Menganalisis Puisi "Harimau" Karya Widji Thukul dengan cara mengartikan setiap kata dalam kalimat.
Aku pernah
menyaksikan
Banyak orang
mendirikan kandang
Untuk memelihara
harimau
Yang mereka hidupkan
dari ketakutan
Sehingga harimau itu
pun
Beranak-pinak
Didalam tempurung
kepalanya
Tapi aku
Ogah
Memelihara
Aku telah membakarnya
Dulu
Waktu aku bosan
Dan tak mau lagi
Ditakut-takuti
Karena geli
Dan hari ini
Aku semakin geli
Melihat orang-orang
kebingungan
Karena harimau itu
Tak mampu mengaum
lagi
Mungkin karena capek
Sebagai gantinya
Di mana-mana
Sekarang aku
mendengar semakin banyak
Suara tawa
Tapi penguasa
Risi rupanya
Karena itu orang yang
berani tertawa
Diancam dengan
undang-undang subversi
Dan hukuman mati
Tapi
Meskipun para
terdakwa
Sudah dimasukkan bui
Dan diadili
Suara tawa itu tak
juga kunjung berhenti
Meskipun surat kabar
radio dan televisi
Telah menyiarkan ke
seluruh sudut negeri
Bahkan tertawa terbahak-bahak
Itu liberal
Bertentangan dengan
budaya nasional
Dan merongrong
stabilitas negara
Karena itu
Orang yang berbicara
Tertawa
Berpendapat
Dan berserikat
Harus mencantumkan
apa azasnya
Kalau nekat
Tembak di tempat
Sekarang
Hanya hakimlah yang
kelihatan tak berpura-pura
Karena kalau ia
ikutan tertawa
Akan punahlah harimau
Yang tinggal
satu-satunya karena itu
Harus ada yang
didakwa
Dan dipersalahkan
Agar tuntutan jaksa
Nampak serius
Dan tak menggelikan
Sebab
Kalau seluruh rakyat
tertawa
Dan buruh-buruh mogok
kerja – apa jadinya?
|
Aku “yg berbicara
atau yg menulis”,
pernah “sudah
menjalani (mengalami dsb)”,
menyaksikan “orang yg
melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian)”
Banyak “besar
jumlahnya; tidak sedikit”,
orang “manusia (dl
arti khusus)”,
mendirikan “memasang
(meletakkan)”,
kandang “bangunan
tempat tinggal binatang; ruang berpagar tempat memelihara binatang”
Untuk “kata depan
untuk menyatakan bagi”,
memelihara “menjaga
dan merawat baik-baik”, harimau “binatang buas, pemakan daging, rupanya spt
kucing besar”
Yang “kata untuk
menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg
lain”, mereka “dia dng yg lain”, hidupkan “masih terus ada, bergerak, dan
bekerja sebagaimana mestinya (tt manusia, binatang, tumbuhan, dsb)”, dari
“kata depan yg menyatakan tempat permulaan (dl ruang, waktu, deretan, dsb)”, ketakutann”
perihal takut; rasa takut; keadaan takut”
Sehingga “kata
penghubung untuk menandai akibat“, harimau “binatang buas, pemakan daging,
rupanya spt kucing besar”,itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh
dr pembicara”, Pun” juga atau demikian juga”
Beranak “mempunyai
anak”, pinak “keturunan”
Di “kata depan untuk
menandai tempat “, dalam “jauh ke bawah (dr permukaan)”, tempurung “tulang
kepala (yg melindungi bagian isi kepala, terutama otak)”, kepala “bagian
tubuh yg di atas leher”
Tapi “kata penghubung
intrakalimat untuk menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras”, aku “yg
berbicara atau yg menulis”
Ogah “tidak mau
(bersedia) berbuat sesuatu”
memelihara “menjaga
dan merawat baik-baik”
aku “yg berbicara
atau yg menulis”, telah “sudah (untuk menyatakan perbuatan, keadaan dsb yg
sempurna, lampau, atau selesai)”, membakarnya “menghanguskan (menyalakan,
merusakkan) dng api”
Dulu “dua hari
sebelum hari ini”
Waktu “seluruh
rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau
berlangsung”, aku “yg berbicara atau yg menulis”, bosan “sudah tidak suka
lagi krn sudah terlalu sering atau banyak; jemu”
Dan “penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe
yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, tak “tidak”, mau “sungguh-sungguh
suka hendak; suka akan; sudi”, lagi “partikel yg dipakai untuk menekankan
kata atau kalimat yg mendahuluinya (mengandung makna; sama sekali,
betul-betul, amat sangat, dsb)”
Di “kata depan untuk
menandai waktu “, takut “merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yg dianggap
akan mendatangkan bencana”
Karena “kata
penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, geli “merasa dan terasa adanya
kelucuan”
Dan “penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe
yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, hari “waktu dr pagi sampai
pagi lagi”, ini “kata penunjuk thd sesuatu yg letaknya tidak jauh dr
pembicara”
aku “yg berbicara
atau yg menulis”, semakin “kian bertambah”, geli “merasa dan terasa adanya
kelucuan”
melihat “menggunakan
mata untuk memandang; (memperhatikan)”, orang-orang “lebih dari satu manusia
(dl arti khusus)”, kebingungan “dalam keadaan bingung (gugup, tidak tahu
arah, dsb); kehilangan akal”
Karena “kata
penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, harimau “binatang buas, pemakan
daging, rupanya spt kucing besar”,itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal)
yg jauh dr pembicara”
tak “tidak”, mampu
“kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu; dapat”, mengaum ” berbunyi menderam
(tt harimau, singa) mengeluarkan bunyi aum”, lagi “partikel yg dipakai untuk
menekankan kata atau kalimat yg mendahuluinya (mengandung makna; sama sekali,
betul-betul, amat sangat, dsb)”
Mungkin ”tidak atau
belum tentu; barangkali; boleh jadi; dapat terjadi; tidak mustahi”, Karena
“kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, capek “lelah, penat; letih;
payah; lesu; tidak bertenaga”
Sebagai “kata depan
untuk menyatakan hal yg serupa; sama; semacam (itu)”, gantinya “berganti;
bertukar; berpindah”
Di “kata depan untuk
menandai waktu “,mana-mana ”mana pun; barang apa pun; setiap”
Sekarang “waktu
(masa, saat) ini “, aku “yg berbicara atau yg menulis”, mendengar “dapat
menangkap suara (bunyi) dng telinga; tidak tuli”, semakin “kian bertambah”, banyak
“besar jumlahnya; tidak sedikit”
Suara “bunyi yg
dikeluarkan dr mulut manusia (spt pd waktu bercakap-cakap, menyanyi, tertawa,
dan menangis)”, tawa “ungkapan rasa gembira, senang, geli, dsb dng
mengeluarkan suara (pelan, sedang, keras) melalui alat ucap”
Tapi “kata penghubung
intrakalimat untuk menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras”,
penguasa “sekelompok kecil orang dl masyarakat yg melakukan semua fungsi
politik, monopoli kekuasaan, dan memperoleh hak-hak istimewa”
Risi
“merasa tersinggung”, rupa “keadaan yg tampak di luar”
Karena “kata
penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, itu “kata penunjuk bagi benda
(waktu, hal) yg jauh dr pembicara”, orang “manusia (dl arti khusus)”, yang
“kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau
dibedakan dr yg lain”, berani “mempunyai hati yg mantap dan rasa percaya diri
yg besar dl menghadapi bahaya, kesulitan, dsb”, tertawa “melahirkan rasa
gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai”
Di “kata depan untuk
menandai waktu “, Ancam “menyatakan maksud (niat, rencana) untuk melakukan
sesuatu yg merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak
lain”, dengan “beserta; bersama-sama”, undang-undang “aturan yg dibuat oleh
orang atau badan yg berkuasa”, subversi “gerakan dl usaha atau rencana
menjatuhkan kekuasaan yg sah dng menggunakan cara di luar undang-undang”
Dan “penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe
yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, hukuman “siksa dsb yg
dikenakan kpd orang yg melanggar undang-undang dsb”, mati “sudah hilang
nyawanya; tidak hidup lagi”
Tapi “kata penghubung
intrakalimat untuk menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras”
Meskipun “kata penghubung untuk menandai perlawanan
makna; walaupun; sungguhpun”, para “kata penyerta yg menyatakan, pengacuan ke
kelompok”, terdakwa “rang yg didakwa (dituntut, dituduh) telah melakukan
tindak pidana dan adanya cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan di muka
persidangan”
Sudah “telah jadi;
telah sedia”, dimasukkan “ datang (pergi) ke dl (ruangan, kamar, lingkungan,
dsb)”, bui “penjara”
Dan “penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe
yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, diadili “sama berat; tidak
berat sebelah; tidak memihak”
Suara “bunyi yg
dikeluarkan dr mulut manusia (spt pd waktu bercakap-cakap, menyanyi, tertawa,
dan menangis)”, tawa “ungkapan rasa gembira, senang, geli, dsb dng
mengeluarkan suara (pelan, sedang, keras) melalui alat ucap”, itu “kata
penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr pembicara”, tak “tidak”, juga “selalu
demikian halnya (kadang-kadang untuk menekankan kata di depannya)”, kunjung
“pergi (datang) untuk menengok (menjumpai dsb)”, berhenti “berakhir; selesai;
tamat”
Meskipun “kata
penghubung untuk menandai perlawanan makna”, surat “kertas dsb yg bertulis
(berbagai-bagai isi, maksudnya)”, kabar “laporan tt peristiwa yg biasanya
belum lama terjadi”, radio “siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui
udara”, Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg
setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, televisi
“sistem penyiaran gambar yg disertai dng bunyi (suara) melalui kabel atau
melalui angkasa dng menggunakan alat yg mengubah cahaya (gambar) dan bunyi
(suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas
cahaya yg dapat dilihat dan bunyi yg dapat didengar”
Telah “sudah (untuk
menyatakan perbuatan, keadaan dsb yg sempurna, lampau, atau selesai)”,
menyiarkan “memberitahukan kpd umum (melalui radio, surat kabar, dsb);
mengumumkan (berita dsb)”, ke “kata depan untuk menandai arah atau tujuan”, seluruh
“semua; segenap; seantero (menunjukkan suatu keutuhan)”, sudut “penjuru;
pojok”, negeri “tanah tempat tinggal suatu bangsa”
Bahkan “kata
penghubung bagian kalimat dng bagian yg lain atau kalimat dng kalimat untuk
menyatakan penguatan”, tertawa “melahirkan rasa gembira, senang, geli, dsb
dng suara berderai”, terbahak-bahak “nyaring dan keras atau keras-keras (tt
tertawa)”
itu “kata penunjuk
bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr pembicara”, liberal “bersifat bebas”
Bertentangan “berlawanan;
tidak selaras”, dengan “beserta; bersama-sama”, budaya “adat istiadat”, nasional
“bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dr bangsa sendiri; meliputi
suatu bangsa”
Dan “penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe
yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, merongrong “selalu mengganggu (menyusahkan dsb)”, stabilitas
“kemantapan; kestabilan; keseimbangan”, negara “organisasi dl suatu wilayah
yg mempunyai kekuasaan tertinggi yg sah dan ditaati oleh rakyat”
Karena “kata
penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, itu “kata penunjuk bagi benda
(waktu, hal) yg jauh dr pembicara”
orang “manusia (dl
arti khusus)”, yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut
diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, berbicara “berkata; bercakap;
berbahasa”
tertawa “melahirkan
rasa gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai”
Berpendapat “prasangka;
anggapan sebelumnya”
Dan “penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe
yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, berserikat “bersatu
merupakan perkumpulan (gabungan, ikatan, dsb)”
Harus “wajib; mesti
(tidak boleh tidak)”, mencantumkan “merapatkan supaya bertaut; menautkan”, apa
“kata tanya untuk menanyakan nama (jenis, sifat) sesuatu”, azasnya “dasar
(sesuatu yg menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat)”
Kalau “kata
penghubung untuk menandai syarat”, nekat “berkeras hati; dng keras atau kuat
kemauan”
Tembak “melepaskan
peluru dr senjata api (senapan, meriam)”, di “kata depan untuk menandai waktu
“,mana-mana ”mana pun; barang apa pun; setiap”, tempat “ruang (bidang, rumah,
daerah, dsb) yg didiami (ditinggali) atau ditempati”
Sekarang “waktu (masa, saat) ini; kini”
Hanya “Cuma”, hakim
“orang yg mengadili perkara”, yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau
kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, kelihatan “terlihat;
dapat dilihat; tampak”, tak “tidak”, berpura-pura “tampak berbuat (bekerja,
melakukan, dsb), tetapi sebenarnya tidak berbuat atau tidak berniat berbuat;
berbuat seolah-olah; berlagak”
Karena “kata
penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, kalau “kata penghubung untuk
menandai syarat”, ia “orang yg dibicarakan, tidak termasuk pembicara dan
kawan bicara; dia”, ikutan “yg diikuti; yg dianut”, tertawa “melahirkan rasa
gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai”,
Akan “(untuk
menyatakan sesuatu yg hendak terjadi, berarti) hendak”, punah “habis semua
hingga tidak ada sisanya; benar-benar binasa”, harimau “binatang buas,
pemakan daging, rupanya spt kucing besar”
Yang “kata untuk
menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg
lain”, tinggal “masih tetap di tempatnya dsb; masih selalu ada (sedang yg
lain sudah hilang, pergi, dsb)”, satu-satunya
“hanya satu, tiada yg lain”, karena “kata penghubung untuk menandai
sebab atau alasan”, itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr
pembicara”
Harus “wajib; mesti
(tidak boleh tidak)”,
Yang “kata untuk
menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg
lain”, ada “hadir; telah sedia”, yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau
kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, dakwa “tuduhan”
Dan “penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe
yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, dipersalahkan “tidak benar;
tidak betul”
Agar “ata penghubung
untuk menandai harapan; supaya”, tuntutan “meminta agar (terdakwa) dihukum”, jaksa
“pejabat di bidang hukum yg bertugas menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dl
proses pengadilan thd orang yg diduga melanggar hukum”
Nampak “dapat
dilihat; kelihatan”, serius “sungguh-sungguh”
Dan “penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe
yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, tak “tidak”, menggelikan “menimbulkan
rasa geli”
Sebab “hal yg
menjadikan timbulnya sesuatu; lantaran; karena; (asal) mula”
Kalau “kata
penghubung untuk menandai syarat”, seluruh “semua; segenap; seantero
(menunjukkan suatu keutuhan)”, rakyat “penduduk suatu negara”, tertawa “melahirkan
rasa gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai”
Dan “penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe
yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, buruh-buruh “orang yg bekerja
untuk orang lain dng mendapat upah; pekerja”, mogok “idak dapat berjalan
(bekerja) sebagaimana biasanya”, kerja “kegiatan melakukan sesuatu; yg
dilakukan (diperbuat)”, apa “kata tanya untuk menanyakan nama (jenis, sifat)
sesuatu”, jadinya “betul-betul terjadi; menjadi kenyataan”
|
27 Januari 1997
Widji Thukul: Aku Ingin Jadi Peluru (baju loak sobek pundaknya)
Widji Thukul: Aku Ingin Jadi Peluru (baju loak sobek pundaknya)
Dalam
puisi di atas sudah saya jabarkan kata perkata. Ketika membaca secara
keseluruhan makna dari kata-kata tersebut menjadi lebih jelas. Sehingga membuka
pandangan kita terhadap puisi ini. Puisi yang tadinya masih kurang di mengerti
maksudnya, setelah di jabarkan menjadi lebih mendalam lagi. Puisi Harimau ini
sangat kental sindiran dan peristiwa pada masa orde baru. Peristiwa yang wiji
thukul sampai sama persis dengan kejadian yang sesungguhnya di masa orde baru. Mulai
dari ketakutan-ketakutan yang ditimbulkan kepada masyarakat hingga menjadi
turun temurun ke anak cucu agar tidak menentang pemerintah. Pada akhirnya ada
beberapa orang sadar salah satunya wiji thukul dalam puisinya ini. Pada jaman
orde baru, pemerintah sangat mengedepankan pembangunan dan kesetabilan negara.
Karena waktu jaman ordeb baru ditakutkan ada kelompok lain yang ingin merebut
negara ini. Hal-hal yang menyinggung pemerintah khususnya presiden akan segera
ditindak lanjut secara cepat. Ketakutan yang dulunya ditanamkan oleh penguasa, semakin
lama semakin berkurang bahkan banyak yang sudah sadar dan mulai menentang. Masyarakat
selalu di atur dan patuh kepada pemerintah, tidak boleh ada yang menentang. Seorang
wiji thukul yang bosan terus menerus ditakuti oleh pemerintah nampaknya sadar
lebih cepat. Untuk ini puisi ini hadir sebagai sindiran kepada pemerintah dan
menyadarkan masyarakat. Ruang gerak dalam berkarya dan mengemukakan pendapat sangatlah
dibatasi oleh undang-udang, bahkan banyak yang masuk bui karena menurut
pemerintah mengancam kesetabilan negara dan ada yang di tembah di tempat. Semakin
lama kebohongan ini semakin terungkap, pemerintah semakin gencar mencari-cari
orang bersalah. Sangat disayangkan beberapa orang yang sudah terlanjur tahu,
bahwa semua itu hanya untuk menakuti. Sekarang pemerintah kehilangan
senjatanya. Hanya beberapa orang yang mengerti tentang kondisi ini, kalau
sampai semua tahu hal yang sebenarnya maka betapa lemahnya pemerintah.
Tawa
dari puisi ini sebuah ungkapan kebebasan berekpresi melahirkan rasa gembira,
senang, geli, dsb dng suara berderai. Tetapi pemerintah memberi batasan yang
membuat kita menjadi hati-hati dalam mengekspresikan. Tawa di dalam puisi ini
adalah sebuah kritik kepada pemerintah. Karena keritikan bersifat bebas namun, ordebaru
kita tidak boleh secara bebas mengkritik tanpa ada asas yang jelas.
Puisi
ini membawa pandangan kita tentang peristiwa yang terjadi pada orde baru dan
membawa pelajaran terhadap pemerintah masa kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar