang begitu suka membaca. Namun Dewi lebih suka membaca suatu
cerita yang begitu mengena dan berakar kuat dalam dirinya. “Jadi rasanya bukan
dari kuantitas, tapi dari kualitas bacaan yang aku temukan. Kalau memang
menyentuh, ia akan menggerakan aku untuk berkarya”. Contoh bukunya karya Enid
Blyton hingga cerita asal Jepang, seperti Candy-Candy,
dan Pop Corn.[9]
Dari karya-karya tersebut membuat Dewi melecutkan semangat menulis yang sedang
berkembang.
Terbitnya
novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh dikatakan lahir dari pertimbangan yang sangat konyol. “Aku menulis Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh tahun 2000, umurku dua puluh empat tahun dan aku pengin menjadikannya
sebagai kado ulang tahun ke dua puluh lima. Biasalah umur-umur dua puluh-an
yang penuh dengan idealism tinggi. Temanku ada yang diumur dua puluh enam punya
target harus pergi ke Kilimanjaro. Kalau aku, punya target di umur dua puluh
lima ingin menerbitkan buku.”[10]
“Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh selesai di bulan September 2000 dan aku ultah tanggal 1 Januari. Aku
tidak pede membawa Supernova: Kesatria, Putri,
dan Bintang Jatuh ke penerbit, mungkin ini sisa trauma karena faktor
penolakan-penolakan di masa muda. Aku juga sadar ini adalah manuskrip yang
tidak biasa pada saat itu. Aku berpikir, haruskah aku mengemis-ngemis ke
penerbit untuk minta diterbitkan? Lalu bagaimana menyakinkan penerbit bahwa ini
sesuatu yang beda tapi patut dicoba? Belum lagi ada antrean di penerbitan,
kalau harus mengirim ke penerbit dan menunggu antrean itu, bisa-bisa ulang
tahunku yang kedua puluh lima keburu lewat.”[11]
Dari
salah satu orang yang bekerja di penerbitan dan pernah Dewi temui di sebuah
acara, Dewi minta dijelaskan cara menerbitkan buku. Berdasarkan informasi dari
orang tersebut, Dewi menyimpulkan bahwa proses penerbitan buku ternyata tidak
sekompleks yang dibayangkan. Setelah menghitung tabungan, Dewi pergi ke
percetakan. Dari uang yang ia punya, Dewi mencetak 5.000 buku.[12]
8
“Sebenarnya
saat itu cenderung polos dan goblok, aku nggak tahu lima ribu buku itu sebanyak
apa dan aku juga nggak tahu siapa aja lima ribu orang di Indonesia yang mau
baca buku aku. Pokoknya targetnya untuk hadiah ulang tahun ke dua puluh lima.
Mau lima ribu buku itu habis ketika nanti aku ultah ke lima puluh pun aku nggak
peduli. Semua murni karena aku ingin menjadikan Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh sebagai hadiah ulang
tahun.[13]
Cerita dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh diperoleh lewat
penggalian informasi. Sumbernya beragam, mulai dari studi kepustakaan, wawancara
dengan sejumlah orang yang memiliki kedekatan dengan alur kisah, jugaa
pencarian lewar sarana internet. Bagi Dee, Supernova adalah sebuah konsep
integral yang bukan hanya terdiri dari kertas dan huruf. Harus ada ikon gaya
hidup di dalamnya. Saya peduli dengan symbol dan penampilan visualisasi dari
karya itu.[14]
Namun dibalik
itu semua Dewi yakin dan otimis dan mengatakan, “Ketika mulai menulis Supernova
tahun 2000, saya sudah feeling,
inilah buku pertama saya yang dipulikasikan.[15]
Beberapa
karya Dewi Lestari, yaitu novel pertama yang hanya ditulis delapan bulan namun sudah terpikirkan
konsepnya sejak lama yaitu, Supernova: Kesatria,
Putri dan Bintang Jatuh, dirilis 16 Februari 2001. Novel yang terjual
hingga 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari hingga kurang lebih 75.000
eksemplar. Kemudian Dee meluncurkan “Supernova
Satu” edisi Inggris untuk menembus pasar internasional ditemani penerjemah
yang sudah mahir dibidangnya yaitu Harry Avelin. Supernova
pernah masuk nominasi Katulistiwa
Literary Award (KLA) yang digelar QB World
Books. Bersaing bersama para sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto,
Dorothea Rosa Herliany, Sutardji Calzoum Bachri, dan Hamsad Rangkuti. Satu
tahun kemudiaan, Dee meluncurkan Supernova:
Akar pada 16 Oktober 2002. Kemudian pada bulan Januari 2005 Dee merilis Supernova ketiga, episode Petir. Kisah di novel ini masih terkait
dengan dua novel sebelumnya. Pada tahun 2006 Dee meluncurkan buku yang berisi
18 cerpen dengan judul Filosofi Kopi.
Filosofi Kopi
9
mendapatkan
anugrah terbaik tahun 2006 oleh majalah Tempo dan berhasil menjadi lima besar
Khatulistiwa Award dengan kategori fiksi. Kemudian pada Agustus 2008, Dee
merilis novel terbarunya yaitu Rectoversoyang
merupakan paduan fiksi dan musik, yang berisi 11 fiksi (cerpen) dan 11 lagu
yang saling berhubungan. Kemudian pada 14 Februari 2013 film ini diangkat ke
layar lebar.Pada Agustus 2009, Dee menerbitkan novel Perahu Kertas.Perahu Kertas
merupakan novel yang sangat berbeda dengan novel lain karena Dee yang sejak
awal mempersiapkan novel ini bukan hanya untuk dibaca namun sudah dipersiapkan
untuk dinikmati di layar.Kemudian pada 16 Agustus 2012 novel tersebut diangkat
ke layar lebar, disutradarai oleh Hanung Bramantiyo.Setelah menununggu hampir
delapan tahun akhirnya pada tahun 2012, Dee kembali mengeluarkan novel serial
Supernova keempat yang berjudul Partikel.
Kemudian karya yang kedelapan Dewi yaitu Madre
yang diterbitkan pada Juni 2011 oleh Penerbit Bentang dan kemudian pada Maret
2013 diangkat ke layar lebar.
C. Sinopsis
Supernova dengan judul “Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh”
karya dewi lestari ini dicetak dan diterbitkan kembali pada Maret 2012 oleh
penerbit PT. Bentang pustaka. Sebuah novel yang mengemas teori-teori fisika
dengan bingkai cerita yang menarik. Tidak hanya dapat dijadikan bacaan hiburan,
tetapi banyak pengetahuan yang kita dapat tentang bagaimana hidup yang
dikaitkan dengan teori-teori para pakar fisika, tentu saja memberikan efek
tidak biasa bagi para pembacanya.
Supernova mengemas cerita yang berawal
dari pertemuan pasangan gay antara Reuben dan Dimas. Pada hari jadinya yang ke
sepuluh, mereka merencanakan membuat sebuah novel, Dimas sebagai penulisnya dan
Reuben yang menjadi inspirator sekaligus cerita yang dibuat Dimas.
Di awal narator, Dimas menggambarkan
tokoh Kesatria. Kesatria diberi nama Ferre. Ferre merupakan seorang eksekutor
muda yang berbakat. Karena kemampuannya yang luar biasa ia mampu mengembangkan
perusahaannya sampai sukses. Namun, meski telah mencapai kesuksesannya dalam
berbisnis, Ferre belum menemukan pendamping dalam hidupnya. Ferre
10
selalu membayangkan sosok Putri dalam
hidupnya. Sosok Putri yang ia bayangkan seperti yang digambarkan dalam sebuah
dongeng yang dia temukan semasa kecilnya. Sebuah dongeng tentang Kesatria, Putri,
dan Bintang Jatuh. Dalam cerita dongeng, Kesatria yang mencintai Putri harus
terhalang oleh Bintang Jatuh yang merebut Putri dari Kesatria. Ferre ingin
mewujudkan kisah itu dalam kehidupannya dengan mengubah cerita dalam dongeng
itu dari cerita sebenarnya.
Sebagai seorang pemuda yang sukses, Ferre
selalu dicari oleh berbagai media untuk diminta berbagi pengalaman tentang
kesuksesannya. Dari beberapa nama wartawan dan media yang mengajukan diri ingin
meliputnya, ia tertarik pada satu nama, seorang wartawati bernama Rana. Saat
pertemuannya dengan Rana, Ferre mendapatkan gambaran mengenai sosok Putri dalam
cerita dongeng yang dibacanya.
Kisah antara Ferre dan Rana tidak
berjalan dengan mulus, karena status Rana yang telah menikah. Konflik yang
terjadi salah satunya adalah gejolak batin yang dihadapi Ferre ketika ia telah
mencintai Rana namun juga telah memiliki suami. Tiap kali ada ia ingin bertemu,
ia harus bertemu secara diam-diam dengan Rana. Rana memang mengalami kejenuhan
dalam pernikahannya, dan terkesan menjadikan Ferre sebagai laki-laki
pelariannya.
Ketika hubungan Ferre dan Rana semakin
dekat, Ferre semakin bingung akan dibawa kemana hubungannya dengan Rana. Di
satu sisi ia begitu ingin memiliki Rana dan menjadikan ia kekasih yang
seutuhnya. Namun, lain sisi ia juga memposisikan diri sebagai suami Ferre dan
membayangkan bagaimana jika istrinya bersama laki-laki lain. Sampai akhirnya, Rana
disadarkan atas kekeliruan yang dibuatnya, karena memiliki suami yang ternyata
baik padanya. Rana pun meninggalkan Ferre dan kembali kepelukan suaminya dengan
seutuhnya.
Setelah kepergian Rana, Ferre merasakan
dilema yang hebat dalam hidupnya. Ferre menjadi orang yang murung dan
menelantarkan pekerjaan kantornya. Ia mengurung diri berhari-hari dirumahnya.
Namun di saat seperti itu, Ferre bertemu dengan Diva, seorang pelcur dengan
bayaran ribuan dolar. Diwa merupakan tetangga Ferre yang tinggal di depan
apartemennya. Diva membantu Ferre agar dapat pulih kembali. Sampai akhirnya, ia
sadar dan menyadari ia telah bertemu sosok Bintang Jatuh dalam diri Diva.
11
Di dalam cerita antara Ferre, Rana, dan Diva,
Dimas, dan Reuben juga menyisipkan tokoh Supernova. Supernova adalah tokoh yang
berperan dalam dunia maya. Dalam cerita, Supernova membantu orang-orang dalam
menyelesaikan masalah. Sampai pada akhir cerita, Ferre mengetahui bahwa sosok
supernova dalam dunia maya adalah Diva.
Dari awal cerita hingga akhir cerita
mengenai Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, selalu diselipkan tentang
perdebatan-perdebatan antara Dimas dan Reuben tentang kelanjutan cerita, tentu
saja dengan mengaitkannya pada beberapa teori fisika menurut beberapa pakar dan
relisasinya dalam kehidupan yang dituangkan dalam novel yang dibuat mereka.
D.
Analisis
Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh Karya Dewi Lestari “Dee” Melalui Pendekatan Objektif
Mengutip yang dikatakan Junus (1895: 2)
pendekatan objektif merupakan pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan
kajiannya pada karya sastra. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada apabila
tidak ada karya sastra.[16]
Dalam mengkaji karya menggunakan
pendekatan ini tugas peneliti pertama-tama adalah meneliti struktur karya
sastra yang kompleks dan multidimensional yang setiap aspek dan unsur berkaitan
dengan aspek dan unsur lain yang semuanya mendapat makna dan fungsinya dalam
totalitas karya itu.[17]
Pendekatan objektif yang akan dilakukan
pada novel ini ialah mengkaji novel dari struktur yang membangunnya, antara
lain dari segi tema, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang , latar, dan gaya
bahasa novel Supernova Kesatria, Putri,
dan Bintang Jatuh.
1) Tema
Dalam Siwanto, (2008:161) tema adalah
ide yang mendasari sebuah cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang
dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema menurut Stanton
(1965:20) dan Kenny (1966:88) adalah makna yang terkandung oleh sebuah cerita.
Namun ada banyak makna yang terkandung dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu,
maka
12
masalahnya adalah makna khusus yang mana dapat
dinyatakan sebagai tema itu.[18]
Berdasarkan penjelasan tersebut, tema yang terkandung dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
adalah aktualisasi diri. Setiap konflik yang muncul pada setiap tokoh pada
akhirnya diselesaikan oleh tokoh itu sendiri, baik disadari oleh tokoh itu
sendiri maupun mendapatkan disadari lewat perantara tokoh lainnya, bahwa segala
yang terjadi kembali pada sesuatu yang ada pada dirinya sendiri, itulah
aktualisasi diri.
“Eh, kamu ingat apa
kata Abraham Maslow[19]?”
cetus Reuben. “Ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan dasarnya untuk
bertahan hidup, ia pun dimungkinkan untuk mengejar pencarian lebih tinggi.
Aktualisasi diri. Pengetahuan tentang dirinya sendiri di level yang paling
dalam. Dia orang di level itu.”[20]
Teori pada kutipan di atas merupakan
salah satu konsep awal untuk menggambarkan tokoh Diva dalam cerita ini. Tokoh Diva
dihadirkan untuk mewakili konsep aktualisasi diri
2) Plot
Stanton (1965: 14) misalnya
mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu
disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.[21]
Richard Summers membedakan tahapan plot
menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut,
A. Tahap
Situation/ Tahap Penyituasian
Tahap
yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi, latar, dan tokoh-tokoh
cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal
dan lain-lain yang, terutama, berfungsi untuk melandastumpui cerita yang
dikisahkan pada tahap berikutnya. [22]
13
Dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh bertutur tidak liner
pada bagian awal. Pada bagian awal novel tersebut dibuka dengan narator yang
menceritakan 10 tahun yang lalu pada tahun 1991 ketika Dimas bertemu dengan Reuben,
kemudian dilanjutkan pada 10 tahun berikutnya di tahun 2001.
Kutipan
yang menceritakan ketika sepuluh tahun yang lalu Reuben dan Dimas bertemu,
“Sepuluh tahun yang
lalu, mereka bertemu di Georgetown tepat di bawah plang Wisconsin Avenue”…[23]
Kutipan tersebut, merujuk kepada
kejadian yang telah berlalu, tepatnya sepuluh tahun yang lalu. Narator sebagai
pencerita, mendeskripsikan bahwa pernah terjadi suatu petemuan di Georgetown.
Kata pernah, berarti juga merujuk bahwa ada kejadian yang terjadi saat itu. Hal
ini di pertegas masih pada satu keping dengan latar waktu dan tempat yang
berbeda,
“Happy
10ᵗ ͪ Anniversary, Dimas”.[24]
Kutipan tersebut merupakan kejadian saat
itu, yaitu saat hari jadi Dimas dan Reuben yang ke 10tahun.
Pada tahap pengenalan ini diawali
dengan pengenalan tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita. Pengenalan pertama
diawali dengan pengenalan tokoh Reuben dan Dimas oleh narator di luar cerita,
yakni:
a. Pengenalan
Tokoh Dimas
Tokoh Dimas adalah seorang anak yang memiliki
keluarga berkecukupan.
“Reuben
pun langsung tau kalau Dimas termasuk geng anak orang kaya”.[25]
b. Pengenalan
Tokoh Reuben
Tokoh Reuben adalah
seorang anak yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Washington
DC.
“Dimas langsung tau kalau Reuben
termasuk geng anak beasiswa”.[26]
14
Perbedaan sangat terlihat pada dua
kutipan yang disajikan, pertama, dari segi finansial, yakni Dimas yang merupakan
orang kaya sedangkan Reuben merupakan orang yang mendapatkan beasiswa, cenderung
diartikan sebagai orang yang kekurangan dari segi finansial, meskipun tidak
semua beasiswa menandakan tidak mampuan finansial. Kedua, dari segi
intelektual, jelas terlihat lebih unggul dibandingkan Dimas dengan statusnya
sebagai orang yang mendapat beasiswa indentik dengan intelektualitas tinggi.
Perbedaan tersebut, tidak serta merta
memberikan jarak diantara keduanya, namun sebaliknya menyatukan mereka sehingga
dapat saling melengkapi. Terbukti, setelah permuan mereka di Washington DC,
mereka mengadakan suatu pesta di sebuah apartemen, 3bulan 21hari dilanjutkan dengan
komitmen mereka sebagai pasangan gay.
“Tiga bulan dan dua
puluh satu hari berikutnya, mereka dilanda badai baru. Badai Endorfin. Hormon
cinta”.[27]
Endorfin merupakan hormon yang membuat seseoramg
merasa begitu bahagia, kata “endorfin” diperjelas pada kalimat selanjutnya
“Hormon Cinta”, dengan kata lain Endorfin erat kaitannya dengan kebahagiaan
seseorang ketika jatuh cinta.
Sebelum menjadi sepasang pasangan gay, kedua tokoh itu terlebih dahulu
telah berkomitmen untuk membuat sebuah masterpiece
dengan waktu sepuluh tahun berikutnya.
“Sepuluh tahun dari
sekarang, saya harus membuat satu karya. Satu masterpiece …” [28]
Masterpiece
merupakan sebuah karya luar biasa yang dihasilkan oleh seseorang, kedua tokoh
tersebut telah berjanji membuat sebuah karya yang luar biasa dan akan dibuat
pada 10 tahun kemudian, terhitung ketika ia mengikrarkan diri akan membuat
karya. Masterpiece yang dipilih
adalah dalam bentuk cerita/fiksi.
“Kita sudah sepakat
kalau masterpiece ini akan menjadi
karya berdua. Dan, tidak dalam bentuik jurnal ilmiah tetapi sebuah cerita”. [29]
15
Kemudian, pengenalan tokoh dilakukan
oleh Dimas dan Reuben yang bertindak sebagai dalang/pembuat cerita yang telah
didiskusikan bersama dengan menerapkan konsep dan teori ilmu yang mereka
kuasai. Berikut pengenalan tokoh-tokoh yang dibuat,
1. Pengenalan
Tokoh Kesatria
Tokoh
Kesatria bernama Ferre,ia adalah seorang pria muda yang berprofesi sebagai managing director.
“Baru ulang tahun ke-29, sudah
jadi managing director”.[30]
Umur
29 merupakan usia produktif, produktif dalam hal ini juga menandakan konsep
muda dari tokoh Ferre. Ditambah dengan keterangan jabatannya sebagai managing director merupakan posisi yang
membuat sukses pada usianya.
2. Pengenalan
Tokoh Putri
Tokoh
Putri diberi nama Rana, ia adalah seorang wartawan sebuah majalah
“Rana”,
suaranya bergetar. Perlahan, ia mengeluarkan peralatannya: buku catatan, bolpoin,
dan alat perekam”.[31]
Buku
catatan, bolpoin, dan alat perekam menunjukkan alat-alat yang dekat dengan
profesinya sebagai wartawan, meskipun tidak disebutkan secara gamblang, ini
diperkuat dengan di sebutkannya rubrik yang akan memuat mengenai Ferre.
“Rubriknya berjudul Impian Siang
Hari”.[32]
Rana
ditampilkan sebagai wanita yang sudah menikah.
“Re
baru menyadari keberadaan cincin itu, ketika mereka pergi makan siang berdua.
“Kamu menikah?”[33]
Cincin
sering diartikan sebagai tanda orang yang telah menikah.
16
3. Pengenalan
Tokoh Bintang Jatuh
Tokoh
Bintang Jatuh bernama Diva,ia adalah seorang pelacur kaya, memiliki pemikiran
yang luas, dengan kata lain ia adalah orang pintar.
“Justru
karena saya lebih pintar dari kamu dan CEO kamu, saya ngga mau bekerja seperti
kalian”.[34]
Aktualisasi
pada dirinya membuat dia memaksimalkan potensinya sehingga kecerdasan dan kepintaran
yang dimilikinya dapat membuatnya selalu nyaman dengan dirinya dan profesinya. Tokoh
Diva dimunculkan oleh Dimas dan Reuben sebagai tokoh netral.
“Dia adalah seorang yang harus
sepenuhnya mewakili area abu-abu”. [35]
4. Pengenalan
Tokoh Rafael/Ale
Tokoh
Rafael merupakan sahabat dari tokoh Ferre.
“Sahabatnya,
Rafael, yang selalu Re panggil dengan nama kecilnya, Ale tertawa di ujung
sana”.[36]
Sebagai
sahabat Rafael, menandakan hubungan yang cukup dekat antara kedua tokoh ini. Ale
merupakan teman sekantor Ferre sekaligus sahabatnya yang sangat perhatian
padanya.
5. Pengenalan
Tokoh Arwin
Arwin
adalah suami dari tokoh Putri/Rana,
“Aku jemput pukul 7?” Suaminya, Arwin
berkata”.[37]
Kutipan
di atas, status suami dimunculkan setelah kutipan langsung dari Arwin sendiri. Pada
penjelasan sebelumnya, dijelaskan bahwa Rana telah bersuami dengan simbol
cincin di jari manis Rana, pada kutipan ini barulah di jelaskan bahwa suami Rana
bernama Arwin.
17
B. Tahap
Pemunculan Konflik, Peningkatan Konflik, Tahap Klimaks, dan Tahap Penyelesaian
Tahap pemunculan konflik merupakan tahap
awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau
dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.[38]
Tahap peningkatan konflik merupakan
konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan
dikembangkan kadar intensitasnya.[39]
Tahap klimaks merupakan konflik dan atau
pertentangan-pertentangan yang terjadi yang dilakui dan atau ditimpakan kepada
para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.[40]
Tahap
penyelesaian, adalah tahap ketika konflik telah mencapai klimaks diberi
penyelesaisn, ketegangan dikendorkan.[41]
Konflik yang akan dimunculkan searah
dengan tema yakni aktualisasi diri, maka yang menjadi fokus adalah konflik pada
tokoh Diva. Karena tokoh Diva merupakan tokoh yang sudah mencapai aktualisasi,
maka semua konflik-konflik yang terjadi pada dirinya dapat diselesaikan dengan
cara tersendiri, klimaks yang terjadi pun tidak muncul secara signifikan
sehingga efek yang dimunculkan seolah tokoh Diva mampu menyelesaikan konfliknya
secara mudah.
Berbagai konflik yang ada mulai dari
berbagai kliennya dan dalam dunia modeling kerap kali muncul. Konflik pada
dunia modeling diawali dengan ada peristiwa pragawati yang jatuh di depan Diva,
Diva menolongnya dan berkata yang memang realitas namun ditentang oleh
teman-temannya. Setelah kejadian itu Diva merasa penat dan merasa mengapa ia
yang hanya ingin hidup. Akhirnya Diva memutuskan untuk meminta izin pulang
dengan alasan tidak enak badan. Bagi Diva kepenatan merupakan sakit yang lebih
nyarta dibandingkan dengan sakit lainnya. Akhirnya Diva menyelesaikan
kepenatannya dengan menangis.
18
”… Ternyata,
majikannya menangis. Tangisan bisu. Hanya saja air mata itu terlihat jelas
membanjir …” [42]
Di kamarnya, memakai kaus oblong putih
dan celana pendek, Diva duduk dan menghadap jendela. Tak ada lagi yang dapat ia
lakukan selain memeluk bantal kecil, dan terus menangis, ia ingin membiarkannya
lepas. Kepenatan itu. Tubuhnya masih cukup peka untuk member signal bahwa ia
tidak mampu menanggung semua. Karena itulah ia menangis.
“Bagaimanapun,
kepedihan ini tetap terasa tajam menjadikan terisak dan tersengal sampai lemas.
Namun, ia harus membiarkan semua ini lewat, kembali bersih. Tercuci”.[43]
Konflik yang digambarkan pada kutipan di
atas menggambarkan konflik batin yang dimulai ketika ia merasa penat,
berkembang ketika ia menangis di mobil, kemudian klimaks terjadi ketika ia
merasa tidak ada lagi yang dapat ia lakukan, diselesaikan dengan menangis
sepuas hati untuk melepas kepenatannya. Alur konflik yang begitu cepat ini
menandakan ia telah mencapai tahap aktualisasi diri yang sempurna, ditandai
dengan kemampuannya menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Sebagai tokoh netral, dalam menghadapi
konflik-konfliknya, Diva tidak mengikutsertakan tokoh lainnya. ia dapat
menyelesaikannya dengan caranya sendiri. Diva tidak berpihak pada tokoh
manapun, dan tokoh lain dihadirkan untuk mewakili konsep lainnya dengan konflik
yang berbeda. Diva memang dihadirkan bersinggungan dengan tokoh lainnya, namun
tujuannya adalah untuk menunjukkan aktualisasi dirinya serta menyadarkan orang
lain untuk mengaktualisasi diri
masing-masing. Tidak ada konflik ketika ia menjalankan misinya, tidak ada
pendukung maupun menghalang, ia hanya tokoh nentral yang berjalan sendiri
menentukan arah hidupnya. Hal tersebut terbukti ketika Diva berhadapan dengan
para klien-kliennya, dalam dunia modelling, dan ketika melihat sampai bertemu
dengan Ferre.
3) Tokoh
dan Penokohan
Tokoh
utama yang diangkat untuk mewakili tema merupakan tokoh netral. Tokoh netral
merupakan tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia
benar-benar merupakan tokoh imaginer yang hanya hidup dan bereksistensi dalam
duni fiksi. Ia hadir (atau dihadirkan)
19
semata-mata demi cerita, atau bahkan dialah
sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan.[44]
Sebagai tokoh
netral, maka tokoh Diva diciptakan Dimas Reuben untuk menjalankan misinya
menyadarkan tokoh lain untuk mengaktualisasi dirinya, seperti kemampuan yang
digambarkan oleh tokoh Diva sendiri. Dalam menjalankan misinya ia tidak
terpengaruh dengan tokoh-tokoh lain, ia hanya berusaha menyadarkan apa yang ada
pada masing-masing tokoh.
Skema
Tokoh
Aplikasi aktualisasi diri pada tokoh
Diva
|
Dalang
cerita
Reuben
dan Dimas
|
Menerapkan konsep aktualisasi diri
|
Membuat tokoh lain mencapai tahap
aktualisasi diri
|
Tokoh
Utama
Diva
|
Menyadarkan tokoh lain agar dapat
mengaktualisasi dirinya
|
Tokoh
pelengkap
Gio
Ferre
Rana
Arwin
Klien-kliennya (Dahlan, Nanda,
Margono)
|
20
a) Diva
1. Diva
merupakan seorang yang kaya, cantik, dan berpengetahuan tinggi.
