PEMBAHASAN
“HAKIKAT BERBICARA”
2.1 KONSEP DASAR
BERBICARA
A. PENGERTIAN
BERBICARA
Berbicara ialah bentuk komunikasi dengan
menggunakan media bahasa, berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam
bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari
gagasan, pikiran, perasaan menjadi wujud ujaran.
Ujaran yang dimaksud ialah bunyi-bunyi
bahasa yang bermakna. Kebermaknaan menjadi suatu keharusan jika bunyi bahsa
tersebut ingin dikategorikan sebagai kegiatan berbicara.
Ada
beberapa hal yang berkaitan dengan batasan berbicara berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh para pakar komunikasi yaitu :
1. BERBICARA MERUPAKAN EKSPRESI DIRI
Kepribadian seseorang dapat dilihat dari
pembicaraannya, ketika seseirang berbicara pada saat itu dia sedang
mengekspresikan dirinya. Dari bahsa yang digunakan pembicara, dapat diketahui
kondisi mentalnya. Kemarahan, kesedihan, kebahagiaan, bahkan ketidakjujuran
seseorang tidak dapat disembunyikan selama ia masih berbicara. Dengan berbicara
seseorang dapat menyatakan kepribadian dan pikirannya, berbicara dengan dunia luar,
atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg.
2. BERBICARA
MERUPAKAN KEMAMPUAN MENTAL MOTORIK
Berbicara tidak hanya melibatkan kerja
sama alat-alat ucap secara harmonis unttuk menghasilkan bunyi bahasa tetapi,
berbicara juga melibatkan aspek mental. Bagaimana bunyi bahsa dikaitkan dengan
gagasan yang dimaksud pembicara merupakan suatu keterampilan tersendiri. Dalam
hal ini diperlukan keseimbangan antara gagasan yang ada dalam pikiran dengan
kemampuan menentukan kata-kata yang tepat, gagasan-gagasan yang ada dalam
pikiran pembicara memerlukan saluran yang baik agar gagasan tersebut dapat
keluar dengan sempurna.
3.
BERBICARA MERUPAKAN PROSES SIMBOLIK
Kata yang menjadi dasar dari sebuah
ujaran merupakan simbol bunyi. Sebagai simbol, pemaknaan sebuah kata merupakan
kesepakatan antar si pemakai bahasa. Antara kata dengan sesuatu yang dirujuknya
tidak mempunyai kaitan yang mengikat artinya, penanaman sesuatu dengansebuah
kata merupakan kesepakatan.
Muljana mengatakan, “lambang atau simbol
adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu berdasarkan kesepakatan
sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata, prilaku nonverbal, dan objek yang
maknanya disepakati bersama.”
Jika penanaman suatu benda terikat oleh
benda yang dirujuknya, mungkin didunia tidak akan ada perbedaan bahasa.
Hambatan itu sendiri ketika seseorang akan melakukan pembicaraan dengan orang
lain yang kebetulan mempunyai bahasa yang berbeda. Jadi, ketika seorang
pembicara mengucapkan kata-kata pada saat itu dia sedang melakukan simbolisai
terhadap gagasan yang ada dalam pikirannya.
4.
BERBICARA TERJADI DALAM KONTEKS
RUANG DAN WAKTU
Berbicara harus memperhatikan ruang dan
waktu. Tempat dan waktu terjadinya pembicaraan mempunyai efek makna
pembicaraan.
Waktu
akan mempengaruhi makna ucapan seseorang. Anda akan dapat membedakan makna
assalamualaikum yang diucapkan oleh orang yang bertamu kerumah pada siang hari
dan malam hari. Pada siang hari mungkin ucapan itu dimaknai sebagai hal yang
wajar, akan tetapi jika ucapan itu terjadi pada tengah malam mungkin anda akan
memaknai ucapan tersebut dengan makna yang kurang wajar.
5.
BERBICARA MERUPAKAN KETERAMPILAN BERBAHASA YANG
PRODUKTIF
Produktivitas dalam hal ini diartikan
sebagai keterampilan berbahasa yang paling banyak digunakan untuk berkomunikasi,
seiring dengan kemampuan berbahasa lainya yaitu menyimak. Kedua kemampuan ini
tidak dapat dipisahkan karena kedua keterampilan tersebut mempunyai hubungan
resiprokal. Dibandingkan dengan menulis berbicara merupakan kegiatan berbahasa
yang cukup efektif, karena tidak memerlukan persiapan dan media yang cukup
rumit. Selain itu, berbicara mempunyai kelebihan dari segi koreksi dan ralat.
Beberapa prinsip umum berbicara menurut
Tarigan, yaitu :
a.
Membutuhkan
paling sedikit dua orang
Berbicara sebagai bentuk komunikasi
tentu saja memerlukan pihak yang berperan sebagai komunikator dan pihak lainya
sebagai komunikan. Dua pihak ini merupakan faktor penting terjaminnya
keberlangsungan komunikasi.
b.
Mempergunakan
studi linguistik yang dipahami bersama
Seperti disebutkan sebelumnya, berbicara
merupakan proses simbolik yaitu penuangan gagasan-gagasan dalam bentuk simbol
simbol kebahasaan yang dimaknai bersama menurut kesepakatan antar pemakai
bahasa.
c.
Merupakan
suatu pertukaran peran antara pembicara dan pendengar
Ketika pembicara menyampaikan gagasan,
pendengar berperan sebagai penyimak. Ketika pesan tersebut direspons oleh
pendengar maka telah terjadi pergantian peran. Ketika penyimak memberikan
respon, penyimak yang sebelumnya berperan sebahai pendengar, sudah berubah
perannya menjadi pembicara, sedangkan pihak yang awal sebagai pembicara, ketika
menerima respons berubak peran menjadi penyimak. Begitu seterusnya pergantian
peran antara kedua pihak.
d.
Berhubungan dengan masa kini.
Wacana pembicaraan hanya berlangsung
pada masa kini.
B. TUJUAN DAN JENIS
BERBICARA
Tujuan utama berbicara adalah untuk
menginformasikan gagasan-gagasan kepada pendengar yang harus ditempatkan
sebagai sarana penyampaian sesuatu kepada orang lain sesuai dengan tujuan yang
diharapkan pembicara. Menurut Mulyana
pengelompokan tujuan berbicara ada empat
tujuan yaitu :
1.
tujuan sosial
2.
tujuan ekspresif
3.
tujuan ritual
4.
tujuan instrumental
Ada juga tujuan-tujuan berbicara dengan
menitikberatkan pada efek pembicaraan, yaitu :
1.
berbicara dengan
meyakinkan pendengar
2.
berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar
3.
berbicara dengan tujuan memperluas wawasan pendengar
4.
berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang suatu objek
5.
berbicara dengan tujuan menyampaikan pesan tersirat.
Jenis berbicara dapat dilakukan dengan
cara yang berbeda yang dilakukan berdasarkan
3 hal yaitu : Situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan.
Berdasarkan
situasi berbicara dapat dikelompokan kedalan dua jenis yaitu :
a. Berbicara
formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan aturan baik aturan tata krama maupun kebahasaan.
b. Berbicara
nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan
berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan.
Berdasarkan
keterlibatan pelaku, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis yaitu :
a. Berbicara
individual yaitu,
berbicara yang dialkukan oleh seorang pelaku pembicara misalnya pidato.
b. Berbicara
kelompok yaitu, berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara misalnya
diskusi dan debat.
Berdasarkan
alur pembicaraannya, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis yaitu :
a. Berbicara
monologis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan searah
b. Berbicara
dialogis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua arah
C. PERANAN
BERBICARA DALAM KESEHARIAN
Berbicara dapat digolongkan kedalam dua
jenis yaitu berbicara formal dan nonformal. Berbicara formal ialah kegiatan
berbicara yang terikat secara ketat oleh aturan aturan, baik aturan yang
berkaitan dengan kebahasaan maupun nonkebahasaan. Sementara berbicara nonformal
adalah kegiatan berbicara yang tidak begitu terikat dengan aturan. Dalam hal
ini yang diutamakan adalah komunikatif, yaitu pendengar dapat memahami pesan
dengan jelas yang dimaksud pembicara.
Dalam
kehidupan sehari-hari, kegiatan berbicara yang digunakan adalah berbicara
nonformal. Situasi berbicara nonformal tidak seketat berbicara formal. Jika
berbicara formal dibatasi ruang dan waktu, situasi dalam berbicara nonformal
tidak terbatas ruang dan waktu. Dimanapun kegiatan berbicara dapat
dilangsungkan tanpa harus ada persiapan sebelumnya, dan waktu yang digunakan
juga tidak direncanakan sebelumnya.
D. KAITAN
BERBICARA DENGAN KETERAMPILAN BERBAHASA LAINNYA
Berbicara sebagai suatu keterampilan
berbahasa dapat dikaitkan dengan kemampuan berbahasa lainnya, yaitu menyimak,
membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara bukan keterampilan yang berdiri
sendiri, melainkan keterampilan yang berkaitan dengan komponen bahasa lainnya.
1. Hubungan
Berbicara Dengan Menyimak
Kemampuan berbahasa seseorang diperoleh
dengan pola yang teratur dan tetap. Kemampuan berbicara dimulai dengan proses
menyimak. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan berkaitan dengan hubungan
antara kemampuan berbicara dengan menyimak, yaitu :
a. Seorang
anak belajar berbicara dimulai dengan menyimak.
b. Terjadinya
pergantian peran antara penyimak dan pembicara.
c. Kemampuan
berbicara dijadikan tolok ukur kemampuan menyimak.
d. Berbicara
dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimak.
2.
Hubungan Berbicara Dengan Membaca
Membaca merupakan keterampilan berbahasa
yang bersifat pemahaman, dan membaca dalam pembahasan disini menggunakan
pemahaman yaitu membaca dengan objek huruf. Ada beberapa hal yang perlu
diungkapkan disini berkaitan dengan hubungan antara keterampilan berbicara dan
membaca, yaitu :
a. Berbicara dapat
dijadikan bentuk reproduksi dari proses membaca.
b. Pada
orang dewasa peningkatan kemampuan berbicara dapat dilakukan melalui
proses membaca.
c. Membaca
dapat menjadi sarana efektif dalam memandu dalam kegiatan berbicara.
3.
Hubungan Berbicara Dengan Menulis
Berbicara bukan merupakan keterampilan
berbahasa yang berdiri sendiri, melainkan keterampilan yang didukung kemampuan
lainnya termasuk menulis. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan berkaitan
dengan hubungan antara berbicara dan menulis, yaitu :
a. Kemampuan
menulis dapat dijadikan sarana pendukung bagi kemampuan berbicara.
b. Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan
berbicara dialog.
2.2 BERBICARA SEBAGAI PROSES
A. PENGERTIAN BERBICARA SEBAGAI PROSES
Proses mengandung
pengertian bahwa ada beberapa hal yang bergerak secara dinamis. Dalam konteks
komunikasi antar pribadi, proses menunjukkan adanya kegiatan pengiriman pesan
dari sesorang kepada orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa berbicara sebagai proses adalah
kegiatan berbicara yang dimulai dengan proses simbolisasi pesan dalam diri
pembicara untuk disampaikan kepada pendengar melalui sebuah media.
B. TAHAP-TAHAP DALAM BERBICARA
Secara formal, kegiatan berbicara mempunyai tahapan-tahapan
tertentu. Tahap-tahap tersebut bukan merupakan sesuatu yang harus dilalui
dengan utuh, karena tahapan-tahapan ini bukan merupakan satu rukun dari sebuah
perbuatan.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh seorang pembicara, yaitu:
a. Penentuan Topik
b. Penentuan Tujuan
c. Pengumpulan
Referensi
d. Penyusunan
Kerangka
e. Berlatih
2. Pelaksanaan
Kegiatan Berbicara
Secara umum
pelaksanaan kegiatan berbicara dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
a. Pembukaan
b. Pembahasan Pokok
c. Penutup
3. Evaluasi
Adakalanya evaluasi
perlu dilakukan untuk mendapat masukan tentang kegiatan berbicara yang telah
dilakukan seorang pembicara. Dengan masukan tersebut seorang pembicara dapat
menentukan kualitas pembicaraannya.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Secara
umum berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran.
Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan yang sebelum berada
pada tataran ide.
Berbicara sebagai proses
adalah kegiatan berbicara yang dimulai dengan proses simbolisasi pesan dalam
diri pembicara untuk disampaikan kepada pendengar melalui sebuah media.
DAFTAR PUSTAKA
Suparno. Bustanul Arifin. Asep
Supriana. 2007. Bebicara. Universitas
Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar