Senin, 09 Juli 2012

Mencoba Kritik Cerpen 'Lima' Sheila Hida


A.    Pendahuluan
Lima mungkin diambil dari desa Limau suatu daerah di Ambon yang berarti jeruk Limau. Daerah tersebut sama seperti yang diceritakan di cerpen ini. Daerah Limau adalah desa yang pada malam harinya pasti mati lampu, mengapa? karena listrik desa Limau dipakai untuk menghidupi kota ambon, itulah kemungkinan yang diambil dari kata Lima. Lima berarti angka. Lima juga diambil dari tokoh tersebut, yaitu Lima, ibu Lima, penduduk, pemuda, dan sang pencerita. Lima orangnya kurang bersosialisasi karena cerita ini tidak membahas sama sekali tentang tokoh-tokoh lain disekitar Lima.
Lima adalah seorang yang sangat cantik yang buta bukan sejak lahir. Matanya yang buta bukan membuat orang menjauhinya, tetapi matanya lah yang menjadi daya tarik tersendiri. Mata Lima yang penuh dengan ketulusan dan kejujuran karena matanya yang selalu menunjukan keteduhan dan gerak-gerik mata yang tidak pada umumnya.

B.     Sinopsis Cerpen “Lima” Karya Sheila Hida
Lima seorang gadis yang buta 6 tahun yang lalu. Ia hanya tinggal dengan ibunya yang setia merawat dia dan mengajarkan dia. Lima selalu teringat waktu dia masih bisa melihat dimana ia tidak bosan melihat bintang-bintang di langit dan juga selalu menyalakan sebatang lilin dan bernyanyi bersama ibunya jika kampungnya mati listrik.
Kini Lima berusia 17 tahun, banyak orang yang mengatakan Lima lebih cantik setelah ia buta karena ada yang berubah dengan matanya. Dengan hidung mungil mancung tertempel di atas bibirnya yang selalu basah. Senyumanya membuat orang di sekitarnya berhenti beraktifitas hanya untuk menikmatinya.
Lima sekarang kehilangan senyuman yang ditunggu banyak orang. Semua orang mengorbankan hartanya untuk melihat Lima sekedar tersenyum. Lima hanya mematung diatas bangkunya, semua orang menolong Lima dengan sabarnya. Yang Lima ingat hanyalah kenangan bersama ibunya yang membuat dia menjaga air mata yang berharga tidak terjatuh. Karena ibunyalah yang terus mendukung Lima dengan mengatakan “kau tak perlu sedih, Anakk, dank au juga harus tahu. Air matamu terlalu berharga untuk jatuh.” Kemudian dengan menceritakan sebuah cerita yang terus dapat menyemangati hidup Lima, dari keadaan yang dialaminya.tidak hanya itu ibunya mengajarkan dia bermain biola karena biola adalah satu-satunya benda berharga yang dimiliki ibunya dan yang akan mewarisinya siapa lagi jikalau bukan Lima. Dengan tekat yang kuat Lima dapat memainkan biola, dan orang-orangpun berdatangan menikmati permainan Lima berharap melihat senyumnya. Mata dan senyum Lima seakan-akan menjadi candu.
Setelah ia kehilangan ibunya semua berubah yang Lima lakukan hanya diam. Hampir satu tahun ia diam tidak melakukan apa-apa sampai akhirnya datang pemuda mabuk yang mengatakan untuk menangis, menangislah karena dunia ini sudah gila sehingga menyadarkan Lima hingga ia menangis dan begitu pula disadari oleh penduduk desa bahwa menangis itu perlu.
Pertanyaan
1.   Analisislah Cerepen tersebut sebaik mungkin. Anda bebas menggunakan pendekatan yang Anda anggap sesuai ?
Jawab, saya menggunakan pendekatan objektif karena yang paling tepat dalam mengkaji cerpen ini. Pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra menitikberatkan kajiannya pada unsure intrinsik karya sastra tersebut.
Kenapa memilih pendekatan objektif ?
1.      Nama pengarangnya tak terkenal dan dikenal, menyusahkan kita menggunakan pendekatan ekspresif. Jadi tidak bisa dan susah untuk menganalisis cerpen “Lima” ini dengan menggunakan pendekatan ekspresif
2.      Latar kejadian tempat dan waktu tidak digambarkan secara khusus terjadi dimana, hanya digambarkan secara umum di desa, sehingga kita tidak dapat sembarangan dalam menerka secara khususnya. Tetapi dalam berbagai hal seperti buta atau penggambaran umum terhadap tokoh memungkinkan kita dapat menghubungkan dengan keadaan yang sebenarnya di luar karya sastra.  Jadi, kita tidak bisa menggunakan pendekatan mimetik karena dengan kemungkinan tersebut membuat penafsiran yang subjeltif dan kurang akurat.

Analisis Pendekatan Objektif
1.      Alur = Campuran / Flasback
Paragraf pertama,kalimat pertama “Sekarang listrik mati, tapi itu sama saja untuk Lima. Kegelapan menyelimuti pengelihatannya sejak 6 tahun lalu.” Paragraf pertama kalimat ketiga “Lima ingat bagaimana menghabiskan waktu sebelum penglihatanya diselimuti oleh kegelapan. Dia akan menyalakan sebatang liulin yang dia taruh ……...”
Kedua kutipan dalam cerpen tersebut, menyiratkan kepada kita bahwa alur atau yang menggerakan cerita pada cerpen ini yaitu campuran karena pada paragrap pertama dapat kita lihat menceritakan pada masa sekarang yaitu listrik mati kemudian selanjutnya diceritakan  pada kalimat selanjutnya tentang masa lalu Lima ketika sebelum buta. Alur yang campuran ini sangat berfungsi dalam menceritakan cerpen “Lima” karena alur inilah yang menceritakan masa lalu Lima bersama ibunya yang menceritakan kesedihan dengan cara yang indah tanpa disadari oleh pembaca.
2.      Latar
a.       Tempat      = Daerah terpencil (Desa). Paragrap ketigakalimatpertama “Lima ingat saat listrik mati di desanya mati.” Ini menunjukan kepada kita bahwa di desanya bukan berarti tidak ada listrik, ada tetapi tidak meneranginya 24 jam penuh. Ini berarti Lima berada di daerah terpencil (desa). Paragrap SembilanbelaskalimatkeLima “Lima minta kepada para istri untuk memandikannya dan mengantarkannya ke sungai untuk buang hajat. Para istri mengantarkan Lima ke sungai terlebih dahulu…..”
      Dapat kita simpulkan bahwa Lima beradsa di sebuah desa yang terpencil karena listrik tidak selamanya meneranginya begitu pula diperkuat dengan keadaan ketika mandi dan buang hajat mengharuskan ke sungai bukan ke kamar mandi.
      Tempat yang lainnya dapat di lihat pada cerpen “Lima” ada di sungai, rumah Lima, teras rumah dan lain sebagainya tapi secara umum ada di desa daerah terpencil di mana Lima tinggal.
b.      Waktu

Waktu yang terjadi pada cerpen ‘Lima’ terjadi pada malam dan sore hari. Paragraf ke dua puluh dua “Sore telah tiba…..” dan paragraf ke dua puluh tiga “Langit tampak merah kekuning-kuningan…..”. Paragraf ketiga “….. Lima sangat menyukai pemandangan malam seperti itu…”. Digambarkan pula waktu yang dialami Lima sejak kecil hingga berumur 18 tahun.
·   Masa kecil Lima. Paragraf keempat kalimat pertama “Sejak kecil Lima sangat  suka melihat lilin yang dinyalakan ibunya di teras rumah.”
·   Ketika ia buta pada umur 10 tahun hampir 11 tahun
Paragraf pertama,kalimatkedua “ Kegelapan menyelimuti pengelihatannya sejak 6 tahun lalu.” Paragrap ketujuh kalimat pertama “Kini umur Lima hampir 17 tahun.”
Dapat kita simpulkan bahwa yang diceritakan kini Lima hampir berumur 17 tahun 16 tahun dikurang 6 tahun lalu (16-6=10), jadi Lima buta ketika berumur 10 tahun hampir 11 tahun. Paragraf pertama kalimat ketiga“Lima ingat bagaimana menghabiskan waktu sebelum penglihatanya diselimuti oleh kegelapan.” Ini berarti Lima tidak buta dari kecil tapi ketika ia berumur 11 tahun, tetapi tidak dijelaskan apa alasannya Lima buta.
·   Lima hampir umur 17 tahun ia kehilangan ibunya.
Paragrap ketujuh belas kalimat pertama “Kini umur Lima hampir 17 tahun.” Paragraf kedelapan “ Tapi kini Lima jarang tersenyum. Itu membuat semua orang kebinggungan”, paragraf ini ada kaitannya menjelaskan keadaan Lima ketika berumur 17 tahun. Pararaf ke sembilan belas “Ini hari kedua ratus dua puluh satu hari Lima masih diam dengan pandangan kosong ke depan. Ingatannya melayang-layang berebut antrian ingatan yang akan diputar di kepala Lima. Selama hari-hari ini Lima terus mengingat ibunya.”
·   Lima berumur 18 tahun.
Berkelanjutan pada point diatas ketika Lima umur 17 tahun kemudian diceritakan pada paragraf ke dua puluh tujuh “Ini hari ketigaratus enam puluh Lima hari, Lima masih diam dengan pandangan kosong ke depan kursinya yang pernah bau pesing air kencingnya.” Tigaratus enam puluh hari berarti satu tahun ini berarti Lima telah berumur 18 tahun.

c.       Suasana
·   Sedih dan mengharukan tetapi dikuatkan oleh kegembiraan yang ditimbulkan oleh masa lalu/kenangan Lima bersama ibunya dahulu. Terdapat di awal cerita paragraf pertama hingga ke enam. “lima sangat menyukai lilin-lilin yang dinyalakan ibunya di teras rumah”.” Lima juga ingat, lagu ulang tahun tidak lagi dinyayikan oleh ibunya ketika mereka bermain seperti itu, karena di depan mereka hanya ada sebuah lilin, lilin yang tanpa sebuah kue sekecil apa pun sebagai alas lilin.”
 Begitu pula pada akhir cerita yang diceritakan bahwa orang-orang melihat Lima bangkit dari kediamannya selama setahun karena menangis semalaman, setelah itu Lima memainkan biola yang sungguh menyayat hati, membuat suasana disekitar Lima yaitu orang-orang itu seakan-akan merasakan yang Lima rasakan dan menjadikan mereka sadar bahwa menangis itu perlu.
·   Gembira yang di rasakan oleh orang-orang ketika melihat Lima tersenyum. Paragraf ketujuh “ Apalagi saat dia tersenyum, sepasang lesung pipi membuat semua orang yang melihat senyumnya berhenti dengan kesibukannya untuk sekedar menikmati senyum lima”.
·   Ketegangan, paragraf kesembilan belas “Hai kau, bentaknya pada Lima.”dan pada paragraph selanjutnya keduapuluah “Lima menangis setelah itu, tak tanggung tanggung Lima menangis dengan menjerit sekuat-kuatnya. Semua orang diam. Lalu di antara mereka maju untuk menghajar pemuda itu….”
·   Bingung, sedih
Pada paragraf ke delapan “Tapi kini Lima jarang tersenyum. Itu membuat semua orang kebinggungan. Banyak usaha yang mereka lakukan agar lima tersenyum lagi.”. Keadaan inilah yang membuat orang-orang binggung dan sedih melihat lima hanya diam dan mematung tanpa ekspresi.
3.      Sudut Pandang
Pencerita merupakan orang ketiga/diaan bukan tokoh. Paragraf pertama,kalimat kedua, “Kegelapan menyelimuti pengelihatannya sejak 6 tahun lalu.” Paragraf pertama kalimat ketiga “Lima ingat bagaimana menghabiskan waktu sebelum penglihatanya diselimuti oleh kegelapan. Dia akan menyalakan sebatang lilin yang dia taruh ……...” begitu pula seterusnya hingga akhir cerita ada orang ketiga sebagai pencerita (narrator) cerita Lima yang diciptakan oleh pengarangnya.
4.      Tokoh dan Penokohan
·   Lima             : Lima merupakan tokoh utama dalam cerpen. Tokoh yang mempunyai karakter bulat, artinya ia mengalami perubahan karakter dari yang selalu tersenyum dan ceria menjadi pemurung dan hanya diam tanpa melakukan kegiatan apapun untuk mengurus dirinya sendiri, kemudian ia berubah kembali menjadi seperti dulu lagi.
Anak yang baik dan penurut karena Lima selalu mendengarkan semua yang dikatakan oleh ibunya, tidak mudah menyerah, paragraf ketiga belas “ Lima juga masih ingat, dulu ibunya pernah mengajarkan cara memainkan biola padanya saat dia telah buta. Mungkin Lima kesulitan dan beberapa kali putus asa saat belajar memainkan biola. Taoi ibunya terus menyemangatinya, ibu ingin kau juga bisa memainkannya, :ucap ibunya setiap kali membujuk Lima untuk tetap berlatih.” Hingga Lima bisa memainkan biola tersebut. 
Pintar paragraf kesepuluh kalimat pertama “ Lima sangat suka membaca buku-buku yang dimiliki ibunya. Lima juga suka menulis. Menulis sebuah cerita. Ibunyalah yang mengajari ia menulis.”
·   Ibu Lima                  : ibu yang bijaksana, semangat dan selalu optimis mengajarkan anaknya segala hal termasuk menulis dan memainkan biola walaupun anaknya buta tetapi dia yakin Lima dapat melakukan sesuatu kegiatan yang lain, paragraf kesepuluh kalimat pertama “ Lima sangat suka membaca buku-buku yang dimiliki ibunya. Lima juga suka menulis. Menulis sebuah cerita. Ibunyalah yang mengajari ia menulis.” Paragraf ketiga belas “ Lima juga masih ingat, dulu ibunya pernah mengajarkan cara memainkan biola padanya saat dia telah buta. Mungkin Lima kesulitan dan beberapa kali putus asa saat belajar memainkan biola. Tapi ibunya terus menyemangatinya, ibu ingin kau juga bisa memainkannya, ucap ibunya setiap kali membujuk Lima untuk tetap berlatih.”
Kutipan diatas dapat kita ketahui bahwa peran seorang ibu bagi Lima sangat menonjol/dominan karena yang menemanin dan mengurusnya sejak kecil. Ini dapat menunjukan kepada kita bahwa perkembangan yang terjadi ketika masa kecil sangat mempengaruhi kita dari segi emosi, fisik, kognitif kita dengan siapa kita dibesarkan. Begitu pula yang terjadi pada Lima, perkembangan Lima hanya didominasi oleh peran ibu dan kurang adanya interaksi dengan sosial.
·   Semua Orang                       : Binggung, paragraf ke delapan kalimat pertama “Tapi kini Lima jarang tersenyum. Ini membuat semua orang kebingungan
Peduli secara fisik terhadap Lima : paragraf ke delapan kalimat kelima “banyak usaha yang mereka lakukan untuk membuat Lima tersenyum lagi….. “Bahkan mereka sudah patungan dengan harta mereka mereka yang berjumlah tidak sedikit, paragraf ke delapan kalimat kelima belas “ para istri pun hanya memandikan Lima dengan membasuh bagian tubuh Lima yang bisa dijangkau. Baju lima pun hanya mereka semprot dengan minyak wangi banyak-banyak supaya tidak berbau terlalu menyengat, karena belum pernah terlepas dari tubuh Lima.” Kutipan ini menyiratkan bahwa penduduk kampung sangat peduli kepada Lima dari segi kebutuhan fisik Lima saja tanpa memikirkan dari segi batin/perasaan yang dirasakan oleh Lima.
Sabar, paragraf ke delapan “….. Lima tak mau mengunyah. Merekan melakukan itu dengan sabar.”
·   Pemuda                    : buruk tingkah lakunya tetapi memiliki kejujuran karena mabuk, pada dasarnya orang yang sedang mabuk prilaku yang muncul ialah benar-benar jujur dan apa adanya karena ketika mabuk kita tidak sadar dengan apa yang kita lakukan, sebab kognitif kita tidak berfungsi dengan baik, bukan tidak berfikir tetapi kita dapat berfikir apabila adannya stimulus dan si pemabuk akan merespon dengan cepat dan jujur apa adanya. Paragraf delapan belas kalimat keempat “Seorang pemuda dengan gentoyoran berjalan memasuki rumah Lima. Semua orang terpaku di temapt duduk masing-masing walaupun ada pemuda mabuk mendekati Lima.” Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa pemuda itu sedang mabuk, mabuk adalah salah satu perbuatan yang dilarang oleh agama dan menyalahi norma yang berlaku. Tetapi dari perbuatannya tersebut pembaca tidak akan menyangka yang menyelesaikan cerpen ini/ yang menjadi solusi bagi Lima untuk dapat pulih dan sadar adalah perkataan pemuda tersebut “Hai kau, bentaknya kepada Lima. “Aku tak mengerti siapa kau, dank au juga tak mengerti siapa mereka yang selalu mengharapkanmu tersenyum.”Pemuda itu meminum isi botol di genggamannya. “Untuk apa tersenyum, hah ? Dunia ini sudah terbalik dan menggila, buat apa tersenyum pada dunia ini, dunia yang tak mengerti hatimu. Menangislah! Menangislah!”pemuda itu membentak lima. “Menangislah kau gadis, menangislah !” Kali ini pemuda itu mengguncang-guncang tubuh Lima.”
Kutipan tersebut membuat Lima menangis sepanjang malam sampai ia tertidur di bahu pemuda tersebut, dan keesokan harinya Lima tak termangu dan berdiam tetapi mulai minta dimandikan, makan dan buang hajat. Pemuda tersebut membuat Lima menangis dan mengobati kesedihannya setelah ditinggalkan oleh ibunya. Sosok pemuda disini dapat menjadi sosok yang diharapkan Lima untuk membimbing dan mengerti hati/perasaan Lima setelah ibunya tidak ada, dan mungkin Lima merindukan sosok seorang ayah yang tegas dan keras. Secara psikologis perkembangan yang dibentuk dari bimbingan ibunya, dalam cerpen ini tidak digambarkan tentang ayah dan saudara lima, oleh karena itu lima hanya mendapatkan sifat-sifat ibunya yang tegar dan tegas dan membutuhkan panutan untuk mengerti hati/perasaannya yang dia rasakan ada pada pemuda itu.

5.      Gaya Bahasa
Secara keseluruhan yang digunakan oleh pengarang dalam cerpen ini bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca yang maknanya tersurat, tetapi ada beberapa yang memiliki makna tersirat dan menggunakan metafora, pesonifikasi, repetisi dan hiperbola.
·         Metafora, paragraf ke sembilan belas “Dunia ini sudah terbalik dan menggila…”
·         Personifikasi, paragraf ke lima belas “beberapa bulan ibunya mengajarinya memainkan biola itu, sampai akhirnya Lima pandai dan lincah membuat jari-jarinya menari-nari di atas papan biola. Paragraf ke dua puluh dua  Dia antara itu awan bergulung-gulung melayang melintas.
·         Repetisi, paragraf kesembilan belas “Menangislah kau gadis, menangislah !”
·         Hiperbola, paragraf keenam belas Entah mengapa permainan itu terdengar sangat menyayat hati.”
Begitu banyak makna yang tersirat yang terdapat dalam cerpen ‘Lima’ ini termasuk nama Lima, pemuda dan masih banyak lainnya.

6.      Tema
Dari uraian dan analisis di atas dapat kita dapat memaknainya bahwa tema cerpen “Lima” ini adalah menemukan sosok yang mengerti hati/perasaan kita tidak mudah tetapi siapapun mempunyai kemungkinan tersebut. Dan yang terpenting adalah perasaan yang tidak boleh dipendam yang menceritakan cerita yang penuh dengan kesedihan tetapi memiliki keindahan yang tersirat didalamnya, lalu kesedihannya ditumpahkan pada akhir cerita dengan menangis. (menceritakan kesedihan dengan cara yang indah). Ketidakmampuan Lima dalam menghadapi kesedihan yang dialaminya setelah ditinggalkan ibunya sehingga tidak ada yang mengerti hati dan perasaanya lagi.

7.      Pesan (amanat)
·      Janganlah hidup pada masa lalu hiduplah untuk sekarang dan masa yang akan datang, masa lalu harusnya dijadikan pengalaman sebagai pelajaran. Jadi kita harus bangkit dari kesedihan kita jangan terpuruk dalam kesedihan.
·      Ikhlaskanlah yang telah terjadi kepada kita.
·      Jadilah pribadi yang apa adanya, jikalau ingin menangis maka menangislah, jika ingin tertawa maka tertawalah.
·      Janganlah hidup dengan bergantung kepada orang lain, belajarlah mandiri dalam segala hal.
·      Kita jangan melihat seseorang dari fisiknya saja tetapi dari hati dan perasannya.
·      Jika kita mempunyai masalah dan kesedihan menimpa kita, janganlah ditanggung sendiri. Berbagilah dengan orang lain, dan ceritakan apa yang kita rasakan karena itu dapat melegakan hati dan perasaan kita.

2.Menurut Anda, apa segi-segi menarik dari cerpen tersebut ? Uraikan dan beri alasan Anda.
·         Keindahan dan kebahagiaan yang diceritakan tersirat, ada kesedihan yang amat mendalam. Salah satu keindahannya ialah keindahan pemandangan bintang-bintang dimalam hari yang sudah sangat jarang kita lihat di ibu kota. Lalu cahaya lilin yang mengisaratkan kedamaian dalam hati. Cerepen ini menceritakan konflik batin yang sangat indah,  menceritakan kesedihan dengan cara yang sangat indah.
·         Konflik yang dibangun oleh pengarang tidak melibatkan antara dua orang atau lebih, tetapi konflik yang terjadi diciptakan dalam diri/perasaan “Lima” yaitu melalui satu tokoh utama yaitu “Lima”.
·         Adannya perbedaan antara pemuda yang mengatakan bahwa “….untuk apa kau tersenyum… buat apa tersenyum pada dunia yang tak mengerti hatimu.” Sedangkan  penduduk sangat menyukai senyum Lima, hingga mengorbankan seluruh harta bendanya untuk menyewa grup lawak terkenal dan apa pun yang dapat membuat Lima tersenyum. Inilah yang membuat kita berfikir kembali, sebenarnya pesan apa yang ingin di sampaikan oleh pengarang disini.
Jika kita analisis kembali kita dapat mengetahui bahwa Lima adalah seorang yang tidak hanya memerlukan kebutuhan fisik saja, tetapi memerlukan kebutuhan batin. Saat ibunya meninggal, warga hanya memberikan kebutuhan fisiknya saja, seperti: makan, mandi, dll. Pemuda pemabuk datang sambil berteriak, teriak. Sentak hal itu membuat Lima tersadar dari derita batinya selama ini. Seketika itu Lima menangis. Jadi, Lima yang diceritakan membutuhkan penuntun dan pengobat batin. Di antara kesedihan yang menderu, setelah kehilangan ibunya. Ia tidak bisa mengungkapkan perasaan yang ada hatinya karena ibunya yang selalu mengajarkan“…kau tak perlu sedih, anakku, dan kau juga harus tahu. Airmatamu terlalu berharga untuk jatuh” itulah yang membuat Lima hanya terdiam selama setahun yang akhirnya disadarkan oleh perkataan pemuda yang mabuk itu.
·         Lima yang semasa hidup bersama ibunya sangat mendambakan sosok ayah yang tidak di ceritakan di Cerpen ini. Saat pemuda itu datang, mungkin sosok ini hadir walau tingkah-lakunya pemabuk tapi sifat tegas,keras dan jujur apa adanya yang dihadirkan menyadarkan diri Lima bahwa menangis itu perlu, menangis juga dapat mengobati kesedihan.
·         Sosok pemuda hadir sebagai pengganti sosok ayah yang di dalam keluarga harus memimpin dan tegas. Sejak dulu ketika Lima hanya mendengarkan kata-kata dari ibu, ia menganggap ibulah yang paling sempurna. Kesempurnaan itu hilang, tokoh pemuda menggantikan posisi ibunya secara tidak langsung karena ketika pemuda bebicara kepada Lima orang-orang disekitar Lima ingin menghajar pemuda tersebut, tetapi Lima melindungi pemuda tersebut, dan menangis semalaman hingga tertidur di pundak pemuda itu. Ini menandakan bahwa tidak mungkin seseorang akan melindungi dan tidur di pundak orang lain jikalau tidak ada hubungan atau keterkaitan diantaranya, begitupula dengan Lima yang menemukan sosok ibunya dulu pada pemuda itu.
·         Dari segi sosial, kurangnya pergaulan lima dengan laki-laki mengakibatkan ia kehilangan sosok pemimpin di dalam keluarga. Semua beban batin ia anggap sama seperti ibunya yang menjadikan ia dua sosok yang sama yaitu bapak dan ibu. Sehingga ketika di munculkannya sosok pemuda ini, maka cerita selesai.
·         Pemuda pemabuk yang dimunculkan oleh pengarang sangat menarik karena pada dasarnya orang yang sedang mabuk prilaku yang muncul ialah benar-benar jujur dan apa adanya karena ketika mabuk kita tidak sadar dengan apa yang kita lakukan, sebab kognitif kita tidak berfungsi dengan baik, bukan tidak berfikir tetapi kita dapat berfikir apabila adannya stimulus dan si pemabuk akan merespon dengan cepat dan jujur apa adanya.
·         Cerpen ini sangat sederhana, karena kesederhanaan itu kita tidak meduga seorang tokoh yang dipandang buruk bisa menjadi seorang pahlawan di mata orang lain. Dan cerpen ini dapat dikaji dengan berbagai penafsiran yang berbeda-beda bergantung pada setiap tujuan yang ingin di capai oleh si penganalisis.


3. Menurut Anda, apakah ada kelemahan pada cerpen tersebut ? Jika ada, uraikan dan beri alasan Anda.
·         Ada beberapa tanda baca yang tidak biasa dan beberapa kata-kata yang dipenggal menjadi sebuah kalimat yang tidak legkap hanya terdiri dari satu,dua dan tiga kata. Paragraf ketiga “……terlukis di langit berlama-lama. Entah mengapa. Lima sangat menyukai…….”.
·         Ada beberapa kata yang diksinya kurang tepat karena kata tersebut tidak baku seperti, paragraf pertama “Dia akan menyalakan sebatang lilin yang di taruh di teras rumah…”, paragraf ke delapan “Bahkan mereka sudah patungan dengan harta mereka…..”.
·         Pencerita adalah orang ketiga/diaan yang seharusnya diciptakan oleh pengarang sebagai orang yang maha mengetahui tetapi dalam cerpen “Lima” ini tidak menunjukan demikian, karena pencerita tidak menceritakan tokoh-tokoh, latar dalam cerpen “Lima” secara khusus/spesifik, seperti : apa yang menyebabkan Lima buta ? apa yang menyebabkan ibunya meninggal ? , dan sebagainya.
·         Ada beberapa unsur yang tidak logis dalam cerpen “Lima” seperti, Lima yang tidak buang hajat selama satu tahun.
·         Konflik yang terjadi pada Lima yakni perasaan kesendirian karena kesedihan yang ia pendam dan ia tidak berusaha melakukan apa pun untuk mengobatinya, hanya melamun dan berdiam diri. Seharusnya, pengarang menampilkan unsur spiritual dan unsure yang mendukung lainnya, sebagai usaha untuk mengobati kesedihan dan kesendirian yang terjadi pada Lima.
Kesimpulan :
·         Karya yang indah dalam menceritakan sebuah kesedihan yang berangsur-angsur diingat. Dan menampilkan konflik yang kompleks, konflik yang dimunculkan oleh pengarang bukan antara dua orang tetapi menampilkan konflik batin dalam tokoh utama tersebut (satu orang) yaitu Lima.
·         Perkembangan seorang anak yang dipengaruhi siapa yang berperan dalam mengasuhnya, dan bagaimana interaksi sosial disekitarnya. Yang diceritakan ini bahwa tokoh Lima yang kurang besosialisasi karena tidak di ceritakan ayah dan saudara-saudaranya, khususnya berinteraksi dengan laki-laki, yang berkemungkinan Lima merindukan sosok seorang ayah.
·         Kebutuhan yang harus diperhatikan setiap orang tidak hanya berfokus pada fisiknya semata, tetapi ada yang jauh lebih penting daripada itu adalah hati/perasaan. Untuk mengerti kebutuhan fisik itu akan gampang terlihat berbeda dengan hati /perasaan kebutuhannya yang harus kita amati dan rasakan belum tentu sama, tapi dengan adannya anugrah akal kita dapat berfikir mana kebutuhan yang sesuai dengan hati/perasaan kita. Dan mendapatkan seseorang yang dapat memahami hati/perasaan kita itu tidaklah mudah tetapi siapapun mempunyai kemungkinan tersebut.
·         Mengapa dengan kesedihan bisa belajar dewasa? Karena kesedihan merupakan gejolak batin yang membuat kita terus belajar. Orang yang sehat mentalnya adalah ketika kesedihan datang maka orang tersebut akan siap jika suatu kejadian yang tidak terduga mengancam. Pada orang yang sukses terus tanpa pernah mendapatkan kegagalan atau kekurangan, saat ia mengalami kesedihan itulan titik dimana mental akan hancur seketika. Berbeda pula yang sering dilanda kesedihan dan bisa mengatasi dengan  baik kesedihan itu secara positif dan diterima norma masyarakat yang berlaku. Maka semakin tinggi tingkat mental seseorang, ketika ia gagal maka ia akan cepat bangkit kembali.
·         Keadaan ‘buta’ yang dialami Lima menjadi hal menarik. Karena ‘buta’ dapat memiliki dua makna yaitu tersurat buta fisik (sesungguhnya) dan tersirat buta hati dan perasaan. Jadi, cerpen “Lima” ini dapat kita maknai “lebih baik buta fisik daripada buta hati dan perasaan”.