”… dia sudah kaya,
tidak pusing soal materi. Dia juga cantik, tidak pusing soal fisik. Dia
berpengetahuan tinggi dan menghikmati ilmu, kalau tidak, ia terjebak di level
materi dan fisik tadi”.[45]
Tahap fisiologis Diva telah terpenuhi,
inilah hirarki kebutuhan dasar yang sudah dilewati. Hal tersebut membuat Diva
bisa melangkah pada hirarki tersebut sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya.
Diva digambarkan seorang yang tidak terlalu ramah, tidak juga selalu judes,
tapi dingin.
“Tidak terlalu ramah, tidak juga
selalu judes, tapi ia dingin”.[46]
Selain itu Diva diperkenalkan sebagai
seorang yang professional dengan profesinya sebagai pelacur dan model. Dalam
menghadapi klien-kliennya dan janjinya sesuai dengan tariff bayaran dan aturan
yang telah dia buat. Sebagai model dia selalu mengikuti aturan yang ada. Selain
itu hubungannya sosialnya tergambar dari persahabatannya dengan pencinta alam
Gio dan akhirnya berkenalan dengan Ferre, penghargaan atas dirinya dan telah ia
dapat dengan orang lain. Semua tahap inilah akhirnya Diva dapat mencapai
aktualisasi diri. Pembahasan tentang tokoh Diva selanjutnya akan dibahas pada
bagian analisis yang akan dibahas pada makalah ini.
b) Ferre
Ferre
memiliki sisi romatis pada setiap kata-kata yang puitis yang bercetak miring
yang mengungkapkan perasaannya pada novel Supernova:
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, salah satu kutipan puitis dan
menggambarkan perasaan Ferre,
“Ayo, Putri, cambuklah kuda
waktuku, agar ia sedikit berlari, dan berarti”.[47]
Kemudian
Ferre digambarkan sebagai orang yang pikirannya padat, fokus, professional, dan
baginya yang sangat berarti adalah pensil kesayangannya. Tokoh Ferre merupakan
tokoh yang dimunculkan menerapkan teori chaos
dan bifurkasi.
21
c) Dimas
Dimas
merupakan tokoh yang sensitif,hal ini dapat terlihat dalam ungkapan Reuben
tentang Dimas seperti dalam kutipan berikut,
“Kamu
adalah manusia paling sensitif yang pernah kutahu”.[48]
Hal tersebut menunujukkan bahwa kekasih Reuben
tersebut berperan sebagai perempuan yang memiliki sisi animus lebih besar
daripada Reuben. Selain sensitif ia juga orang yang bersemangat seperti dalam
kutipan berikut,
“Dimas langsung bersemangat …”[49]
d) Reuben
Reuben
merupakan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa di Amerika Serikat, yang memiliki
intelektual tinggi dan semangat,
“Si
Indo-Yahudi bersemangat tinggi yang selalu sibuk menggabung-gabungkan ilmu
psikologi dengan teori-teori kosmologi …”[50]
Kemudian,
Reuben merupakan orang yang serius dibandingkan Dimas
“… Aku memang si Serius yang
membosankan”.[51]
Perkataan tersebut merupakan pengakuan Reuben
atas dirinya yang diapun mengetahuinya bahwa dia adalah orang yang serius. Hal
tersebut dikarenakan ilmu yang ia kuasai berhubungan dengan disiplin ilmu pasti
dan ilmu sosial dan dikelilingi oleh teori-teori yang ada. Selain itu Reuben
merupakan orang yang sesaklek, sifat tersebut bertentangan dengan Dimas yang
tidak sesaklek Reuben. Namun, hal tersebut membuat mereka pasangan yang saling
melengkapi satu sama lain.
e) Rana
Tokoh
Rana diceritakan secara detail dari mulai lulus kuliah, awal usia 20 tahun, Rana
remaja, hingga Rana bocah. Dari pemaparan tersebut dan hingga menjadi seorang
istri Rana merupakan seorang yang aktif dan ceria,
22
“Gadis belasan tahun yang aktif
dan ceria.”[52]
Rana
yang terjerat hubungan gelap dengan Ferre pun mengalami masa galau. Dia
mengalami kebingunggan dalam mengambil keputusan. Pada akhirnya Rana telah
mendapatkan pelajaran terbang dan solusinya pada dirinya sendiri.
f) Arwin
sifatnya
Arwin
adalah suami Rana yang memiliki sifat pengertian pada Rana istrinya, dan sangat
mencintai istrinya sampai kapanpun,
“Kamu
memang pantas mendapatkan yang lebih. Maafkan aku nggak pernah menjadi sosok
yang kamu inginkan. Tidak menjadikan pernikahan ini seperti apa yang kamu
impikan. Tapi, aku teramat mencintaimu, istriku… atau buka”.[53]
s
Kutipan tersebut menyiratkan bahwa, Arwin
telah mengetahui hubungan Rana dengan Ferre, Arwin melihat wajah Rana ketika
bertemu dengan Ferre sangat gembira, berbeda ketika bertemu dan berkomunikasi
dengan dia. Sikap yang berubah dari Rana membuat Arwin introspeksi diri dan
menyadari akan kekurangan dan kelemahannya selama menjadi pendamping Ranna.
Setelah itu, Arwin yang membebaskan Rana dengan penuh pengertian tersebut
memberikan kebebasan Rana untuk memilih kelanjutan hidupnya, namun diluar
dugaan Arwin, Ranna kembali padanya karena satu hal yang penting bahwa, cinta
itu membebaskan.
4) Latar
Latar adalah
lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang
berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.[54] Latar pada novel Supernova:
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, yaitu:
a) Latar tempat
Latar tempat
di awal novel Supernova:
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh secara keseluruhan
adalah di Amerika tempatnya di Wangsiton
DC dan di Watergate Condominium.
23
“…mereka bertemu di Geogetown, tepat di bawah plang
Wisconsin Avenue, bermandi teriknya matahari musim panas Washington, D.C”.[55]
Kemudian
kutipan tempat selanjutnya masing di tempat yang sama yaitu Washington, D.C
(Distrik Columbia) yang merupakan ibukota Amerika Serikat tepatnya di Watergate
Condominium yang merupakan apartemen atau tempat hunian mewah milih teman Dimas
yang merupakan awal dari pertemuan Dimas dan Reuben.
“…terdampar di Watergate Condominium, dalam satu
unit apartemen mewah milik kawan Dimas”.[56]
Latar tempat
tersebut hanya sebagian kecil dari novel Supernova:
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Secara keseluruhan novel tersebut berlatar tempat di Jakarta dimulai
dari halaman 14 smapai akhir cerita.
“Jakarta.
Aku setuju. Kota ini biangnya dualisme”.[57]
Kutipan
tersebut merupakan perkataan Reuben yang setuju dengan konsep Dimas mengenai
latar tempat yang akan digunakan dalam masterpiece
mereka. Reuben setuju Jakarta karena kota tersebut merupakan pusat perdaban
Indonesia yang penuh dengan dualisme, terombang-ambing antara mau ke Timur dan
ke Barat.
Jika
dipericikan latar tempat di Jakarta meliputi rumah di daerah selatan Jakarta
yang menjadi tempat Dimas dan Reuben membuat karyanya. Rumah Ferre, kantor Ferre,
rumah Rana dan Arwin bertempat di kamar tidur dan meja makan. Rumah Diva, taman
kecil Diva, ruang tamu tempat ketika bersama Gio dan Ferre tempat makan bersama
Nanda, hotel sebgai tempat berdagang dengan klien-kliennya, mobil, pasar dan
taman kanak-kanak merupakan tempat kesukaan Diva, kafe, panggung, catwalk tempat berjalan model, dan
tempat menjadi juri model.
24
Selain berlatar
tempat di Jakarta, latar tempat diselingi tempat Bandung sebagai tempat kerja
lapangan Rana sebagai wartawan, dan kerja Ferre yang menjadikan mereka pada
hari yang sama di Bandung sehingga menjadi tempat pertemuan Rana dan Ferre.
“Secara kebetulan, mereka berdua
sama-sama sedang ada di Kota Bandung”.[58]
Pertemuan Ferre dan Rana di Bandung menjadikan
mereka harus meluangkan waktu untuk bertemu dan kemudian makan bersama dan
pergi ke hotel.
b) Latar waktu
Pada awal
novel Supernova: Kesatria, Putri,
dan Bintang Jatuh menceritakan
10 tahun yang lalu tepatnya pada ahun 1991 yang menceritakan pertemuan Dimas
dan euben serta mengingat perjanjian keduanya. Namun secara keseluruhan novel
tersebut menceritakan satu kisah dengan jangka waktu yang tidak panjang namun
padat, tepatnya pada tahun 2001, sesuai dengan perjanjian Dimas dan Reuben 10
tahun kemudian mereka akan membuat sebuah karya.
Jika
diperincikan latar waktu tokoh Diva, yaitu pada pagi hari ketika dia menjalani
rutinitasnya, kemudian malam dan sore bertemu dengan kliennya. Latar waktu
tersebut secara garis besar masih dalam rentang waktu tahun 2001.
c) Latar suasana
Latar suasana novel Supernova:
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, yaitu
Diva senang ketika bertemu dengan Gio
“Diva
terbahak, spontan”.[59]
Suasana pada
saat itu adalah suasana yang sangat menyenangkan bagi Diva, karena moment
tersebut tidak akan dilewatinya, dia akan bertemu dengan sahabatnya, Gio
seorang pencinta alam yang sudah menjelajah ke pelosok tempat-tempat terindah
di bumi. Hal tersebut menarik perhatian Diva, dan akhirnya Diva yakin
memutuskan pergi berpetualang pertama ke Apurimac yang merupakan sumber amazon
yang langsung menuju Zeus-nya sungai.
25
Selain
suasana senang yang dirasakan oleh Diva, perasaan sedih hingga menangis dialami
oleh Diva sebagai tahap penyelesai konflik dalam hidupnya. Pada bagian tokoh
dan penokoh telah di jelaskan. Kemudian suasana mencekam ketika Diva mengalami
konflik dengan teman rekan modelnya yang telah dijelaskan pada tahapan konflik,
konflik, dan klimaks.
Suasana lain
yang ditampilkan pada tokoh Ferre adalah suasana senang ketika menemukan Putrinya,
bertemu dengan Rana. Kemudian perasaan senang tersebut berbanding terbalik
dengan kekhawatirannya pada perasaannya yang galau, rindu karena belum memiliki
Rana sepenuhnya karena Rana telah bersuami. Kemudian Ferre mengalami suasana
mencekam dalam hidupnya ketika Rana tidak memilih Ferre dan meninggalkannya.
Namun pada akhirnya Ferre merasa sangat beruntung dan bahagia bertemu Bintang
Jatuh yang telah menyelamatkannya. Dongeng yang diharapkan Ferre berubah memang
telah berubah. Bintang Jatuh bukan mengambil Putri darinya namun justru
menyelamatkan dia dari keputusasaan.
Kemudian
suasana yang sangat dominan pada Rana yaitu ketika di jatuh cinta pada Ferre
dan suasana dalam kebingunggan ketika menentukan pilihan, dan yang terakhir
suasana haru ketika dia menyadari bahwa cintanya merupakan suaminya, dia
menemukan cinta yang membebaskan bukan pada Ferre namun pada Arwin.
Suasana
ketika dalang berdiskusi dan berdialog mengenai teori dan membentuk cerita Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh ada suasana yang senang, hangat, hingga mencekam.
5) Sudut
Pandang
Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh dituturkan oleh
beberapa narator: Dimas, Reuben, dan orang ketiga. Kisah disampaikan lewat
penceritaan orang ketiga yang maha tahu. Cerita dibuka dengan memperkenalkan
pertemuan tokoh Dimas dan Reuben yang akhirnya menjadi pasangan gay. Kemudian dilanjutkan dengan janji
mereka berdua untuk membuat sebuah karya dengan percakapan. Orang ketiga yang
menjadi pencerita pada setiap bagian Kesatria, Putri, Bintang Jatuh, hingga Reuben,
dan Dimas selalu berperan dalam
26
mendeskripsikan.
Jadi, secara keseluruhan novel ini, orang ketiga sebagai pencerita yang
mahatahu menjadikan Dimas dan Reuben sebagai dalang.
“Bintang
Jatuh merebut sang Putri. Berarti, seharusnya dia memang laki-laki, tapi kalau
kita mengikuti seratus persen semuanya bakal gampang ditebak.”[60]
Penggunaan kata “dia” menegaskan posisi Dimas
yang merupakan orang ketiga, dan hendak menciptakan tokoh Bintang Jatuhnya.
Selain betindak sebagai orang ketiga
sebagai pencerita utama yang mahatahu pada roman yang dibuatnya, orang ketiga
Maha tahu juga berperan diantara dialog tokoh Dimas dan Reuben, hal ini membuat
efek yang tidak terlihat dan melebur menjadi satu, sehingga pembaca tidak
beresiko bosan dan menganggap cerewet. Orang ketiga yang berada di luar cerita
ini menyiratkan ada yang lebih tahu di banding tokoh dalang yang serba tahu.
“Kedua pria itu duduk berhadapan.
Kehangatan terpancar dari mata mereka”. [61]
“Kedua
pria itu” menegaskan bahwa ada orang lain yang menceritakan perihal Dimas dan Reuben.
Selain sebagai orang ketiga maha lebih tau, perncerita yang berada diluar
cerita ini terkesan cuci tangan dengan cerita yang dibuatnya. Ia tidak ingin
terkesan memonopoli jalannya sebuah cerita.
6) Gaya
Bahasa
Penggunaan bahasa ilmiah dengan
mengungkapkan beberapa teori-teori baik sains maupun non sains digunakan dalam
membuat sebuah konsep cerita yang disajikan. Misalnya teori bifurkasi yang
digunakan untuk mewakili kisah hidup Ferre, teori aktualisasi diri, dan
teori-teori lainnya.
“Order
dan chaos, semudah membalikkan tangan! Otak manusia hamper setiap saat berada
di percabangan menuju bifurkasi.”[62]
27
Dalam menciptakan tokoh-tokohnya, Dimas
dan Reuben tidak begitu saja memasukkan sifat dan nama tokohnya, selalu
melewati perdebatan panjang dan mengaitkannya dengan teori-teori yang ada.
Sebagai pengapresiasi sastra, bahasa yang
digunakan dalam novel Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh tidak mutlak untuk menguasai semua ilmu, termasuk
di dalamnya memahami teori fisika, matematika, psikologi, filsafat,dll. yang
penting dilakukan adalah mencermati, bagaimna deskripsi ilmiah itu, integral,
lebur, dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam struktur karya yang
bersangkutan.[63]
Selain penggunaan bahasa ilmiah, novel
ini juga menggunakan majas metafora.
“Ini badai serotinin pertamaku.
Gila rasanya luar biasa.”[64]
Reuben mengibaratkan
apa yang ia rasakan ketika pesta kimia itu seperti mengalami badai serotonin,
serotonin adalah senyawa yang terdapat dalam darah dan otak yang berfungsi
sebagai pengatur emosi seseorang, ia mengibaratkan serotininnya terjadi badai,
mungkin yang ia maksudkan adalah rasa yang tidak dapat terlukiskan.
Selain
metafora terdapat juga majas personifikasi
“Memompa lembut seperti angin
memijat langit”[65]
Memijat merupakan kegiatan yang biasanya
dilakukan oleh manusia, angin sebagai benda mati diibaratkan dapat memijat
seperti layaknya manusia.
Terdapat
juga majas hiperbola
“Jutaan engkau datang
membanjiriku”.[66]
Kata “jutaan engkau” menunjukkan
betapabanyak engkau yang datang, hal ini terkesan agak berlebihan, mana mungkin
ada orng yang sama apalagi mencapai angka jutaaan.
28
Majas
litotes juga disajikan dalam novel ini.
“Aku merasa begitu kecil di
tengah keluasanku”
Rasa yang ditunjukkan ketika ia merasa
lebih kecil daripada dirinya sendiri, seperti terkesan merendahkan dirinya
sendiri.
Banyak majas yang disajikan, namun
keempat majas itulah yang seringkali muncul dalam novel ini.
Unsur intrinsik dalam novel ini, (1)
Tema, tema yang diangkat adalah aktualisasi diri; (2) Plot atau alur, dimulai
dari tahap pengenalan masing-masing tokohnya, tahap pemunculan konflik, tahap
peningkatan konflik, klimaks dan penyelesaian yang dipusatkan pada tokoh Diva
yang mencakup konflik batin yang dapat dia selesaikan sendiri. ;(3) Tokoh
penokohan, menjelaskan skema tokoh dengan tokoh dalang Dimas dan Reuben, tokoh
utama Diva dengan motif dan tujuannya, dan tokoh-tokoh pelengkap.; (4) Latar, terdiri
dari latar tempat Washington dan Jakarta, latar waktu yaitu tahun 1991 dan
2001, latar suasana senang, sedih dan mencekam.; (5) Sudut pandang, secara
keselurugan sudut pandang dalam novel ini adalah orang ketiga maha tau.; (6)
gaya bahasa dalam novel ini antara lain penggunaan bahasa ilmiah, metafora,
personifikasi, hiperbola, litotes, dan lainnya.
C.
Aktualisasi
Tokoh Diva dalam Novel Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari “Dee”
Berangkat dari pencerita atau narator
dalam novel Supernova: Kesatria, Putri,
dan Bintang Jatuh, Dimas dan Reuben dalam setiap menghadirkan seorang tokoh
dalam masterpiecenya, mereka tidak
langsung menulisnya namun berdiskusi dan membuat kesepakatan tentang tokoh yang
akan mereka bagun sesuai dengaan pengetahuan sains, psikologi, dan pengetahuan
lain yang mereka miliki. Salah satunya dalam menampilkan tokoh Bintang Jatuh. Dimas
dan Reuben memperdebatkan tokoh Bintang Jatuh yang mereka buat berbeda dengan
dongeng Ferre.
29
“Apa kata dongengmu itu?” Tanya Reuben.
“Bintang
Jatuh merebut sang Putri. Berarti, seharusnya dia memang laki-laki, tapi kalau
kita mengikuti dongeng itu seratus persen, semuanya bakal gampang ditebak. Lagi
pula itu tidak sejalan dengan konflik Kesatria.”[67]
Penentuan Bintang Jatuh yang disajikan
harus berbeda dengan dongeng aslinya dan munculnya Bintang Jatuh dibuat untuk
memenuhi area netral atau are abu-abu.
“Dia adalah seorang
yang harus sepenuhnya mewakili area abu-abu. Teori relativitas berjalan.
Manusia yang penuh paradoks. Tokoh antagonis, juga bukan protagonis. Penuh
kebajikan, tapi juga penuh kepahitan”[68]
Dari percakapan tersebut jelas, bahwa
tokoh Bintang Jatuh dihadirkan sepenuhnya mewakili area abu-abu atau tokoh
netral. Dalam hal tersebut Bintang Jatuh adalah seorang perempuan. Hal inilah
yang pada akhirnya membuat dongeng Ferre berbeda dan sesuai dengan harapannya.
“Itu pe-er-mu
belakangan. Yang jelas, Bintang Jatuh kita lebih baik seorang wanita.”[69]
“… Ia ingin
membalikkan kisah itu. Membuat Bintang Jatuh benar-benar jatuh ke jurang
galaksi yang terdalam … “ [70]
Bintang Jatuh yang disajikan haruslah
wanita menurut dimas, hal yang sama juga di gambarkan melalui tikih ferre yang
menginginkan Bintang Jatuh itu yang kalah.
Dari perbedaan dongeng dan masterpiece mereka itulah, tokoh Bintang Jatuh yang tidak lain Diva
ditampilkan sebagai tokoh yang harus benar-benar lain, nyaris impersonal.
“Ini
Pelik.”
“Sangat.”
Keduanya
terdiam lagi.
“Eh, kamu ingat apa
kata Abraham Maslow[71]?”
cetus Reuben. “Ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan dasarnya untuk
bertahan hidup, ia pun dimungkinkan untuk
30
mengejar pencarian lebih tinggi. Aktualisasi
diri. Pengetahuan tentang dirinya sendiri di level yang paling dalam. Dia orang
di level itu.”[72]
Dari percakapan tersebut Dimas dan Reuben
sepakat bahwa tokoh Bintang Jatuh/Diva merupakan tokoh yang ditampilkan sebagai
tokoh yang sudah mencapai tingkat aktualisasi. Jadi, pada makalah ini akan
menganalisis dan mendeskripsikan aktualiasasi pada tokoh Diva berdasarkan teori
aktualisasi diri menurut Abraham Maslow.
Aktualisasi yang sering disebut hirarki
kebutuhan manusia merupakan salah satu teori dari humanistik. Salah satu teori
yang paling dikenal adalah teori dari Abraham Maslow. Menurut Abraham
Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau
disebut juga hirarki dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau
didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu
dipenuhi.Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu
kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat
suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada
tingkat di bawahnya.Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan
kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial[73]
:
1. Kebutuhan Fisiologis/ Dasar
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang
bersifat fisiologis yang ditandai dengan kekurangan (defisit) sesuatu dalam
tubuh orang yang bersangkutan. Contoh dari kebutuhan Fisiologis ini adalah: sandang
/ pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air
besar, buang air kecil, bernafas, seks, dan lain sebagainya.
Kebutuhan ini juga dinamakan juga kebutuhan dasar (basic
needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan sangat ekstrim (misalnya:
sangat kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali akan atas
perilakunya sendiri (agresif, tidak malu, tidak punya pertimbangan pada orang
lain, dan sebagainya) karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan
dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu (menghilangkan rasa
laparnya).
31
2. Kebutuhan Keamanan dan
Keselamatan
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang
digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan (safety
needs). Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan
kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan;
kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya.
Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak.
Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan inilah yang
mendorong manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan,
membuat sistem asuransi, pensiun, dan sebagainya. Menurut Maslow, sama halnya
denganbasic neeeds, ketidakterpenuhan akan safety needs ini akan mempengaruhi pandangan
seseorang tentang dunianya dan pada gilirannya akan cenderung kearah yang makin
negatif.
3. Kebutuhan Sosial/Dicintai
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan
sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya,
cinta, dan kasih sayang (belongingness and love needs) akan menjadi
motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum pernah
sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri,
suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih
dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peRanan) di
tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan
mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa
bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan
cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia
akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan,
tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Maslow tidak menyamakan cinta dengan seks (yang merupakan
kebutuhan fisiologis). Menurutnya seks merupakan cara untuk mengekspresikan
kebutuhan akan cinta. Maslow menyebutkan bahwa kegagakan untuk memuaskan
kebutuhan akan cinta merupakan penyebab dasar dari ketidakmampuan menyesuaikan
diri secara emosional.
32
4. Kebutuhan Penghargaan
Menurut Maslow, semua orang dalam masyarakat (kecuali
beberapa kasus yang patologis) mempunyai
kebutuhan atau menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai
dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi,akan rasa hormat diri atau harga
diri (estem needs). Karenanya, Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi
kebutuhan akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal)
mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan,
kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang
kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise,
pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi
atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri.
Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri
yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa
putus asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat
kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang
menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus
nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah
terpuaskan.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh
kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan menggunakan
kemampuannya disebut Maslow sebagai aktualisasi diri (self actualization).
Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri
sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki.
Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan
cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai.
33
Hirarki kebutuhan manusia tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Kebutuhan Aktualisasi Diri
|
Kebutuhan Fisiologis/ Dasar
|
Kebutuhan Keamanan dan
Keselamatan
|
Kebutuhan Sosial/Dicintai
|
Kebutuhan Penghargaan
|
Aktualisasi
|
Dari penjelasan mengenai hirarki kebutuhan manusia menurut
Abraham Maslow, dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki tingkatan-tingkatan
hirarki yang berbeda-beda dan cenderung bersifat subjektif karena bergantung
pada kepuasan dari diri seseorang. Dalam hal ini kami akan mendeskripsikan
bagaimanakah aktualisasi tokoh Diva dalam novel Supernova, Kesatria, dan Bintang Jatuh, apakah Diva sudah mencapai
aktualisasi atau malah sebaliknya ?
Pada awalnya tokoh Diva dihadirkan
sebagai orang yang sudah mencapai tahap aktualisasi dirinya sebagi seorang
pelacur
“Seorang pelacur.”
“Apa?” Reuben
sampai bangkit dari kursinya.
34
“Dengar dulu.
Ketika seseorang mencapai level kemerdekaan berpikir yang sedemikian tinggi,
dia tidak bakalaan rela dirinya diperjuaalbelikan. Satu-satunya yang layak
didagangkan jadi Cuma fisiknya. Seorang pelacur juga bisa jadi wirausahawati,
tidak terikat siapa-siapa. Katakanlah, saking hebatnya, dia tidak perlu lagi mucikari.”[74]
Dari percakapan tersebut terlihat bahwa Dimas
sudah memiliki bayangan dalam membangun tokoh Diva sebagai Bintang Jatuh,
berbeda dengan Reuben yang belum mengerti konsep pelacur bagaimanakah yang
dapat mencapai aktualisasi diri, kemudian Dimas menjelaskannya,
“… Ketika seseorang
mencapai level kemerdekaan berpikir sedemikian tinggi, dia bahkan bakalan rela
pikirannya diperjualbelikan. Satu-satunya yang layak didagangkan jadi Cuma
fisiknya. Seorang pelacur juga bisa jadi wirausahawati, tidak terikat
siapa-siapa. Katakanlah, saking hebatnya, dia tidak perlu lagi mucikari.”[75]
Aktualisasi yang dikonsep dalam
membangun tokoh Diva adalah dari cara berpikirnya. Berpikir bersifat subjektif
artinya bahwa setiap orang memiliki cara berpikir yang beragam. Oleh karena itu
aktualisasi diri tokoh Diva dalaam konteks ini sesuai dengan teori Abraham
Maslow, bahwa ketika seseorang yang sudah mampu aktualisasi diri berarti sudah
merdeka, puas, dan cinta dengan segala yang dikerjakan. Mungkin terdengarnya
paradoks karena yang ditampilkan adalah seorang pekerja seks.
Dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh ada beberapa yang
menunjukkan aktualisasi tokoh Diva, yaitu:
1. Ketika
bersama seorang kliennya yang bernama Dahlan, ada pembicaraan yang diawali
dengan kewarganegaraan dan mempertanyakan mengenai status pekerjaan Diva
sebagai seorang pelacur. Kemudian Dahlan mengakui kepintaran Diva yang lebih
pintar dari dirinya dan CEOnya dan mempertanyakan mengapa jika kamu pintar mau
bekerja sebagai pelacur, namun sudahlah pasti jawaban Diva sebagai pelacur yang
sudah mencapai tingkat aktualisasi diri menjawabnya,
“Justru
karena saya lebih pintar dari kamu dan CEO kamu, saya nggak mau bekerja seperti
kalian. Apa bedanya profesi kita? Sudah saya bilang, kita sama-sama berdagang.
Komoditasnya saja beda. Apa yang kamu perdagangkan buat saya nggak seharusnya
dijual. Pikiran saya harus dibuat merdeka. Toh, berdagang pun saya tidak
sembarang.”
35
“Saya lebih pintar” menunjukkan
kepercayaan diri Diva yang besar, ia melibatkan dirinya secara langsung tanpa
perantara. “Pikiran saya harus dibuat merdeka” sebagai tokoh yang mewakili
konsep aktualisasi diri, ia memanfaatkan potensinya dengan maksimal, termasuk
memerdekakan dirinya.
2. Ketika
Diva menjadi juri fashion show
“Nanti
kalau sudah sampai di rumah, Adik-Adik jangan lupa untuk terus bermain, ya.
Nggak usah pakai sepatu tinggi, apalagi pakai-pakai lipstick Mama. Percaya sama
Kakak, nanti kalian juga bakalan bosan jadi orang gede. Bermain saja yang puas.
Kalau Adik-Adik mau cantik, jangan tunggu dikasih tahu orang. Kakak punya matra
ajaib. Begini caranya, Adik-Adik pergi ke cermin, dan bilang begini. Kakak
jamin, kalian semua pasti akan cantik-cantik. Sampai kapan pun. Selama-lamanya.
Amin.Mengerti semuanya?”[76]
Dalam kutipan di atas, Diva juga
mengajak orang lain mengaktualisasi dirinya. Jadi konsep yang ada padanya tidak
semata-mata untuk dirinya, melainkan ia ingin orang lain seperti anak-anak
dalam fashion show itu untuk dapat berekspresi sebebas mungkin.
3. Ketika
bersama klien Nanda
”… Yang jelas, mal
pada akhir pekan adalah hari ekshibisi balita kelas menegah, sekaligus
pelajaran pertama mereka untuk jadi konsumtif. Itulah hari ketika ibu-bapak
bermain Barbie dan Ken, sama seperti anaknya. Bedanya, boneka mereka adalah
anaknya sendiri.”[77]
Analogi sebuah boneka, adalah ketika ia
tidak dapat melakukan apa yang ingin ia mau. Pada kliennya Diva mengibaratkan
anak kliennya itu ibarat boneka yang tidak bisa mengaktualisasi dirinya, hal
tersebut terasa tidak sejalan dengan pola pikit Diva.
4. Pembicaraan
dengan Gio
“Tenang
Sayang. Aku tetap tidak terikat atau bergantung kepada siapa pun. Nggak ada yang
menghidupi aku, aku bukan peliharaan orang, dan bukan peliharaan perusahaan.
Aku entrepreneur murni”.[78]
36
Tidak bergantung kepada siapapun”
sebagai mana konsep aktualisasi diri yakni mengoptimalkan apa yang ada pada
diri sendiri, hal ini menegaskan sebagai orang yang mewakili konsep aktualisasi
diri prinsipnya adalah tidak bergantung pada siapapun.
Senada dengan ungkapan selanjutnya
mengenai hidup tidak terikat oleh apapun, diperkuat dengan kutipan berikut,
“Aku percaya,
manusia tidak diciptakan untuk terikat pada apa pun. Jangan pernah takut akan
kebebasan. Jangan pernah memanipulasi kebebasan”.[79]
5. Pembicaraan
dengan Ferre
“…
aku manusia biasa, sama seperti kamu. Hanya ceermin yang relative lebih jernih.
Kita semua cermin bagi satu sama lain. Aku melihat diriku dalam kamu, dalam
orang-orang., dan di dalam alam. Aku berkaca setiap detik dan menggagumi
keindahan demi keindahan”. Apakah itu mimpi? Nggak jadi masalah, kan? Banyak
orang yang matanya terbuka, tapi jiwanya dibiarkan tidur. Yang penting adalah
mata jiwamu, dan ia sudah terbangun sekarang”.[80]
Cara berpikir Diva menunjukkan
aktualisasinya sebagai pelacur, karena bagi dia profesinya sama saja dengan
Dahlan yaitu berdagang namun yang membedakan adalah jenis yang diperdagangkan.
Menurut Diva, komoditas yang diperdagangkan Dahlan tidak seharusnya
diperdagangkan karena pikiran bukanlah untuk diperdagangkan tetapi untuk
merdeka dan bebas dari segala pengaruh. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa Diva
memiliki pemikiran yang puas dan bebas dengan pikirannya.
Cara berpikir Diva seperti itu
membuktikan dia telah mencapai tahap aktualisasi karena hirarki kebutuhannya
secara fisiologisnya telah terpenuhi karena dia menghasilkan uang dari
profesinya yang dibayar dengan nilai dollar, kebutuhan rasa amannya telah
terpenuhi karena hidupnya tidak bergantung dengan siapapun dan tidak terikat
oleh apapun. Kemudian dari kebutuhan sosial dan dicintai dipenuhi Diva dengan
berkomunikasi dengan para kliennya dan
37
dia
telah merasa dicintai oleh Gio. Hirarki selanjutnya adalah penghargaan, menurut
Maslow terbagi dua; penghargaan yang berasal dari orang lain dan penghargaan
terhadap diri sendiri.[81]
Penghargaan yang berasal dari orang lain
telah diperoleh Diva dari teman satu profesinya model, dan para kliennya yang
telah mengikuti aturan mainnya dalam berdagang. Dan penghargaan terhadap
dirinya sendiri tercermin dari kewajibannya mengurus jasadnya dan selalu teguh
dengan pemikiran-pemikirannya. Setelah keempat hirarki kebutuhan tersebut telah
terpenuhi maka sampailah Diva pada perkembangan yang paling tinggi dan
penggunaan semua bakatnya, pemenuhan semua kualitas dan kapasitanya. Sehingga Diva
harus menjadi menurut potensinya untuk menjadi.
Oleh karena itu, segala yang terjadi dan
konflik pada Diva, dia hadapi bukan dengan memunculkan konflik cyber avatar kembali namun dengan cara dan
pandangannya sendiri. Karena konsep awal yang terjadi pada dirimu semua berasal
dari yang ada, dan semuanya ada padamu.
Manusia dilahirkan dengan
kebutuhan-kebutuhan instinktif. Kebutuhan-kebutuhan universal yang mendorong
kita untuk tumbuh berkembang, untuk mengaktualisasi diri, untuk menjadi
semuanya sejauh kemampuannya. Jadi, potensi untuk pertumbuhan dan kesehatan
psikologis ada sejak lahir.
Dalam hal ini (Schulzt, 1991:89)
memberikan kesimpulan bahwa apakah potensi kita dipenuhi atau diaktualisasi
tergantung pada kekuatan individual dan sosial yang memajukan atau menghambat
aktualisasi diri.[82]
Dari
beberapa kutipan tersebut Diva yang memiliki karakter bisa memprediksi semuanya
karena dia merupakan karakter yang mencapai enlightenment tertinggi/aktualisasi
dengan dirinya dan alam semesta sehingga dia tahu segalanya terjadi dan yang terjadi
maka terjadilah. Itu sebabnya dia bisa mengontak empat karakter yang
ada melalui “jaringan” besarnya, yang
38
pada akhir cerita
terungkap bahwa ialah Supernova. Sebuah konsep yang digunakan untuk menyadarkan
orang-orang agar mampu mengaktualisasi dirinya.
Diva
sebagai tokoh yang mewakili konsep aktualisasi diri Abraham Maslow, ditampilkan
konsisten dari awal kemunculannya hingga akhir cerita dengan aktualisasi
dirinya. Dan tokoh Diva juga berhasil menerapkan dan menyampaikan melalui
perkataan maupun perbuatannya sebagai realisasi dari cara berpikirnya, konsep
itu tidak hanya pada dirinya tetapi juga pada tokoh lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Unsur
intrinsik dalam novel Supernova Episode:
Kesatria. Putri, dan Bintang Jatuh, (1) Tema, tema yang diangkat adalah
aktualisasi diri; (2) Plot atau alur, dimulai dari tahap pengenalan
masing-masing tokohnya, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik,
klimaks dan penyelesaian yang dipusatkan pada tokoh Diva yang mencakup konflik
batin yang dapat dia selesaikan sendiri. ;(3) Tokoh penokohan, menjelaskan
skema tokoh dengan tokoh dalang Dimas dan Reuben, tokoh utama Diva dengan motif
dan tujuannya, dan tokoh-tokoh pelengkap.; (4) Latar, terdiri dari latar tempat
Washington dan Jakarta, latar waktu yaitu tahun 1991 dan 2001, latar suasana
senang, sedih dan mencekam.; (5) Sudut pandang, secara keselurugan sudut
pandang dalam novel ini adalah orang ketiga maha tau.; (6) gaya bahasa dalam
novel ini antara lain penggunaan bahasa ilmiah, metafora, personifikasi,
hiperbola, litotes, dan lainnya.
2.
Diva sebagai tokoh yang mewakili konsep aktualisasi diri Abraham
Maslow, ditampilkan konsisten dari awal kemunculannya hingga akhir cerita
dengan aktualisasi dirinya. Dan tokoh Diva juga berhasil menerapkan dan
menyampaikan melalui perkataan maupun perbuatannya sebagai realisasi dari cara
berpikirnya, konsep itu tidak hanya pada dirinya tetapi juga pada tokoh lain.
39
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
Haqi dan Ribka Anastasia Setiawan. 2013. My
Life As Writer. Jakarta: Plot Point
Anonim. Ensklopedia Sastra Indonesia. Supernova Episode: Kesatria. Putri, dan
Bintang Jatuh. Bandung: Titian Ilmu
Anonim. Harian Indonesia Pos. “Dee Punya
Agama Baru”. Jakarta: Ed Minggu. 19 Februari 2006
Anonim. Harian Media Indonesia. “Dewi
Lestari Karya Besar dan kodrat Ibu”. Jakarta: Ed. Minggu. 10 April 2005
Anonim.
Harian Republika. “Merengkuh Supernova”. Ed.
Minggu 1 Mei 2005
Anonim. Harian Seputar Indonesia. “Dewi
Lestari Jadi Penganut Buddha”. Jakarta: Ed. Minggu. 19 Februari. 2006
Anonim.
Harian Suara Pembaharu. “Cinta Dewi Supernova”. Ed. Minggu. 12 Januari 2003
Chasanah, Ida Nurul dan Adi Setiyowati.
“Aspek Sains Dalam Novel Supernova:
Kesatria. Putri Dan Bintang Jatuh”. InfoLitbang Kementerian Negara Riset
dan Teknologi. Diakses melalui http://www.lppm.unair.ac.id/search.view.php?id=554&c=2.
Diunduh pada tanggal 2 Juni 2013. pukul.12:48
Mahayana, Maman S. 2007. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra Metode. Teori dan Contoh Kasus. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Nurgiyantoro,
Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press Dee. 2012. Supernova: Kesatria. Putri, dan Bintang Jatuh. Yogyakarta: Bentang
Prihananto,
Khusnaini. “Analisis Strukturalisme Genetik Novel Supernova Episode Kesatria. Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi
Lestari”. Diakses melalui UNS Digital library Konfigurasi Dokumen.htm. Diunduh pada
26 April 2013. pukul.12:18
Siswanto,
Wahyudi. Pengantar
Teori Sastra. (Jakarta: PT Gramedia. 2008). h.183.
Stanton,
2007. Robert. Teori Fiksi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Yudawati, Ratna dan Dani Haryanto. 2011. Teori-Teori
Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasipustaka Karya
[1]
Maman S Mahayana, Ekstrinsikalitas Sastra
Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), h. 347.
[2] Khusnaini Prihananto, “Analisis Strukturalisme Genetik Novel
Supernova Episode Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh Karya Dewi Lestari”, diakses melalui UNS Digital library Konfigurasi
Dokumen.htm, diunduh pada 26 April 2013, pukul.12:18.
[3]Ida
Nurul Chasanah dan Adi Setiyowati, “Aspek Sains Dalam Novel Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang Jatuh”,
InfoLitbang Kementerian Negara Riset dan Teknologi, diakses melalui http://www.lppm.unair.ac.id/search.view.php?id=554&c=2,
diunduh pada tanggal 2 Juni 2013, pukul.12:48.
[4]
Haqi Achmad dan Ribka Anastasia Setiawan, My
Life As Writer, (Jakarta: PlotPoint,2013), h.87
[5] Anonim. Harian Media
Indonesia, “Dewi Lestari Karya Besar dan kodrat Ibu”, (Jakarta: Pusat
Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Minggu, 10 April 2005, h.12
[6] Anonim. Harian Indonesia
Pos, “Dee Punya Agama Baru”, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin,
Minggu, 19 Februari 2006, h.20.
[7] Anonim. Harian seputar
Indonesia, “Dewi Lestari Jadi Penganut Buddha”, (Jakarta: Pusat Dokumentasi
Sastra H.B. Jassin, Minggu, 19 Februari, 2006), h. 40.
[8] Anonim. Ensklopedia Sastra
Indonesia, Supernova Episode: Kesatria, Putri,
dan Bintang Jatuh, (Bandung: Titian Ilmu), h. 913.
[9]
Haqi Achmad dan Ribka Anastasia Setiawan, My
Life As Writer, (Jakarta: PlotPoint,2013), h. 89-91.
[10]Ibid., h.103.
[11]Ibid., h.103.
[12] Ibid., h.104.
[13]Ibid., h.104.
[14] Anonim. Harian Suara
Pembaharu, “Cinta Dewi Supernova”,
(Pusat Dokumentasi H.B. Jassin, Minggu, 12 januari 2003), h.1.
[15]
Anonim. Harian republika,“Merengkuh
Supernova”, (pusat Dokumentasi H.B. Jassin, Minggu 1 Mei 2005), h. 1.
[17] Ibid.
[18]Burhan
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi,
Cet 5, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 66.
[19]
Abraham Maslow ialah penemu konsep psikologi transpersonal, yang didasari pada
kerangka kerja idealis monistik (paradigm yang mengatakan bahwa otak dan
pikiran berada di realitas yang sama)
[20]Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.67.
[21]Burhan
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi,
Cet 5, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 113.
[22]Ibid., h. 149.
[23]
Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.1.
[24]
Ibid., h.14.
[25]
Ibid., h.2.
[26] Ibid., h.2.
[27]
Ibid., h.113.
[28]
Ibid., h.12.
[29]
Ibid., h.14.
[30]
Ibid., h.26.
[31]
Ibid., h.30.
[32]Ibid., h..31.
[33]
Ibid., h.40.
[34]
Ibid., h.79.
[35]
Ibid., h.65.
[36]
Ibid., h.22.
[37]
Ibid., h.l48.
[38]
Burhan
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi,
Cet 5, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h.149.
[39]
Ibid., h.149.
[40]
Ibid., h. 150.
[41]
Ibid
[42]Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.175.
[43]
Ibid
[44]
Burhan
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi,
Cet 5, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h.191.
[45]
Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.67.
[46]
Ibid., h.71.
[47]
Ibid., h. 110.
[48]
Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.213.
[49]
Ibid., h. 17.
[50] Ibid., h. 13.
[51]
Ibid., h. 100.
[52] Ibid., h. 51.
[53]
Ibid., h. 229.
[54] Robert Stanton, Teori Fiksi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), h. 26
[55]
Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.1.
[56]
Ibid., h.2-3.
[57]
Ibid., h.16.
[58]
Ibid., h.142.
[59]
Ibid., h. 137.
[60]
Ibid., h.66.
[61]
Ibid., h.1.
[62]
Ibid., h.46.
[63]
Maman S Mahayana, Ekstrinsikalitas Sastra
Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), h.344-345.
[64]
Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.3.
[65] Ibid., h.107.
[66]
Ibid., h.118.
[67]Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.66.
[68]
Ibid., h.65.
[69]
Ibid., h. 67.
[70] Ibid.,h.38
[71]
Abraham Maslow ialah penemu konsep psikologi transpersonal, yang didasari pada
kerangka kerja idealis monistik (paradigm yang mengatakan bahwa otak dan
pikiran berada di realitas yang sama)
[72]Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.67.
[73]Ratna Yudawati dan Dani
Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasipustaka
Karya, 2011), h.80-82
[74]Dee, Supernova: Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.68
[75] Ibid., h.68
[76]Ibid., 85-86
[77]Ibid., 90.
[78]Ibid., 140.
[79]Ibid., 141.
[80]Ibid.,h.296.
[81]
Albertine Minderop, Psikologi Sastra
(Karya Sastra Metode, Teori, dan Contoh Kasus), (Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2011), h. 283.
[82]Ibid., h. 279.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar