Rabu, 05 Desember 2012

Coba menganalisis puisi 1970-an



Analisislah sebuah puisi dengan cara

1.      Parafrasakan puisi

2.      Menemukan hubungan pemilihan kata dengan gaya bahasa

3.      Fungsi gaya bahasa tersebut digunakan dalam puisi tersebut


Puisi

1970-an


Lapar aku, aku lapar. Kumakan buah segala buah
segala padi segala ubi
Kumakan sayur segala sayur. Segala daun segala rumput
Kumakan ikan, ketam, udang, kerang
Kumakan kuda
Ayam, sapi, kambing, babi, tikus, bekicot
Aku lapar, lapar lagi!
Ku makan angin
Ku makan mimpi
Ku makan pil
Ku makan kuman
Ku makan tanah
Ku makan laut
Ku makan mesiu
Ku makan bom
Ku makan bulan
Dan bintang dan matahari
Kumakan mimpimu
Rencanamu
Tanganmu, kakimu
Kepalamu
Astaga, kumakan tanganku
Dan kakiku dan kepalaku
Dan hah, kumakan kamu!
(Abrar Yusra)

1.      Prafrasa
Lapar aku (dalam puisi), aku (dalam puisi) lapar, aku (dalam puisi) makan buah segala buah, makan padi segala ubi. Makan sayur segala sayur, makan daun segala rumput, makan ikan, ketam, udang, kerang, kuda, ayam, sapi, kambing, babi, tikus, bekicot. Tapi aku (dalam puisi) masih lapar, lapar lagi.
Ku (dalam puisi) makan angin, mimpi, pil, kuman, tanah, laut, mesiu, bom, bulan, bintang, matahari.
Ku (dalam puisi) makan mimpimu, rencanamu, tanganmu, kakimu, kepalamu. Sampai aku (dalam puisi) kaget Astaga ku (dalam puisi) memakan tangannya, kakinya, kepalanya. Dan hah, ku (dalam puisi) makan Kamu !

2.      Dalam puisi tersebut kata paling dominan/yang sering diulang adalah kata “lapar dan makan”. Kata-kata yang dominan itu dapat memberiakan suasana yang dominan pula terhadap sebuah puisi. Dengan melihat kata-kata yang dominan itu akan terbuka pula kemungkinan untuk memahami makna keseluruhan puisi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hal.789 kata “lapar” adalah berasa ingin makan (karena perut kosong). Dan kata “makan” dalam KBBI hal. 860 adalah 1. Memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya; 2. Memasukkan sesuatu ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya.
Dari dua pengertian kata lapar dan makan, kami temukan adanya hubungan antara kata lapar dan makan, yaitu: keadaan lapar merupakan berasa ingin makan karena perut kosong, dan kegiatan makan disebabkan karena lapar.
Pada awal Puisi tersebut dibuka dengan kata “lapar”. Ini menguatkan bahwa keadaan lapar Aku (dalam puisi) menjadikannya harus makan segala makanan, buah, padi, sayur, rumput, ikan, sapi, hingga segalanya dimakan termasuk anggota tubuhnya sendiri.
Gaya bahasa yang dipilih adalah gaya bahasa pararelisme, enumerasi, dan metafora. Artinya bahwa hubungan antara pemilihan kata dan gaya bahasa tersebut ada kaitan yang erat sehingga menimbulkan efek yang sangat mudah dipaham, dan maksud si pengarang tersampaikan.
Jika dihubungkan dengan judul puisinya yaitu 1970-an, artinya isi puisi pasti berhubungan dengan tahun 1970-an. Pada tahun 1970-an merupakan zaman Orde Baru. Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar
Sangat disayangkan kemajuan Indonesia hanya semu belaka. Hasil pembangunan telah mencitakan kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin. Hal ini terjadi karena adanya praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia. Akibatnya terjadi krisis multidimensional (berbagai bidang), seperti :
1.Krisis politik, karena terlalu lamanya Presiden Suharto berkuasa ( kurang lebih 32 tahun)
2.Krisis ekonomi, karena terlalu banyak utang Indonesia kepada luar negeri, dan banyak terjadi korupsi.
3.Krisis sosial , pertikaian sosial yang terjadi sepanjang tahun 1996 telah memicu munculnya kerusuhan antar agama dan etnis, misalnya di Situbondo(Jawa Timur), Tasikmalaya(Jawa Barat), Sanggau Ledo (Kalimantan Barat) yang meluas ke Singkawang dan Pontianak.
Dari fakta tersebut dapat disimpulkan kaitan kata “lapar”,”makan”, dan “1970-an” adalah pemilihan kata lapar dan makan merupakan gambaran dari keadaan di tahun 1970-an. Yang menggambarkan orang-orang rakus pada masa tersebut,yaitu para pejabat/pemerintah yang digaji, bersikap otoriter (tidak ada yang boleh menentang dan mengutamakan kestabilan negara) ternyata dibalik itu kestabilan negara menjadi kacau karena banyaknya praktik Kolusi, Korupsi, Nepotisme (KKN) sehingga menyebabkan krisis moneter di Indonesia.
Fungsi digunakannya gaya bahasa pararelisme dalam puisi 1970-an adalah untuk menimbulkan adanya gambaran yang jelas dan nyata/deskriptif yaitu keadaan yang sangat lapar dan lapar dari si aku (dalam puisi) sehingga memakan apapun tanpa memilihnya.
Fungsi gaya bahasa enumerasi dalam puisi tersebut yang dinyatakan dengan
Kumakan ikan, ketam, udang, kerang
Kumakan kuda
Ayam, sapi, kambing, babi, tikus, bekicot
Gaya bahasa pemerincian/enumerasi ini agar menimbulkan efek yang sangat benar-benar lapar dan lapar pada si aku (dalam puisi) dengan adanya pemerician ini kita pun dapat mengetahui seberapa laparnya aku (dalam puisi). Sehingga dapat kita simpulkan bahwa aku (dalam puisi) seorang yang rakus. Rakus dalam KBBI hal.1135 adalah 1. Suka makan banyak dengan tidak memilih;lahap;gelojoh; 2. Ingin memperoleh lebih banyak daripada yang diperlukan;loba;tamak;serakah.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi penggunaan gaya bahasa pararelisme, enumerasi, dan metafora dalam puisi ini adalah untuk dapat menguatkan maksud penayir, dan memberika penekanan betapa lapar (sangat lapar) sehingga apapun dimakan sampai tak sadar dimakannya anggota tubuhnya, dari penguatan gaya bahasa dalam puisi tersebut mendeskripsikan pada kita betapa rakusnya aku (dalam puisi) karena makan apapun selalu lapar dan lapar lagi. Inilah yang terjadi pada masa orde baru tahun 1970-an.