Senin, 03 Juni 2013

Hakikat Berbicara

PEMBAHASAN
“HAKIKAT BERBICARA”

2.1     KONSEP DASAR BERBICARA
           A.     PENGERTIAN BERBICARA
Berbicara ialah bentuk komunikasi dengan menggunakan media bahasa, berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan, pikiran, perasaan menjadi wujud ujaran.
Ujaran yang dimaksud ialah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna. Kebermaknaan menjadi suatu keharusan jika bunyi bahsa tersebut ingin dikategorikan sebagai kegiatan berbicara.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan batasan berbicara berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi yaitu :
1.         BERBICARA MERUPAKAN EKSPRESI DIRI
Kepribadian seseorang dapat dilihat dari pembicaraannya, ketika seseirang berbicara pada saat itu dia sedang mengekspresikan dirinya. Dari bahsa yang digunakan pembicara, dapat diketahui kondisi mentalnya. Kemarahan, kesedihan, kebahagiaan, bahkan ketidakjujuran seseorang tidak dapat disembunyikan selama ia masih berbicara. Dengan berbicara seseorang dapat menyatakan kepribadian dan pikirannya, berbicara dengan dunia luar, atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg.
2.         BERBICARA MERUPAKAN KEMAMPUAN MENTAL MOTORIK
Berbicara tidak hanya melibatkan kerja sama alat-alat ucap secara harmonis unttuk menghasilkan bunyi bahasa tetapi, berbicara juga melibatkan aspek mental. Bagaimana bunyi bahsa dikaitkan dengan gagasan yang dimaksud pembicara merupakan suatu keterampilan tersendiri. Dalam hal ini diperlukan keseimbangan antara gagasan yang ada dalam pikiran dengan kemampuan menentukan kata-kata yang tepat, gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara memerlukan saluran yang baik agar gagasan tersebut dapat keluar dengan sempurna.
3.         BERBICARA MERUPAKAN PROSES SIMBOLIK
Kata yang menjadi dasar dari sebuah ujaran merupakan simbol bunyi. Sebagai simbol, pemaknaan sebuah kata merupakan kesepakatan antar si pemakai bahasa. Antara kata dengan sesuatu yang dirujuknya tidak mempunyai kaitan yang mengikat artinya, penanaman sesuatu dengansebuah kata merupakan kesepakatan.
Muljana mengatakan, “lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata, prilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.”
Jika penanaman suatu benda terikat oleh benda yang dirujuknya, mungkin didunia tidak akan ada perbedaan bahasa. Hambatan itu sendiri ketika seseorang akan melakukan pembicaraan dengan orang lain yang kebetulan mempunyai bahasa yang berbeda. Jadi, ketika seorang pembicara mengucapkan kata-kata pada saat itu dia sedang melakukan simbolisai terhadap gagasan yang ada dalam pikirannya.
4.         BERBICARA TERJADI DALAM KONTEKS RUANG DAN WAKTU
Berbicara harus memperhatikan ruang dan waktu. Tempat dan waktu terjadinya pembicaraan mempunyai efek makna pembicaraan.
Waktu akan mempengaruhi makna ucapan seseorang. Anda akan dapat membedakan makna assalamualaikum yang diucapkan oleh orang yang bertamu kerumah pada siang hari dan malam hari. Pada siang hari mungkin ucapan itu dimaknai sebagai hal yang wajar, akan tetapi jika ucapan itu terjadi pada tengah malam mungkin anda akan memaknai ucapan tersebut dengan makna yang kurang wajar.
5.         BERBICARA MERUPAKAN KETERAMPILAN BERBAHASA YANG
                         PRODUKTIF
Produktivitas dalam hal ini diartikan sebagai keterampilan berbahasa yang paling banyak digunakan untuk berkomunikasi, seiring dengan kemampuan berbahasa lainya yaitu menyimak. Kedua kemampuan ini tidak dapat dipisahkan karena kedua keterampilan tersebut mempunyai hubungan resiprokal. Dibandingkan dengan menulis berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang cukup efektif, karena tidak memerlukan persiapan dan media yang cukup rumit. Selain itu, berbicara mempunyai kelebihan dari segi koreksi dan ralat.
Beberapa prinsip umum berbicara menurut Tarigan, yaitu :
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang
Berbicara sebagai bentuk komunikasi tentu saja memerlukan pihak yang berperan sebagai komunikator dan pihak lainya sebagai komunikan. Dua pihak ini merupakan faktor penting terjaminnya keberlangsungan komunikasi.
b. Mempergunakan studi linguistik yang dipahami bersama
Seperti disebutkan sebelumnya, berbicara merupakan proses simbolik yaitu penuangan gagasan-gagasan dalam bentuk simbol simbol kebahasaan yang dimaknai bersama menurut kesepakatan antar pemakai bahasa.
c. Merupakan suatu pertukaran peran antara pembicara dan pendengar
Ketika pembicara menyampaikan gagasan, pendengar berperan sebagai penyimak. Ketika pesan tersebut direspons oleh pendengar maka telah terjadi pergantian peran. Ketika penyimak memberikan respon, penyimak yang sebelumnya berperan sebahai pendengar, sudah berubah perannya menjadi pembicara, sedangkan pihak yang awal sebagai pembicara, ketika menerima respons berubak peran menjadi penyimak. Begitu seterusnya pergantian peran antara kedua pihak.
d. Berhubungan dengan masa kini.
Wacana pembicaraan hanya berlangsung pada masa kini.










B. TUJUAN DAN JENIS BERBICARA
Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan gagasan-gagasan kepada pendengar yang harus ditempatkan sebagai sarana penyampaian sesuatu kepada orang lain sesuai dengan tujuan yang diharapkan pembicara. Menurut Mulyana pengelompokan tujuan berbicara ada empat  tujuan yaitu :
1. tujuan sosial
2. tujuan ekspresif
3. tujuan ritual
4. tujuan instrumental
Ada juga tujuan-tujuan berbicara dengan menitikberatkan pada efek pembicaraan, yaitu :
1. berbicara dengan meyakinkan pendengar
2. berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar
3. berbicara dengan tujuan memperluas wawasan pendengar
4. berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang suatu objek
5. berbicara dengan tujuan menyampaikan pesan tersirat.
Jenis berbicara dapat dilakukan dengan cara yang berbeda yang dilakukan berdasarkan 3 hal yaitu : Situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan.
Berdasarkan situasi berbicara dapat dikelompokan kedalan dua jenis yaitu :
a.         Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan aturan baik aturan tata krama maupun kebahasaan.
b.         Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan.
Berdasarkan keterlibatan pelaku, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis yaitu :
a.        Berbicara individual yaitu, berbicara yang dialkukan oleh seorang pelaku pembicara misalnya pidato.
b.      Berbicara kelompok yaitu, berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara misalnya diskusi dan debat.
Berdasarkan alur pembicaraannya, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis yaitu :
a.         Berbicara monologis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan searah
b.         Berbicara dialogis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua arah
C.        PERANAN BERBICARA DALAM KESEHARIAN
Berbicara dapat digolongkan kedalam dua jenis yaitu berbicara formal dan nonformal. Berbicara formal ialah kegiatan berbicara yang terikat secara ketat oleh aturan aturan, baik aturan yang berkaitan dengan kebahasaan maupun nonkebahasaan. Sementara berbicara nonformal adalah kegiatan berbicara yang tidak begitu terikat dengan aturan. Dalam hal ini yang diutamakan adalah komunikatif, yaitu pendengar dapat memahami pesan dengan jelas yang dimaksud pembicara.
Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbicara yang digunakan adalah berbicara nonformal. Situasi berbicara nonformal tidak seketat berbicara formal. Jika berbicara formal dibatasi ruang dan waktu, situasi dalam berbicara nonformal tidak terbatas ruang dan waktu. Dimanapun kegiatan berbicara dapat dilangsungkan tanpa harus ada persiapan sebelumnya, dan waktu yang digunakan juga tidak direncanakan sebelumnya.
D.        KAITAN BERBICARA DENGAN KETERAMPILAN BERBAHASA LAINNYA
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa dapat dikaitkan dengan kemampuan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri, melainkan keterampilan yang berkaitan dengan komponen bahasa lainnya.
1.         Hubungan Berbicara Dengan Menyimak
Kemampuan berbahasa seseorang diperoleh dengan pola yang teratur dan tetap. Kemampuan berbicara dimulai dengan proses menyimak. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan berkaitan dengan hubungan antara kemampuan berbicara dengan menyimak, yaitu :
a. Seorang anak belajar berbicara dimulai dengan menyimak.
b. Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan pembicara.
c. Kemampuan berbicara dijadikan tolok ukur kemampuan menyimak.
d. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimak.
2.         Hubungan Berbicara Dengan Membaca
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat pemahaman, dan membaca dalam pembahasan disini menggunakan pemahaman yaitu membaca dengan objek huruf. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan disini berkaitan dengan hubungan antara keterampilan berbicara dan membaca, yaitu :
a.  Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses membaca.
b. Pada orang dewasa peningkatan kemampuan berbicara dapat dilakukan   melalui proses membaca.
c. Membaca dapat menjadi sarana efektif dalam memandu dalam kegiatan berbicara.
3.         Hubungan Berbicara Dengan Menulis
Berbicara bukan merupakan keterampilan berbahasa yang berdiri sendiri, melainkan keterampilan yang didukung kemampuan lainnya termasuk menulis. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan berkaitan dengan hubungan antara berbicara dan menulis, yaitu :
a. Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana pendukung bagi kemampuan berbicara.
b. Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara dialog.

2.2     BERBICARA SEBAGAI PROSES
A.      PENGERTIAN BERBICARA SEBAGAI PROSES
Proses mengandung pengertian bahwa ada beberapa hal yang bergerak secara dinamis. Dalam konteks komunikasi antar pribadi, proses menunjukkan adanya kegiatan pengiriman pesan dari sesorang kepada orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa berbicara sebagai proses adalah kegiatan berbicara yang dimulai dengan proses simbolisasi pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan kepada pendengar melalui sebuah media.
B.      TAHAP-TAHAP DALAM BERBICARA
Secara formal, kegiatan berbicara mempunyai tahapan-tahapan tertentu. Tahap-tahap tersebut bukan merupakan sesuatu yang harus dilalui dengan utuh, karena tahapan-tahapan ini bukan merupakan satu rukun dari sebuah perbuatan.


1.         Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang pembicara, yaitu:
a. Penentuan Topik
b. Penentuan Tujuan
c. Pengumpulan Referensi
d. Penyusunan Kerangka
e. Berlatih

2.         Pelaksanaan Kegiatan Berbicara
Secara umum pelaksanaan kegiatan berbicara dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
a. Pembukaan
b. Pembahasan Pokok
c. Penutup

3.         Evaluasi
Adakalanya evaluasi perlu dilakukan untuk mendapat masukan tentang kegiatan berbicara yang telah dilakukan seorang pembicara. Dengan masukan tersebut seorang pembicara dapat menentukan kualitas pembicaraannya. 



PENUTUP

3.1    Kesimpulan
          Secara umum berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan yang sebelum berada pada tataran ide.
            Berbicara sebagai proses adalah kegiatan berbicara yang dimulai dengan proses simbolisasi pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan kepada pendengar melalui sebuah media.


 DAFTAR PUSTAKA


Suparno. Bustanul Arifin. Asep Supriana. 2007. Bebicara.    Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar