Minggu, 23 Juni 2013

Kepingan Hidup: "Bila Malam Bertambaah Malam" Tak Lekang oleh Wakt...

Ayo apresiasikan Teater Indonesia :) Kepingan Hidup: "Bila Malam Bertambaah Malam" Tak Lekang oleh Wakt...: Sabtu, 22 Juni 2013. Bertepatan dengan malam minggu. Akhirnya saya bisa beraangkat untuk menyaksikaan pementasan tetater di komunitas Salih...

Sabtu, 22 Juni 2013

"Bila Malam Bertambaah Malam" Tak Lekang oleh Waktu

Sabtu, 22 Juni 2013. Bertepatan dengan malam minggu. Akhirnya saya bisa beraangkat untuk menyaksikaan pementasan tetater di komunitas Salihara yang mengangkat karya Putu Wijaya "Bila Malam Bertambah Malam".
Untuk mendapatkaan tiket di Salihara ini tidak mudah loh, pasalnya tiket yang kita beli harus on the spot artinya langsung ke tempatnya di JL. Salihara no.16 Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Bagi yang belum pernah ke sana rutenya sangat mudah. Dari arah ragunan kita bisa ambil ke arah Pejaten, sebelum ke Pejaten kita mabil kiri, dan sebelum Pasar Minggu ada sebuah bangunan di sebelah kiri jalan, nah itulah dia Jl. Salihara kemudin tidak jauh dari situ di sebelah kanan jalan akan tampak tulisan Jl.Salihara No.16, artinya sudah sampai di tempat.
Tempat Komunitas Salihaara menurut saya sangat cozy buat nongkrong anak muda yang berjiwa seni, karena ada toko, tempat makaan, dan gallery yang menyimpan berbagai seni dan art, sesuai dengan jadwal.
Kembali lagi nih, info mengenai pementasan tetaer ini saya dapat dari twitter @salihara pada pagi hari taanggal 21 Juni, kemudian saya menghubungi nomer untuk pemesan tiket, namun ternyata untuk yang mahasiswa tiketnya sudah habis :( Kan lumayan mahasiswa 35.000,- dan untuk Umum 50,000,-. Kemudian saya tanya apakah yang huat besok ada ? Mereka tidak jamin masih ada karena banyak yang melakukan pembayaran langsung ke sana. Akhirnya saya putuskan sore hari ke sana namun loket tiketnya buka jam 18.00. Saya pun harus menunggu kembali.
Setelah itu, dengan menunjukkan kartu mahasiswa saya memesan 2 tiket bersama pacar saya :D ciecie.. heheheh
Sayaa pikir lebih baik mengeluarkan uang untuk pementasan drama yang langsung bisa kita lihat, daripada harus membayar biskop yang pada akhirnya, akan menjadi kepingan CD yang mudah kita dapatkan di Grogol :P
Esok harinya, saya berangkat setelah magrib bersama pacar saya, sampai sana saya menukarkan kuitansinya dengan tiket. Kemudian menunggu di halaman Salihara, halaman yang terkonsep dan menginspirasi saya. Sambil menunggu saya makan bekal yang tak sempat makan malam, kemudian saya diwawancarai dan sayang tidak bisa berfoto karena kamera dan HP sedang rusak :( Padahal kalau kita foto di hall depan teater akan diundi dan mendapatkan kaos dari komuniras Saliharanya loh :)
Jam 20.00 semua bangku sudah penuh dengan penonton, saya mendapat tempat di bangku keempat sebelah kanan, saya beruntung karena sebelah kanan adalah tempat orang masuk dan keluarnya pemain dari sini, saya bisa melihat dengan jelas. Kemudiaan sampai pementasan banyak yang tak kebagian bangku akhirnya duduk lesehan di depan bangku pertama.
Perjalanan dari memesan tiket sangatlah berkesan hingga menontonnya saya puas, dan terbayaar semua yang telah saya lakukan, dua kali bolak balik ke salihaara gak rugi deh :D.
Teater yang memainkan naskah drama "Bila Malam Bertambah Mala" adalah Teater Mandiri (Jakarta, Indonesia) yang merupakan teater milik dan asuhan Putu Wijaya. Pertunjukan tersebut diadakan di  Teater Salihara, 21-22 Juni 2013, 20:00 WIB. Penulis naskah tersebut adalaah Putu Wijaya dan disutradarai pulaa oleh beliau.
Pemain: Arswendy Nasution sebagai Ratu Ngurah, Niniek L. Karim sebagi Gusti Biang.  Yanto Kribo sebagai Wayan, dan  Fien Herman sebagai Nyoman.
Sinopsis pertunjukan tersebut:
Bila Malam Bertambah Malam bertutur tentang cinta remaja yang bahagia dan cinta tua bangka yang terpendam dengan latar belakang perbedaan kasta di Bali. Bila Malam Kisahnya berlangsung di Tabanan, Bali, di sekitar kehidupan Gusti Biang, bangsawan tua sisa-sisa feodalisme Bali. Gusti Biang masih mempertahankan kasta, tapi putranya Ratu Ngurah, mencintai pembantu Gusti Biang yang menyadari kemerdekaannya sebagai pribadi. Guncangan tak terhindarkan muncul akibat perbenturan nilai-nilai lama yang telah melapuk dan nilai-nilai baru yang hendak mekar.
Teater Mandiri didirikan pada 1971. Awalnya Teater Mandiri membuat pertunjukan untuk televisi dan mulai tampil di TIM pada 1974. Tidak hanya di Indonesia, Teater Mandiri juga pernah berpentas di Amerika Serikat, Jepang, RRC, Singapura, Taiwan, Jerman, Mesir dan Cek. Putu Wijaya sendiri pernah menyutradarai pertunjukan di Amerika dan main di LaMaMa New York. Putu Wijaya adalah seniman yang sudah menghasilkan lebih dari 40 naskah drama, puluhan novel, ribuan cerpen, puluhan makalah dan esai.
Dalam pentas ini Teater Mandiri tidak banyak menampilkan idiom-idiom visual sebagaimana selama ini, tetapi lebih bertutur dan menampilkan akting di atas panggung yang ditata minimalis.
Pertunjukan berlangsung dari 20.00 sampai 21.30, yang artinya 1 jam 30 menit. Walaupun naskah tersebut telah lawas dan dibuat pada zamannya, tetapi ditampilkan kembali dengan nuansa kontekstual dan kekinian, seperti: menyertakan partai, bioskop, pemilu, dan lain sebagainya.
Dan yang lebih penting dari pesan pertunjukan ini adalah bahwa kita adalah manusia yang sama.
Kasta yang begitu kental di Bali hingga sekarang membuat kita sadar bahwa yang ditampilkan pada pertunjukkan teater ini ada di sekitar kita. Begitupula yang terjadi pada "Pengakuan Pariyem". Mengangkat mengenai hubungan priyayi dengan wong cilik.
Semoga dengan adanya pertunjukan teater seperti ini dapat meningkatkan kita dalam mengapresiasi karya sastra dan karya teater yang ada di Indonesia. Senang sekali melihat Pak Putu Wijaya hadir di tengah-tengah kita pada malam pementasan. Kabarnya beliau terserang stroke namun pada hari itu, beliau terlihat segar dengan pancaran senyum dan gembira.
Maju selalu Teater Indonesia, selalu berkarya untuk bangsa!
Pementasan Teater "Bila Malam Bertambah Malam"

Rabu, 19 Juni 2013

AKTUALISASI TOKOH DIVA DALAM NOVEL SUPERNOVA: KESATRIA, PUTRI, DAN BINTANG JATUH KARYA DEWI LESTARI “DEE”

AKTUALISASI TOKOH DIVA DALAM NOVEL
SUPERNOVA: KESATRIA, PUTRI, DAN BINTANG JATUH
KARYA DEWI LESTARI “DEE”
MAKALAH
Disajikan Pada Diskusi Mata Kuliah Kajian Prosa
oleh :

 1. Arya Sudrajat                                             1110013000052
2. Vivi Lutfiyani                                             1110013000062
3. Wulandari Nur Fajriyah                              1110013000073
\





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis, sehingga makalah yang berjudul “Aktualisasi Tokoh Diva dalam Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh” dapat diselesaikan.
Selanjutnya penulis mrnyampaikan terima kasih kepada Novi Diah Haryanti, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Kajian Prosa, yang telah menjadi pembimbing penulis dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Namun demikian, penulis telah berusaha sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini penulis mohon maaf. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan pihak lain pada umumnya.


                                                                                               

                                                                                               
                                                                                                Ciputat, 10 Juni 2013


                                                                                                Peneliti




i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2
D. Tinjauan Pustaka............................................................................................ 2
BAB II AKTUALISASI TOKOH DIVA DALAM NOVEL SUPERNOVA: KESATRIA, PUTRI, DAN BINTANG JATUH KARYA DEWI LESTARI “DEE”
A.Biografi Pengarang......................................................................................... 5
B. Latar Belakang Lahirnya Novel Supernova.................................................. 6
C. Sinopsis ......................................................................................................... 9
D. Analisis Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
Karya Dewi Lestari “Dee” Melalui Pendekatan Objektif.................................. 11
E. Aktualisasi Tokoh Diva dalam Novel Supernova Supernova: Kesatria, Putri,
dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari “Dee”................................................... 28
BAB III PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ragam sastra bentuk novel sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1920an. Salah satu novel yang muncul dalam perkembangan kesuastraanan Indonesia adalah novel Supernova: Kesatria, dan Bintang Jatuh. Novel ini muncul pada tahun 2001 dan telah mengalami cetak ulang dan berganti cover pada tahun 2012. Novel tersebut merupakan salah satu novel pembaharu dalam kesuastraan Indonesia, karena Dewi Lestari menawarkan gagasan mengenai science fiction yang sebenarnya telah berkembang jauh sebelumnya di dunia Islam, Ibn Thufail (1106-1185) lewat karyanya, Kayy Ibn Yaqzhan yang berhasil menintegrasikan anatomi, astronomi, dan filsafat Islam sebagai naluri, intuisi, dan akal murni tokoh Hayy.[1]
Novel merupakan salah satu bentuk refleksi dari kesadaran mental pengarang terhadap nilai yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat karena novel tidak pernah lepas dari sistem sosial budaya yang melingkupinya. Dengan demikian, suatu fenomena sosial dapat menjadi salah satu unsur sebuah novel. Setiap novel sebagai cipta sastra pada umumnya mempunyai kandungan amanat tertentu. Artinya, pengarang berusaha mengaktifkan pembaca untuk menerima gagasan-gagasannya tentang berbagai segi kehidupan. Begitupula dalam novel Supernova: Kesatria, dan Bintang Jatuh, Dewi Lestari telah berhasil mendeskripsikan sebuah gambaran kehidupan manusia yang saling terhubung dalam sebuah jaring, sesuai dengan simbol pada cover novel supernova cetakan terbaru 2012.
Unsur-unsur intrinsik seperti tema, tokoh, setting (latar), dan konflik merupakan unsur yang penting dan tidak bisa dilepaskan dari sebuah karya sastra termasuk novel. Oleh karena itu, pada makalah ini akan menganalisis unsur intrinsik dalam novel Supernova: Kesatria, dan Bintang Jatuh. Selain unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga turut berperan dalam proses menganalisis suatu karya sastra. Namun unsur ekstrinsik yang membangun tersebut selalu berkaitan dengan unsur intrinsiknya.


1

2

Dari unsur intrinsik novel Supernova: Kesatria, dan Bintang Jatuh menghadirkan tokoh netral yang berperan sebagai Bintang Jatuh. Bintang Jatuh, yang bernama Diva mewakili konsep tokoh netral yang dihadirkan dengan seseorang yang sudah mampu mengaktualisasi diri. Aktualisasi merupakan tahapan-tahapan kebutuhan seseorang yang telah mencapai pada tingkatan yang atas karena telah memenuhi seluruh tingkatan yang ada di bawah. Seseorang dianggap mampu mengaktualisasi dirinya jika ia mampu memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Ia telah mampu melewati tahap-tahap fisiologis, rasa aman, sosial, dan penghargaan yang ada pada kehidupannya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis “Aktualisasi Tokoh Diva dalam Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dee”, dengan menggunakan teori hirarki kebutuhan manusia yang sering disebut aktualisasi diri menurut Abraham Maslow.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah unsur-unsur intrinsik pembangun novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dee?
2.      Bagaimanakah aktualisasi diri tokoh Diva dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dee?

C.       Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana unsur-unsur instrinsik pembangun novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dee dan mendeskripsikan aktualisasi tokoh Diva dalam Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dee.

D.    Tinjauan Pustaka
1.      Penelitian Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh pernah dilakukan oleh Khusnaini Prihananto mahasiswa jurusan bahasa dan seni, FKIP, UNS tahun 2012. Penelitian tersebut untuk membuat skripsi dengan judul “Analisis Strukturalisme Genetik Novel Supernova Episode Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) keterkaitan antar unsur
3

intrinsik novel Supernova karya Dewi Lestari; (2) pandangan dunia pengarang tentang novel Supernova karya Dewi Lestari; (3) nilai-nilai yang terkandung di dalam novel Supernova karya Dewi Lestari. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik. Metode yang digunakan adalah metode diAlektik. Sumber data adalah novel Supernova Edisi Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh, serta informasi hasil wawancara dengan pengarang novel, pemerhati karya-karya Dewi Lestari dan artikel-artikel dari internet. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik analisis dokumen dan wawancara mendalam. Validitas data menggunakan teknik triangulasi teori, triangulasi metode dan triangulasi data. Teknik analisis data dilakukan dengan proses analisis mengalir (flow model analysis), karena analisis bersumber dari novel. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada keterjalinan antarunsur instrinsik dalam novel Supernova Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh;(2) Pandangan dunia Dewi Lestari dalam novel Supernova Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh, adalah pandangan dunia moral, pandangan cinta kasih, pandangan sosial budaya, dan pandangan sains; (3) nilai-nilai yang terkandung dalam novel Supernova Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh, adalah nilai moral, nilai cinta kasih, nilai sains, nilai sosial budaya, nilai politik, dan nilai psikologi.[2]

2.      Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Universitas Airlangga “Aspek Sains Dalam Novel Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang Jatuh” Mochamad Ali, S.S., M.A.; Ida Nurul Chasanah, S.S., M.Hum; Dra. Adi Setiyowati, M.Hum. 2004. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diAlektika fiksi dan non fiksi dan merepresentasikan aspek-aspek sains dalam novel Supernova Episode Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (Supernova 1) melalui hubungan intertekstualitas. Penelitian ini menggunakan metode content analysis melalui pembacaan heuristik dan hermeunitik. Metode ini menekankan pada kedalaman pemaknaan terhadap teks sastra tersebut. Melalui metode ini, peneliti
4

menentukan dan mengembangkan fokus tertentu, yaitu intertekstualitas sains dan fiksi dalam novel Supernova 1, secara terus menerus dengan berbagai hal di dalam sistem sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara garis besar beberapa indikasi yang ditemukan dalam teks Supernova 1 memperlihatkan adanya dialektika antara fiksi dan non fiksi. Indikasi-indikasi tersebut misalnya ditemukan dalam cover, judul, metode penulisan ilmiah dalam fiksi seperti pemakaian footnote, pencantuman bibliografi dan indeks serta kata pengantar, dinamika tokoh, rangkaian kejadian yang membentuk alur, penyebutan “keping”untuk mengganti bagian atau bab. Aspek sains dalam Supernova 1 tidak sekedar tempelan, tetapi direpresentasikan dalam struktur teks. Pentransformasian unsur-unsur sains dalam nover Supernova 1 lebih bersifat afirmatif dengan hipogram yang diacu dengan adanya beberapa ekspansi (perluasan). Unsur-unsur sains tersebut di antaranya adalah ilmu astronomi, teori Chaos (meliputi Efek Kupu-Kupu Lorenz dan Geometri Fraktal), teori Schrodinger, teori Koevolusi, dan teori Non Linier. Representasi aspek sains dalam novel Supernova 1 berfungsi untuk memberikan alternatif pembacaan dalam memahami teori-teori sains secara populer. Selain itu juga menandai hadirnya proses pembelajaran baru dalam memahami teori-teori sains melalui karya sastra. Supernova 1 menuntut pembaca untuk senantiasa cerdas dan cermat dalam pembacaannya.[3]









BAB II
AKTUALISASI TOKOH DIVA DALAM NOVEL SUPERNOVA: KESATRIA, PUTRI, DAN BINTANG JATUH KARYA DEWI LESTARI “DEE”
A.    Biografi Dewi Lestari “Dee”
Dewi Lestari lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Ia merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ia terlahir dari keluarga yang menurutnya “Batak banget”. Sang ayah. Yohan Simangunsong, merupakan anggota militer yang memiliki ketertarikan besar pada seni dan jago bercerita. Sementara ibunya, Tiurlan Siangin, adalah ibu rumah tangga yang sistematis, intelektual, dan strict.[4] Namun pada tahun 1995 Ibu Dewi meninggal dunia dalam usia 53 tahun karena kanker usus ketika namanya sedang melambung dalam di trio penyayi RSD (Rida Sita Dewi).
Nama Dee melambung bersama Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, karya fiksi hasil produksinya sendiri pada 2001. Fiksi perdananya itu dinominasikan dalam KLA (Khatulistiwa Literary Award) 2002. Dee yang dulu dikenal sebagai salah satu personel trio penyayi Rida Sita Dewi (RSD) karena sejak kecil, Dewi Lestari aktif dalam paduan suara oikumene, Glorify Lord Ensemble di Bandung. Di Gereja HKBP Bandung. Namun Dewi lebih dulu akrab dengan tulis-menulis yang telah dimuat di majalah dan bulletin sekolahnya, SMAN 2 Bandung.[5]
Sebelum bergabung dalam trio RSD (Rida Sita Dewi), Dewi pernah menjadi backing vocal Iwa K, Java Jive, dan Chrisye. Tidak heran Dewi yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan vokalis-vokalis grup lain. Selain terampil bermain piano, dia juga pandai menulis. Itulah sebabnya lagu ciptaan Dewi berlirik puitis. Ya, dipengaruhi oleh kegemarannya menulis cerpen dan novel.Sayangnya vokal Rida Sita Dewi (RSD) bubar pada tahun 2003 setelah menghasilkan empat album, yaitu Antara Kita (1995), Bertiga (1997), Satu (1999), dan The Best of Rida Sita Dewi (2002).
Kemudian pada 12 September 2003 Dee menikah dengan penyanyi Marcell Siahaan. Dari pernikahannya tersebut, pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Keenan Avalokita Kirana pada 5 Agustus 2004.
5
6

Pada tahun 2006 melalui wawancara dengan suaminya Marcell, “Gue sekarang Buddha, sebelumnya Katolik. Gue, istri, dan anak beragama Buddha,”jelas Marcell Siahaan.[6] Namun yang sebenarnya Dewi sudah menganut agama Buddha sejak Oktober tahun 2005. Hal tersebut dijelaskan pada Harian Seputar Indonesia yang menyatakan Dewi lestari kini bukan lagi penganut Kristen. Sejak lima bulan lalu, penulis Supernova ini sudah menjadi penganut Buddha. Melaui wawancara dengan tabloid wanita terbitan Ibu Kota, Dewi mengungkapkan perjalanannya untuk menemukan kebenaran dalam ajaran Buddha sudah berlangsung sejak lima tahun lalu. Rajin mempelajari berbagai ajaran dan nilai agama-agama yang ada di Indonesia. “Aku mempelajari Buddha tanpa prasangka. Sampai akhirnya aku jatuh cinta pada Buddha,” kata Dewi.[7]
Pernikahan Dee dan Marcell berakhir karena Dee menggugat cerai Marcell di Pengadilan Negeri BAle Bandung pada 27 Juni 2008. Tak lama setelah percerainnya dengan Marcell, Dee menikah denganseorang pakar penyembuhan holistik, Reza Gunawan pada 11 November 2008 di Sydney.

B.     Latar Belakang Lahirnya Karya
Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh merupakan se-kuel Supernova yang pertama karya Dewi Lestari “Dee” yang membawa nama Dee diakui sebagai salah satu penulis negeri ini. Novel tersebut pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Trudee Books, Bandung pada 2001 sebagai cetakan yang pertama dan 2006 sebagai cetakan keenam.[8] Kemudian mengalami cetak ulang dan pembaharuan cover pada tahun pada tahun 2012 ditebitkan oleh penerbit yang berbeda yaitu penerbit Bentang.
Ketika kecil, Dewi adalah anak yang pendiam. Dewi jarang berbicara, ia lebih senang melamun, berimajinasi, dan mengkhayal. Salah satu kebiasaan Dewi ketika kecil sebelum tidur
7

ia akan menghabiskan waktu dua jam untuk mengkhayal. Dibandingkan dengan saudara-saudaranya waktu kecil Dewi kurang begitu suka membaca. Namun Dewi lebih suka membaca suatu cerita yang begitu mengena dan berakar kuat dalam dirinya. “Jadi rasanya bukan dari kuantitas, tapi dari kualitas bacaan yang aku temukan. Kalau memang menyentuh, ia akan menggerakan aku untuk berkarya”. Contoh bukunya karya Enid Blyton hingga cerita asal Jepang, seperti Candy-Candy, dan Pop Corn.[9] Dari karya-karya tersebut membuat Dewi melecutkan semangat menulis yang sedang berkembang.
Terbitnya novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh dikatakan lahir dari pertimbangan yang sangat konyol. “Aku menulis Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh tahun 2000, umurku dua puluh empat tahun dan aku pengin menjadikannya sebagai kado ulang tahun ke dua puluh lima. Biasalah umur-umur dua puluh-an yang penuh dengan idealism tinggi. Temanku ada yang diumur dua puluh enam punya target harus pergi ke Kilimanjaro. Kalau aku, punya target di umur dua puluh lima ingin menerbitkan buku.”[10]
Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh selesai di bulan September 2000 dan aku ultah tanggal 1 Januari. Aku tidak pede membawa Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh ke penerbit, mungkin ini sisa trauma karena faktor penolakan-penolakan di masa muda. Aku juga sadar ini adalah manuskrip yang tidak biasa pada saat itu. Aku berpikir, haruskah aku mengemis-ngemis ke penerbit untuk minta diterbitkan? Lalu bagaimana menyakinkan penerbit bahwa ini sesuatu yang beda tapi patut dicoba? Belum lagi ada antrean di penerbitan, kalau harus mengirim ke penerbit dan menunggu antrean itu, bisa-bisa ulang tahunku yang kedua puluh lima keburu lewat.”[11]
Dari salah satu orang yang bekerja di penerbitan dan pernah Dewi temui di sebuah acara, Dewi minta dijelaskan cara menerbitkan buku. Berdasarkan informasi dari orang tersebut, Dewi menyimpulkan bahwa proses penerbitan buku ternyata tidak sekompleks yang dibayangkan. Setelah menghitung tabungan, Dewi pergi ke percetakan. Dari uang yang ia punya, Dewi mencetak 5.000 buku.[12]
8
 “Sebenarnya saat itu cenderung polos dan goblok, aku nggak tahu lima ribu buku itu sebanyak apa dan aku juga nggak tahu siapa aja lima ribu orang di Indonesia yang mau baca buku aku. Pokoknya targetnya untuk hadiah ulang tahun ke dua puluh lima. Mau lima ribu buku itu habis ketika nanti aku ultah ke lima puluh pun aku nggak peduli. Semua murni karena aku ingin menjadikan Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh sebagai hadiah ulang tahun.[13]
Cerita dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh diperoleh lewat penggalian informasi. Sumbernya beragam, mulai dari studi kepustakaan, wawancara dengan sejumlah orang yang memiliki kedekatan dengan alur kisah, jugaa pencarian lewar sarana internet. Bagi Dee, Supernova adalah sebuah konsep integral yang bukan hanya terdiri dari kertas dan huruf. Harus ada ikon gaya hidup di dalamnya. Saya peduli dengan symbol dan penampilan visualisasi dari karya itu.[14]
Namun dibalik itu semua Dewi yakin dan otimis dan mengatakan, “Ketika mulai menulis Supernova tahun 2000, saya sudah feeling, inilah buku pertama saya yang dipulikasikan.[15]
Beberapa karya Dewi Lestari, yaitu novel pertama yang hanya ditulis delapan bulan namun sudah terpikirkan konsepnya sejak lama yaitu, Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh, dirilis 16 Februari 2001. Novel yang terjual hingga 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari hingga kurang lebih 75.000 eksemplar. Kemudian Dee meluncurkan “Supernova Satu” edisi Inggris untuk menembus pasar internasional ditemani penerjemah yang sudah mahir dibidangnya yaitu Harry Avelin. Supernova pernah masuk nominasi Katulistiwa Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books. Bersaing bersama para sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto, Dorothea Rosa Herliany, Sutardji Calzoum Bachri, dan Hamsad Rangkuti. Satu tahun kemudiaan, Dee meluncurkan Supernova: Akar pada 16 Oktober 2002. Kemudian pada bulan Januari 2005 Dee merilis Supernova ketiga, episode Petir. Kisah di novel ini masih terkait dengan dua novel sebelumnya. Pada tahun 2006 Dee meluncurkan buku yang berisi 18 cerpen dengan judul Filosofi Kopi. Filosofi Kopi
9

mendapatkan anugrah terbaik tahun 2006 oleh majalah Tempo dan berhasil menjadi lima besar Khatulistiwa Award dengan kategori fiksi. Kemudian pada Agustus 2008, Dee merilis novel terbarunya yaitu Rectoversoyang merupakan paduan fiksi dan musik, yang berisi 11 fiksi (cerpen) dan 11 lagu yang saling berhubungan. Kemudian pada 14 Februari 2013 film ini diangkat ke layar lebar.Pada Agustus 2009, Dee menerbitkan novel Perahu Kertas.Perahu Kertas merupakan novel yang sangat berbeda dengan novel lain karena Dee yang sejak awal mempersiapkan novel ini bukan hanya untuk dibaca namun sudah dipersiapkan untuk dinikmati di layar.Kemudian pada 16 Agustus 2012 novel tersebut diangkat ke layar lebar, disutradarai oleh Hanung Bramantiyo.Setelah menununggu hampir delapan tahun akhirnya pada tahun 2012, Dee kembali mengeluarkan novel serial Supernova keempat yang berjudul Partikel. Kemudian karya yang kedelapan Dewi yaitu Madre yang diterbitkan pada Juni 2011 oleh Penerbit Bentang dan kemudian pada Maret 2013 diangkat ke layar lebar.

C.     Sinopsis
Supernova dengan judul “Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh” karya dewi lestari ini dicetak dan diterbitkan kembali pada Maret 2012 oleh penerbit PT. Bentang pustaka. Sebuah novel yang mengemas teori-teori fisika dengan bingkai cerita yang menarik. Tidak hanya dapat dijadikan bacaan hiburan, tetapi banyak pengetahuan yang kita dapat tentang bagaimana hidup yang dikaitkan dengan teori-teori para pakar fisika, tentu saja memberikan efek tidak biasa bagi para pembacanya.
Supernova mengemas cerita yang berawal dari pertemuan pasangan gay antara Reuben dan Dimas. Pada hari jadinya yang ke sepuluh, mereka merencanakan membuat sebuah novel, Dimas sebagai penulisnya dan Reuben yang menjadi inspirator sekaligus cerita yang dibuat Dimas.
Di awal narator, Dimas menggambarkan tokoh Kesatria. Kesatria diberi nama Ferre. Ferre merupakan seorang eksekutor muda yang berbakat. Karena kemampuannya yang luar biasa ia mampu mengembangkan perusahaannya sampai sukses. Namun, meski telah mencapai kesuksesannya dalam berbisnis, Ferre belum menemukan pendamping dalam hidupnya. Ferre
10
 selalu membayangkan sosok Putri dalam hidupnya. Sosok Putri yang ia bayangkan seperti yang digambarkan dalam sebuah dongeng yang dia temukan semasa kecilnya. Sebuah dongeng tentang Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Dalam cerita dongeng, Kesatria yang mencintai Putri harus terhalang oleh Bintang Jatuh yang merebut Putri dari Kesatria. Ferre ingin mewujudkan kisah itu dalam kehidupannya dengan mengubah cerita dalam dongeng itu dari cerita sebenarnya.
Sebagai seorang pemuda yang sukses, Ferre selalu dicari oleh berbagai media untuk diminta berbagi pengalaman tentang kesuksesannya. Dari beberapa nama wartawan dan media yang mengajukan diri ingin meliputnya, ia tertarik pada satu nama, seorang wartawati bernama Rana. Saat pertemuannya dengan Rana, Ferre mendapatkan gambaran mengenai sosok Putri dalam cerita dongeng yang dibacanya.
Kisah antara Ferre dan Rana tidak berjalan dengan mulus, karena status Rana yang telah menikah. Konflik yang terjadi salah satunya adalah gejolak batin yang dihadapi Ferre ketika ia telah mencintai Rana namun juga telah memiliki suami. Tiap kali ada ia ingin bertemu, ia harus bertemu secara diam-diam dengan Rana. Rana memang mengalami kejenuhan dalam pernikahannya, dan terkesan menjadikan Ferre sebagai laki-laki pelariannya.
Ketika hubungan Ferre dan Rana semakin dekat, Ferre semakin bingung akan dibawa kemana hubungannya dengan Rana. Di satu sisi ia begitu ingin memiliki Rana dan menjadikan ia kekasih yang seutuhnya. Namun, lain sisi ia juga memposisikan diri sebagai suami Ferre dan membayangkan bagaimana jika istrinya bersama laki-laki lain. Sampai akhirnya, Rana disadarkan atas kekeliruan yang dibuatnya, karena memiliki suami yang ternyata baik padanya. Rana pun meninggalkan Ferre dan kembali kepelukan suaminya dengan seutuhnya.
Setelah kepergian Rana, Ferre merasakan dilema yang hebat dalam hidupnya. Ferre menjadi orang yang murung dan menelantarkan pekerjaan kantornya. Ia mengurung diri berhari-hari dirumahnya. Namun di saat seperti itu, Ferre bertemu dengan Diva, seorang pelcur dengan bayaran ribuan dolar. Diwa merupakan tetangga Ferre yang tinggal di depan apartemennya. Diva membantu Ferre agar dapat pulih kembali. Sampai akhirnya, ia sadar dan menyadari ia telah bertemu sosok Bintang Jatuh dalam diri Diva.
11
Di dalam cerita antara Ferre, Rana, dan Diva, Dimas, dan Reuben juga menyisipkan tokoh Supernova. Supernova adalah tokoh yang berperan dalam dunia maya. Dalam cerita, Supernova membantu orang-orang dalam menyelesaikan masalah. Sampai pada akhir cerita, Ferre mengetahui bahwa sosok supernova dalam dunia maya adalah Diva.
Dari awal cerita hingga akhir cerita mengenai Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, selalu diselipkan tentang perdebatan-perdebatan antara Dimas dan Reuben tentang kelanjutan cerita, tentu saja dengan mengaitkannya pada beberapa teori fisika menurut beberapa pakar dan relisasinya dalam kehidupan yang dituangkan dalam novel yang dibuat mereka.
D.    Analisis Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari “Dee” Melalui Pendekatan Objektif
Mengutip yang dikatakan Junus (1895: 2) pendekatan objektif merupakan pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada apabila tidak ada karya sastra.[16]
Dalam mengkaji karya menggunakan pendekatan ini tugas peneliti pertama-tama adalah meneliti struktur karya sastra yang kompleks dan multidimensional yang setiap aspek dan unsur berkaitan dengan aspek dan unsur lain yang semuanya mendapat makna dan fungsinya dalam totalitas karya itu.[17]
Pendekatan objektif yang akan dilakukan pada novel ini ialah mengkaji novel dari struktur yang membangunnya, antara lain dari segi tema, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang , latar, dan gaya bahasa novel Supernova Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh.
1)      Tema
Dalam Siwanto, (2008:161) tema adalah ide yang mendasari sebuah cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema menurut Stanton (1965:20) dan Kenny (1966:88) adalah makna yang terkandung oleh sebuah cerita. Namun ada banyak makna yang terkandung dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu, maka
12
 masalahnya adalah makna khusus yang mana dapat dinyatakan sebagai tema itu.[18] Berdasarkan penjelasan tersebut, tema yang terkandung dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh adalah aktualisasi diri. Setiap konflik yang muncul pada setiap tokoh pada akhirnya diselesaikan oleh tokoh itu sendiri, baik disadari oleh tokoh itu sendiri maupun mendapatkan disadari lewat perantara tokoh lainnya, bahwa segala yang terjadi kembali pada sesuatu yang ada pada dirinya sendiri, itulah aktualisasi diri.
“Eh, kamu ingat apa kata Abraham Maslow[19]?” cetus Reuben. “Ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup, ia pun dimungkinkan untuk mengejar pencarian lebih tinggi. Aktualisasi diri. Pengetahuan tentang dirinya sendiri di level yang paling dalam. Dia orang di level itu.”[20]
Teori pada kutipan di atas merupakan salah satu konsep awal untuk menggambarkan tokoh Diva dalam cerita ini. Tokoh Diva dihadirkan untuk mewakili konsep aktualisasi diri
2)      Plot
Stanton (1965: 14) misalnya mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.[21]
Richard Summers membedakan tahapan plot menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut,
A.    Tahap Situation/ Tahap Penyituasian
Tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi, latar, dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal dan lain-lain yang, terutama, berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. [22]


13
Dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh bertutur tidak liner pada bagian awal. Pada bagian awal novel tersebut dibuka dengan narator yang menceritakan 10 tahun yang lalu pada tahun 1991 ketika Dimas bertemu dengan Reuben, kemudian dilanjutkan pada 10 tahun berikutnya di tahun 2001.
Kutipan yang menceritakan ketika sepuluh tahun yang lalu Reuben dan Dimas bertemu,
“Sepuluh tahun yang lalu, mereka bertemu di Georgetown tepat di bawah plang Wisconsin Avenue”…[23]
Kutipan tersebut, merujuk kepada kejadian yang telah berlalu, tepatnya sepuluh tahun yang lalu. Narator sebagai pencerita, mendeskripsikan bahwa pernah terjadi suatu petemuan di Georgetown. Kata pernah, berarti juga merujuk bahwa ada kejadian yang terjadi saat itu. Hal ini di pertegas masih pada satu keping dengan latar waktu dan tempat yang berbeda,
“Happy 10áµ— ͪ Anniversary, Dimas”.[24]
Kutipan tersebut merupakan kejadian saat itu, yaitu saat hari jadi Dimas dan Reuben yang ke 10tahun.
         Pada tahap pengenalan ini diawali dengan pengenalan tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita. Pengenalan pertama diawali dengan pengenalan tokoh Reuben dan Dimas oleh narator di luar cerita, yakni:
a.       Pengenalan Tokoh Dimas
Tokoh Dimas adalah seorang anak yang memiliki keluarga berkecukupan.
“Reuben pun langsung tau kalau Dimas termasuk geng anak orang kaya”.[25]

b.      Pengenalan Tokoh Reuben
Tokoh Reuben adalah seorang anak yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Washington DC.
“Dimas langsung tau kalau Reuben termasuk geng anak beasiswa”.[26]

14

Perbedaan sangat terlihat pada dua kutipan yang disajikan, pertama, dari segi finansial, yakni Dimas yang merupakan orang kaya sedangkan Reuben merupakan orang yang mendapatkan beasiswa, cenderung diartikan sebagai orang yang kekurangan dari segi finansial, meskipun tidak semua beasiswa menandakan tidak mampuan finansial. Kedua, dari segi intelektual, jelas terlihat lebih unggul dibandingkan Dimas dengan statusnya sebagai orang yang mendapat beasiswa indentik dengan intelektualitas tinggi.
Perbedaan tersebut, tidak serta merta memberikan jarak diantara keduanya, namun sebaliknya menyatukan mereka sehingga dapat saling melengkapi. Terbukti, setelah permuan mereka di Washington DC, mereka mengadakan suatu pesta di sebuah apartemen, 3bulan 21hari dilanjutkan dengan komitmen mereka sebagai pasangan gay.
“Tiga bulan dan dua puluh satu hari berikutnya, mereka dilanda badai baru. Badai Endorfin. Hormon cinta”.[27]
Endorfin merupakan hormon yang membuat seseoramg merasa begitu bahagia, kata “endorfin” diperjelas pada kalimat selanjutnya “Hormon Cinta”, dengan kata lain Endorfin erat kaitannya dengan kebahagiaan seseorang ketika jatuh cinta.
Sebelum menjadi sepasang pasangan gay, kedua tokoh itu terlebih dahulu telah berkomitmen untuk membuat sebuah masterpiece dengan waktu sepuluh tahun berikutnya.
“Sepuluh tahun dari sekarang, saya harus membuat satu karya. Satu masterpiece …[28]
Masterpiece merupakan sebuah karya luar biasa yang dihasilkan oleh seseorang, kedua tokoh tersebut telah berjanji membuat sebuah karya yang luar biasa dan akan dibuat pada 10 tahun kemudian, terhitung ketika ia mengikrarkan diri akan membuat karya. Masterpiece yang dipilih adalah dalam bentuk cerita/fiksi.
“Kita sudah sepakat kalau masterpiece ini akan menjadi karya berdua. Dan, tidak dalam bentuik jurnal ilmiah tetapi sebuah cerita”. [29]

15
Kemudian, pengenalan tokoh dilakukan oleh Dimas dan Reuben yang bertindak sebagai dalang/pembuat cerita yang telah didiskusikan bersama dengan menerapkan konsep dan teori ilmu yang mereka kuasai. Berikut pengenalan tokoh-tokoh yang dibuat,
1.      Pengenalan Tokoh Kesatria
Tokoh Kesatria bernama Ferre,ia adalah seorang pria muda yang berprofesi sebagai managing director.
“Baru ulang tahun ke-29, sudah jadi managing director”.[30]

Umur 29 merupakan usia produktif, produktif dalam hal ini juga menandakan konsep muda dari tokoh Ferre. Ditambah dengan keterangan jabatannya sebagai managing director merupakan posisi yang membuat sukses pada usianya.

2.      Pengenalan Tokoh Putri
Tokoh Putri diberi nama Rana, ia adalah seorang wartawan sebuah majalah
“Rana”, suaranya bergetar. Perlahan, ia mengeluarkan peralatannya: buku catatan, bolpoin, dan alat perekam”.[31]

Buku catatan, bolpoin, dan alat perekam menunjukkan alat-alat yang dekat dengan profesinya sebagai wartawan, meskipun tidak disebutkan secara gamblang, ini diperkuat dengan di sebutkannya rubrik yang akan memuat mengenai Ferre.
“Rubriknya berjudul Impian Siang Hari”.[32]

Rana ditampilkan sebagai wanita yang sudah menikah.
“Re baru menyadari keberadaan cincin itu, ketika mereka pergi makan siang berdua. “Kamu menikah?”[33]

Cincin sering diartikan sebagai tanda orang yang telah menikah.



16

3.      Pengenalan Tokoh Bintang Jatuh
Tokoh Bintang Jatuh bernama Diva,ia adalah seorang pelacur kaya, memiliki pemikiran yang luas, dengan kata lain ia adalah orang pintar.
“Justru karena saya lebih pintar dari kamu dan CEO kamu, saya ngga mau bekerja seperti kalian”.[34]

Aktualisasi pada dirinya membuat dia memaksimalkan potensinya sehingga kecerdasan dan kepintaran yang dimilikinya dapat membuatnya selalu nyaman dengan dirinya dan profesinya. Tokoh Diva dimunculkan oleh Dimas dan Reuben sebagai tokoh netral.
“Dia adalah seorang yang harus sepenuhnya mewakili area abu-abu”. [35]



4.      Pengenalan Tokoh Rafael/Ale
Tokoh Rafael merupakan sahabat dari tokoh Ferre.
“Sahabatnya, Rafael, yang selalu Re panggil dengan nama kecilnya, Ale tertawa di ujung sana”.[36]

Sebagai sahabat Rafael, menandakan hubungan yang cukup dekat antara kedua tokoh ini. Ale merupakan teman sekantor Ferre sekaligus sahabatnya yang sangat perhatian padanya.

5.      Pengenalan Tokoh Arwin
Arwin adalah suami dari tokoh Putri/Rana,
“Aku jemput pukul 7?” Suaminya, Arwin berkata”.[37]

Kutipan di atas, status suami dimunculkan setelah kutipan langsung dari Arwin sendiri. Pada penjelasan sebelumnya, dijelaskan bahwa Rana telah bersuami dengan simbol cincin di jari manis Rana, pada kutipan ini barulah di jelaskan bahwa suami Rana bernama Arwin.

17

B.     Tahap Pemunculan Konflik, Peningkatan Konflik, Tahap Klimaks, dan Tahap Penyelesaian
Tahap pemunculan konflik merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.[38]
Tahap peningkatan konflik merupakan konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.[39]
Tahap klimaks merupakan konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi yang dilakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.[40]
Tahap penyelesaian, adalah tahap ketika konflik telah mencapai klimaks diberi penyelesaisn, ketegangan dikendorkan.[41]
Konflik yang akan dimunculkan searah dengan tema yakni aktualisasi diri, maka yang menjadi fokus adalah konflik pada tokoh Diva. Karena tokoh Diva merupakan tokoh yang sudah mencapai aktualisasi, maka semua konflik-konflik yang terjadi pada dirinya dapat diselesaikan dengan cara tersendiri, klimaks yang terjadi pun tidak muncul secara signifikan sehingga efek yang dimunculkan seolah tokoh Diva mampu menyelesaikan konfliknya secara mudah.
Berbagai konflik yang ada mulai dari berbagai kliennya dan dalam dunia modeling kerap kali muncul. Konflik pada dunia modeling diawali dengan ada peristiwa pragawati yang jatuh di depan Diva, Diva menolongnya dan berkata yang memang realitas namun ditentang oleh teman-temannya. Setelah kejadian itu Diva merasa penat dan merasa mengapa ia yang hanya ingin hidup. Akhirnya Diva memutuskan untuk meminta izin pulang dengan alasan tidak enak badan. Bagi Diva kepenatan merupakan sakit yang lebih nyarta dibandingkan dengan sakit lainnya. Akhirnya Diva menyelesaikan kepenatannya dengan menangis.
18
”… Ternyata, majikannya menangis. Tangisan bisu. Hanya saja air mata itu terlihat jelas membanjir …” [42]
Di kamarnya, memakai kaus oblong putih dan celana pendek, Diva duduk dan menghadap jendela. Tak ada lagi yang dapat ia lakukan selain memeluk bantal kecil, dan terus menangis, ia ingin membiarkannya lepas. Kepenatan itu. Tubuhnya masih cukup peka untuk member signal bahwa ia tidak mampu menanggung semua. Karena itulah ia menangis.
“Bagaimanapun, kepedihan ini tetap terasa tajam menjadikan terisak dan tersengal sampai lemas. Namun, ia harus membiarkan semua ini lewat, kembali bersih. Tercuci”.[43]
Konflik yang digambarkan pada kutipan di atas menggambarkan konflik batin yang dimulai ketika ia merasa penat, berkembang ketika ia menangis di mobil, kemudian klimaks terjadi ketika ia merasa tidak ada lagi yang dapat ia lakukan, diselesaikan dengan menangis sepuas hati untuk melepas kepenatannya. Alur konflik yang begitu cepat ini menandakan ia telah mencapai tahap aktualisasi diri yang sempurna, ditandai dengan kemampuannya menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Sebagai tokoh netral, dalam menghadapi konflik-konfliknya, Diva tidak mengikutsertakan tokoh lainnya. ia dapat menyelesaikannya dengan caranya sendiri. Diva tidak berpihak pada tokoh manapun, dan tokoh lain dihadirkan untuk mewakili konsep lainnya dengan konflik yang berbeda. Diva memang dihadirkan bersinggungan dengan tokoh lainnya, namun tujuannya adalah untuk menunjukkan aktualisasi dirinya serta menyadarkan orang lain  untuk mengaktualisasi diri masing-masing. Tidak ada konflik ketika ia menjalankan misinya, tidak ada pendukung maupun menghalang, ia hanya tokoh nentral yang berjalan sendiri menentukan arah hidupnya. Hal tersebut terbukti ketika Diva berhadapan dengan para klien-kliennya, dalam dunia modelling, dan ketika melihat sampai bertemu dengan Ferre.
3)      Tokoh dan Penokohan
Tokoh utama yang diangkat untuk mewakili tema merupakan tokoh netral. Tokoh netral merupakan tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imaginer yang hanya hidup dan bereksistensi dalam duni fiksi. Ia hadir (atau dihadirkan)
19

 semata-mata demi cerita, atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan.[44]
Sebagai tokoh netral, maka tokoh Diva diciptakan Dimas Reuben untuk menjalankan misinya menyadarkan tokoh lain untuk mengaktualisasi dirinya, seperti kemampuan yang digambarkan oleh tokoh Diva sendiri. Dalam menjalankan misinya ia tidak terpengaruh dengan tokoh-tokoh lain, ia hanya berusaha menyadarkan apa yang ada pada masing-masing tokoh.
Skema Tokoh

Aplikasi aktualisasi diri pada tokoh Diva

Dalang cerita
Reuben dan Dimas

Menerapkan konsep aktualisasi diri
 
  

 



Membuat tokoh lain mencapai tahap aktualisasi diri

Tokoh Utama
Diva

Menyadarkan tokoh lain agar dapat mengaktualisasi dirinya

Tokoh pelengkap
Gio
Ferre
Rana
Arwin
Klien-kliennya (Dahlan, Nanda, Margono)
 
















20

a)      Diva
1.      Diva merupakan seorang yang kaya, cantik, dan berpengetahuan tinggi.
”… dia sudah kaya, tidak pusing soal materi. Dia juga cantik, tidak pusing soal fisik. Dia berpengetahuan tinggi dan menghikmati ilmu, kalau tidak, ia terjebak di level materi dan fisik tadi”.[45]
         Tahap fisiologis Diva telah terpenuhi, inilah hirarki kebutuhan dasar yang sudah dilewati. Hal tersebut membuat Diva bisa melangkah pada hirarki tersebut sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya. Diva digambarkan seorang yang tidak terlalu ramah, tidak juga selalu judes, tapi dingin.
                              “Tidak terlalu ramah, tidak juga selalu judes, tapi ia dingin”.[46]
Selain itu Diva diperkenalkan sebagai seorang yang professional dengan profesinya sebagai pelacur dan model. Dalam menghadapi klien-kliennya dan janjinya sesuai dengan tariff bayaran dan aturan yang telah dia buat. Sebagai model dia selalu mengikuti aturan yang ada. Selain itu hubungannya sosialnya tergambar dari persahabatannya dengan pencinta alam Gio dan akhirnya berkenalan dengan Ferre, penghargaan atas dirinya dan telah ia dapat dengan orang lain. Semua tahap inilah akhirnya Diva dapat mencapai aktualisasi diri. Pembahasan tentang tokoh Diva selanjutnya akan dibahas pada bagian analisis yang akan dibahas pada makalah ini.
b)      Ferre
Ferre memiliki sisi romatis pada setiap kata-kata yang puitis yang bercetak miring yang mengungkapkan perasaannya pada novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, salah satu kutipan puitis dan menggambarkan perasaan Ferre,
“Ayo, Putri, cambuklah kuda waktuku, agar ia sedikit berlari, dan berarti”.[47]

Kemudian Ferre digambarkan sebagai orang yang pikirannya padat, fokus, professional, dan baginya yang sangat berarti adalah pensil kesayangannya. Tokoh Ferre merupakan tokoh yang dimunculkan menerapkan teori chaos dan bifurkasi.
21

c)      Dimas
Dimas merupakan tokoh yang sensitif,hal ini dapat terlihat dalam ungkapan Reuben tentang Dimas seperti dalam kutipan berikut,
“Kamu adalah manusia paling sensitif yang pernah kutahu”.[48]
Hal tersebut menunujukkan bahwa kekasih Reuben tersebut berperan sebagai perempuan yang memiliki sisi animus lebih besar daripada Reuben. Selain sensitif ia juga orang yang bersemangat seperti dalam kutipan berikut,
                        “Dimas langsung bersemangat …”[49]               
d)     Reuben
Reuben merupakan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa di Amerika Serikat, yang memiliki intelektual tinggi dan semangat,
“Si Indo-Yahudi bersemangat tinggi yang selalu sibuk menggabung-gabungkan ilmu psikologi dengan teori-teori kosmologi …”[50]
Kemudian, Reuben merupakan orang yang serius dibandingkan Dimas
                        “… Aku memang si Serius yang membosankan”.[51]
Perkataan tersebut merupakan pengakuan Reuben atas dirinya yang diapun mengetahuinya bahwa dia adalah orang yang serius. Hal tersebut dikarenakan ilmu yang ia kuasai berhubungan dengan disiplin ilmu pasti dan ilmu sosial dan dikelilingi oleh teori-teori yang ada. Selain itu Reuben merupakan orang yang sesaklek, sifat tersebut bertentangan dengan Dimas yang tidak sesaklek Reuben. Namun, hal tersebut membuat mereka pasangan yang saling melengkapi satu sama lain.
e)      Rana
Tokoh Rana diceritakan secara detail dari mulai lulus kuliah, awal usia 20 tahun, Rana remaja, hingga Rana bocah. Dari pemaparan tersebut dan hingga menjadi seorang istri Rana merupakan seorang yang aktif dan ceria,
22

                        “Gadis belasan tahun yang aktif dan ceria.”[52]

Rana yang terjerat hubungan gelap dengan Ferre pun mengalami masa galau. Dia mengalami kebingunggan dalam mengambil keputusan. Pada akhirnya Rana telah mendapatkan pelajaran terbang dan solusinya pada dirinya sendiri.
f)       Arwin sifatnya
Arwin adalah suami Rana yang memiliki sifat pengertian pada Rana istrinya, dan sangat mencintai istrinya sampai kapanpun,
“Kamu memang pantas mendapatkan yang lebih. Maafkan aku nggak pernah menjadi sosok yang kamu inginkan. Tidak menjadikan pernikahan ini seperti apa yang kamu impikan. Tapi, aku teramat mencintaimu, istriku… atau buka”.[53]
s
Kutipan tersebut menyiratkan bahwa, Arwin telah mengetahui hubungan Rana dengan Ferre, Arwin melihat wajah Rana ketika bertemu dengan Ferre sangat gembira, berbeda ketika bertemu dan berkomunikasi dengan dia. Sikap yang berubah dari Rana membuat Arwin introspeksi diri dan menyadari akan kekurangan dan kelemahannya selama menjadi pendamping Ranna. Setelah itu, Arwin yang membebaskan Rana dengan penuh pengertian tersebut memberikan kebebasan Rana untuk memilih kelanjutan hidupnya, namun diluar dugaan Arwin, Ranna kembali padanya karena satu hal yang penting bahwa, cinta itu membebaskan.
4)      Latar
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.[54] Latar pada novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, yaitu:
a)      Latar tempat
Latar tempat di awal novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh secara keseluruhan adalah di Amerika tempatnya di Wangsiton DC dan di Watergate Condominium.
23
“…mereka bertemu di Geogetown, tepat di bawah plang Wisconsin Avenue, bermandi teriknya matahari musim panas Washington, D.C”.[55]

Kemudian kutipan tempat selanjutnya masing di tempat yang sama yaitu Washington, D.C (Distrik Columbia) yang merupakan ibukota Amerika Serikat tepatnya di Watergate Condominium yang merupakan apartemen atau tempat hunian mewah milih teman Dimas yang merupakan awal dari pertemuan Dimas dan Reuben.
“…terdampar di Watergate Condominium, dalam satu unit apartemen mewah milik kawan Dimas”.[56]
Latar tempat tersebut hanya sebagian kecil dari novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Secara keseluruhan novel tersebut berlatar tempat di Jakarta dimulai dari halaman 14 smapai akhir cerita.
                        “Jakarta. Aku setuju. Kota ini biangnya dualisme”.[57]
Kutipan tersebut merupakan perkataan Reuben yang setuju dengan konsep Dimas mengenai latar tempat yang akan digunakan dalam masterpiece mereka. Reuben setuju Jakarta karena kota tersebut merupakan pusat perdaban Indonesia yang penuh dengan dualisme, terombang-ambing antara mau ke Timur dan ke Barat.
Jika dipericikan latar tempat di Jakarta meliputi rumah di daerah selatan Jakarta yang menjadi tempat Dimas dan Reuben membuat karyanya. Rumah Ferre, kantor Ferre, rumah Rana dan Arwin bertempat di kamar tidur dan meja makan. Rumah Diva, taman kecil Diva, ruang tamu tempat ketika bersama Gio dan Ferre tempat makan bersama Nanda, hotel sebgai tempat berdagang dengan klien-kliennya, mobil, pasar dan taman kanak-kanak merupakan tempat kesukaan Diva, kafe, panggung, catwalk tempat berjalan model, dan tempat menjadi juri model.


24
Selain berlatar tempat di Jakarta, latar tempat diselingi tempat Bandung sebagai tempat kerja lapangan Rana sebagai wartawan, dan kerja Ferre yang menjadikan mereka pada hari yang sama di Bandung sehingga menjadi tempat pertemuan Rana dan Ferre.
 “Secara kebetulan, mereka berdua sama-sama sedang ada di Kota Bandung”.[58]
Pertemuan Ferre dan Rana di Bandung menjadikan mereka harus meluangkan waktu untuk bertemu dan kemudian makan bersama dan pergi ke hotel.
b)      Latar waktu
Pada awal novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh menceritakan 10 tahun yang lalu tepatnya pada ahun 1991 yang menceritakan pertemuan Dimas dan euben serta mengingat perjanjian keduanya. Namun secara keseluruhan novel tersebut menceritakan satu kisah dengan jangka waktu yang tidak panjang namun padat, tepatnya pada tahun 2001, sesuai dengan perjanjian Dimas dan Reuben 10 tahun kemudian mereka akan membuat sebuah karya.
Jika diperincikan latar waktu tokoh Diva, yaitu pada pagi hari ketika dia menjalani rutinitasnya, kemudian malam dan sore bertemu dengan kliennya. Latar waktu tersebut secara garis besar masih dalam rentang waktu tahun 2001.
c)      Latar suasana
Latar suasana novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, yaitu
Diva senang ketika bertemu dengan Gio
                                    “Diva terbahak, spontan”.[59]
Suasana pada saat itu adalah suasana yang sangat menyenangkan bagi Diva, karena moment tersebut tidak akan dilewatinya, dia akan bertemu dengan sahabatnya, Gio seorang pencinta alam yang sudah menjelajah ke pelosok tempat-tempat terindah di bumi. Hal tersebut menarik perhatian Diva, dan akhirnya Diva yakin memutuskan pergi berpetualang pertama ke Apurimac yang merupakan sumber amazon yang langsung menuju Zeus-nya sungai.

25
Selain suasana senang yang dirasakan oleh Diva, perasaan sedih hingga menangis dialami oleh Diva sebagai tahap penyelesai konflik dalam hidupnya. Pada bagian tokoh dan penokoh telah di jelaskan. Kemudian suasana mencekam ketika Diva mengalami konflik dengan teman rekan modelnya yang telah dijelaskan pada tahapan konflik, konflik, dan klimaks.
Suasana lain yang ditampilkan pada tokoh Ferre adalah suasana senang ketika menemukan Putrinya, bertemu dengan Rana. Kemudian perasaan senang tersebut berbanding terbalik dengan kekhawatirannya pada perasaannya yang galau, rindu karena belum memiliki Rana sepenuhnya karena Rana telah bersuami. Kemudian Ferre mengalami suasana mencekam dalam hidupnya ketika Rana tidak memilih Ferre dan meninggalkannya. Namun pada akhirnya Ferre merasa sangat beruntung dan bahagia bertemu Bintang Jatuh yang telah menyelamatkannya. Dongeng yang diharapkan Ferre berubah memang telah berubah. Bintang Jatuh bukan mengambil Putri darinya namun justru menyelamatkan dia dari keputusasaan.
Kemudian suasana yang sangat dominan pada Rana yaitu ketika di jatuh cinta pada Ferre dan suasana dalam kebingunggan ketika menentukan pilihan, dan yang terakhir suasana haru ketika dia menyadari bahwa cintanya merupakan suaminya, dia menemukan cinta yang membebaskan bukan pada Ferre namun pada Arwin.
Suasana ketika dalang berdiskusi dan berdialog mengenai teori dan membentuk cerita Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh ada suasana yang senang, hangat, hingga mencekam.
5)      Sudut Pandang
Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh dituturkan oleh beberapa narator: Dimas, Reuben, dan orang ketiga. Kisah disampaikan lewat penceritaan orang ketiga yang maha tahu. Cerita dibuka dengan memperkenalkan pertemuan tokoh Dimas dan Reuben yang akhirnya menjadi pasangan gay. Kemudian dilanjutkan dengan janji mereka berdua untuk membuat sebuah karya dengan percakapan. Orang ketiga yang menjadi pencerita pada setiap bagian Kesatria, Putri, Bintang Jatuh, hingga Reuben, dan Dimas selalu berperan dalam

26
mendeskripsikan. Jadi, secara keseluruhan novel ini, orang ketiga sebagai pencerita yang mahatahu menjadikan Dimas dan Reuben sebagai dalang.
“Bintang Jatuh merebut sang Putri. Berarti, seharusnya dia memang laki-laki, tapi kalau kita mengikuti seratus persen semuanya bakal gampang ditebak.”[60]
Penggunaan kata “dia” menegaskan posisi Dimas yang merupakan orang ketiga, dan hendak menciptakan  tokoh Bintang Jatuhnya.
Selain betindak sebagai orang ketiga sebagai pencerita utama yang mahatahu pada roman yang dibuatnya, orang ketiga Maha tahu juga berperan diantara dialog tokoh Dimas dan Reuben, hal ini membuat efek yang tidak terlihat dan melebur menjadi satu, sehingga pembaca tidak beresiko bosan dan menganggap cerewet. Orang ketiga yang berada di luar cerita ini menyiratkan ada yang lebih tahu di banding tokoh dalang yang serba tahu.
“Kedua pria itu duduk berhadapan. Kehangatan terpancar dari mata mereka”. [61]

“Kedua pria itu” menegaskan bahwa ada orang lain yang menceritakan perihal Dimas dan Reuben. Selain sebagai orang ketiga maha lebih tau, perncerita yang berada diluar cerita ini terkesan cuci tangan dengan cerita yang dibuatnya. Ia tidak ingin terkesan memonopoli jalannya sebuah cerita.

6)      Gaya Bahasa
Penggunaan bahasa ilmiah dengan mengungkapkan beberapa teori-teori baik sains maupun non sains digunakan dalam membuat sebuah konsep cerita yang disajikan. Misalnya teori bifurkasi yang digunakan untuk mewakili kisah hidup Ferre, teori aktualisasi diri, dan teori-teori lainnya.
“Order dan chaos, semudah membalikkan tangan! Otak manusia hamper setiap saat berada di percabangan menuju bifurkasi.”[62]



27
Dalam menciptakan tokoh-tokohnya, Dimas dan Reuben tidak begitu saja memasukkan sifat dan nama tokohnya, selalu melewati perdebatan panjang dan mengaitkannya dengan teori-teori yang ada.
Sebagai pengapresiasi sastra, bahasa yang digunakan dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh tidak mutlak untuk menguasai semua ilmu, termasuk di dalamnya memahami teori fisika, matematika, psikologi, filsafat,dll. yang penting dilakukan adalah mencermati, bagaimna deskripsi ilmiah itu, integral, lebur, dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam struktur karya yang bersangkutan.[63]
Selain penggunaan bahasa ilmiah, novel ini juga menggunakan majas metafora.
“Ini badai serotinin pertamaku. Gila rasanya luar biasa.”[64]

Reuben mengibaratkan apa yang ia rasakan ketika pesta kimia itu seperti mengalami badai serotonin, serotonin adalah senyawa yang terdapat dalam darah dan otak yang berfungsi sebagai pengatur emosi seseorang, ia mengibaratkan serotininnya terjadi badai, mungkin yang ia maksudkan adalah rasa yang tidak dapat terlukiskan.
         Selain metafora terdapat juga majas personifikasi
“Memompa lembut seperti angin memijat langit”[65]
Memijat merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan oleh manusia, angin sebagai benda mati diibaratkan dapat memijat seperti layaknya manusia.
Terdapat juga majas hiperbola
“Jutaan engkau datang membanjiriku”.[66]
Kata “jutaan engkau” menunjukkan betapabanyak engkau yang datang, hal ini terkesan agak berlebihan, mana mungkin ada orng yang sama apalagi mencapai angka jutaaan.

28
Majas litotes juga disajikan dalam novel ini.
“Aku merasa begitu kecil di tengah keluasanku”
Rasa yang ditunjukkan ketika ia merasa lebih kecil daripada dirinya sendiri, seperti terkesan merendahkan dirinya sendiri.
Banyak majas yang disajikan, namun keempat majas itulah yang seringkali muncul dalam novel ini.
Unsur intrinsik dalam novel ini, (1) Tema, tema yang diangkat adalah aktualisasi diri; (2) Plot atau alur, dimulai dari tahap pengenalan masing-masing tokohnya, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, klimaks dan penyelesaian yang dipusatkan pada tokoh Diva yang mencakup konflik batin yang dapat dia selesaikan sendiri. ;(3) Tokoh penokohan, menjelaskan skema tokoh dengan tokoh dalang Dimas dan Reuben, tokoh utama Diva dengan motif dan tujuannya, dan tokoh-tokoh pelengkap.; (4) Latar, terdiri dari latar tempat Washington dan Jakarta, latar waktu yaitu tahun 1991 dan 2001, latar suasana senang, sedih dan mencekam.; (5) Sudut pandang, secara keselurugan sudut pandang dalam novel ini adalah orang ketiga maha tau.; (6) gaya bahasa dalam novel ini antara lain penggunaan bahasa ilmiah, metafora, personifikasi, hiperbola, litotes, dan lainnya.
C.    Aktualisasi Tokoh Diva dalam Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari “Dee”
Berangkat dari pencerita atau narator dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, Dimas dan Reuben dalam setiap menghadirkan seorang tokoh dalam masterpiecenya, mereka tidak langsung menulisnya namun berdiskusi dan membuat kesepakatan tentang tokoh yang akan mereka bagun sesuai dengaan pengetahuan sains, psikologi, dan pengetahuan lain yang mereka miliki. Salah satunya dalam menampilkan tokoh Bintang Jatuh. Dimas dan Reuben memperdebatkan tokoh Bintang Jatuh yang mereka buat berbeda dengan dongeng Ferre.

29
“Apa kata dongengmu itu?” Tanya Reuben.
“Bintang Jatuh merebut sang Putri. Berarti, seharusnya dia memang laki-laki, tapi kalau kita mengikuti dongeng itu seratus persen, semuanya bakal gampang ditebak. Lagi pula itu tidak sejalan dengan konflik Kesatria.”[67]
Penentuan Bintang Jatuh yang disajikan harus berbeda dengan dongeng aslinya dan munculnya Bintang Jatuh dibuat untuk memenuhi area netral atau are abu-abu.
“Dia adalah seorang yang harus sepenuhnya mewakili area abu-abu. Teori relativitas berjalan. Manusia yang penuh paradoks. Tokoh antagonis, juga bukan protagonis. Penuh kebajikan, tapi juga penuh kepahitan”[68]
Dari percakapan tersebut jelas, bahwa tokoh Bintang Jatuh dihadirkan sepenuhnya mewakili area abu-abu atau tokoh netral. Dalam hal tersebut Bintang Jatuh adalah seorang perempuan. Hal inilah yang pada akhirnya membuat dongeng Ferre berbeda dan sesuai dengan harapannya.
“Itu pe-er-mu belakangan. Yang jelas, Bintang Jatuh kita lebih baik seorang wanita.”[69]
“… Ia ingin membalikkan kisah itu. Membuat Bintang Jatuh benar-benar jatuh ke jurang galaksi yang terdalam … “ [70]
Bintang Jatuh yang disajikan haruslah wanita menurut dimas, hal yang sama juga di gambarkan melalui tikih ferre yang menginginkan Bintang Jatuh itu yang kalah.
Dari perbedaan dongeng dan masterpiece mereka itulah, tokoh Bintang Jatuh yang tidak lain Diva ditampilkan sebagai tokoh yang harus benar-benar lain, nyaris impersonal.
“Ini Pelik.”
“Sangat.”
Keduanya terdiam lagi.
“Eh, kamu ingat apa kata Abraham Maslow[71]?” cetus Reuben. “Ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup, ia pun dimungkinkan untuk
30
 mengejar pencarian lebih tinggi. Aktualisasi diri. Pengetahuan tentang dirinya sendiri di level yang paling dalam. Dia orang di level itu.”[72]
Dari percakapan tersebut Dimas dan Reuben sepakat bahwa tokoh Bintang Jatuh/Diva merupakan tokoh yang ditampilkan sebagai tokoh yang sudah mencapai tingkat aktualisasi. Jadi, pada makalah ini akan menganalisis dan mendeskripsikan aktualiasasi pada tokoh Diva berdasarkan teori aktualisasi diri menurut Abraham Maslow.
Aktualisasi yang sering disebut hirarki kebutuhan manusia merupakan salah satu teori dari humanistik. Salah satu teori yang paling dikenal adalah teori dari Abraham Maslow. Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial[73] :
1. Kebutuhan Fisiologis/ Dasar
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologis yang ditandai dengan kekurangan (defisit) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Contoh dari kebutuhan Fisiologis ini adalah: sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah,  dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, seks, dan lain sebagainya.
Kebutuhan ini juga dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan sangat ekstrim (misalnya: sangat kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali akan atas perilakunya sendiri (agresif, tidak malu, tidak punya pertimbangan pada orang lain, dan sebagainya) karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu (menghilangkan rasa laparnya).
31

2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan (safety needs). Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak.
Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan inilah yang mendorong manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem asuransi, pensiun, dan sebagainya. Menurut Maslow, sama halnya denganbasic neeeds, ketidakterpenuhan akan safety needs ini akan mempengaruhi pandangan seseorang tentang dunianya dan pada gilirannya akan cenderung kearah yang makin negatif.

3. Kebutuhan Sosial/Dicintai
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang (belongingness and love needs) akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peRanan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Maslow tidak menyamakan cinta dengan seks (yang merupakan kebutuhan fisiologis). Menurutnya seks merupakan cara untuk mengekspresikan kebutuhan akan cinta. Maslow menyebutkan bahwa kegagakan untuk memuaskan kebutuhan akan cinta merupakan penyebab dasar dari ketidakmampuan menyesuaikan diri secara emosional.


32

4. Kebutuhan Penghargaan
Menurut Maslow, semua orang dalam masyarakat (kecuali beberapa kasus yang patologis) mempunyai kebutuhan atau menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi,akan rasa hormat diri atau harga diri (estem needs). Karenanya, Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut Maslow sebagai aktualisasi diri (self actualization). Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai.





33

Hirarki kebutuhan manusia tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan Fisiologis/ Dasar

Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan

Kebutuhan Sosial/Dicintai

Kebutuhan Penghargaan

Aktualisasi
 


















Dari penjelasan mengenai hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow, dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki tingkatan-tingkatan hirarki yang berbeda-beda dan cenderung bersifat subjektif karena bergantung pada kepuasan dari diri seseorang. Dalam hal ini kami akan mendeskripsikan bagaimanakah aktualisasi tokoh Diva dalam novel Supernova, Kesatria, dan Bintang Jatuh, apakah Diva sudah mencapai aktualisasi atau malah sebaliknya ?

Pada awalnya tokoh Diva dihadirkan sebagai orang yang sudah mencapai tahap aktualisasi dirinya sebagi seorang pelacur
“Seorang pelacur.”
“Apa?” Reuben sampai bangkit dari kursinya.

34
“Dengar dulu. Ketika seseorang mencapai level kemerdekaan berpikir yang sedemikian tinggi, dia tidak bakalaan rela dirinya diperjuaalbelikan. Satu-satunya yang layak didagangkan jadi Cuma fisiknya. Seorang pelacur juga bisa jadi wirausahawati, tidak terikat siapa-siapa. Katakanlah, saking hebatnya, dia tidak perlu lagi mucikari.”[74]
Dari percakapan tersebut terlihat bahwa Dimas sudah memiliki bayangan dalam membangun tokoh Diva sebagai Bintang Jatuh, berbeda dengan Reuben yang belum mengerti konsep pelacur bagaimanakah yang dapat mencapai aktualisasi diri, kemudian Dimas menjelaskannya,
“… Ketika seseorang mencapai level kemerdekaan berpikir sedemikian tinggi, dia bahkan bakalan rela pikirannya diperjualbelikan. Satu-satunya yang layak didagangkan jadi Cuma fisiknya. Seorang pelacur juga bisa jadi wirausahawati, tidak terikat siapa-siapa. Katakanlah, saking hebatnya, dia tidak perlu lagi mucikari.”[75]
Aktualisasi yang dikonsep dalam membangun tokoh Diva adalah dari cara berpikirnya. Berpikir bersifat subjektif artinya bahwa setiap orang memiliki cara berpikir yang beragam. Oleh karena itu aktualisasi diri tokoh Diva dalaam konteks ini sesuai dengan teori Abraham Maslow, bahwa ketika seseorang yang sudah mampu aktualisasi diri berarti sudah merdeka, puas, dan cinta dengan segala yang dikerjakan. Mungkin terdengarnya paradoks karena yang ditampilkan adalah seorang pekerja seks.
Dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh ada beberapa yang menunjukkan aktualisasi tokoh Diva, yaitu:
1.      Ketika bersama seorang kliennya yang bernama Dahlan, ada pembicaraan yang diawali dengan kewarganegaraan dan mempertanyakan mengenai status pekerjaan Diva sebagai seorang pelacur. Kemudian Dahlan mengakui kepintaran Diva yang lebih pintar dari dirinya dan CEOnya dan mempertanyakan mengapa jika kamu pintar mau bekerja sebagai pelacur, namun sudahlah pasti jawaban Diva sebagai pelacur yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri menjawabnya,
“Justru karena saya lebih pintar dari kamu dan CEO kamu, saya nggak mau bekerja seperti kalian. Apa bedanya profesi kita? Sudah saya bilang, kita sama-sama berdagang. Komoditasnya saja beda. Apa yang kamu perdagangkan buat saya nggak seharusnya dijual. Pikiran saya harus dibuat merdeka. Toh, berdagang pun saya tidak sembarang.”
35

“Saya lebih pintar” menunjukkan kepercayaan diri Diva yang besar, ia melibatkan dirinya secara langsung tanpa perantara. “Pikiran saya harus dibuat merdeka” sebagai tokoh yang mewakili konsep aktualisasi diri, ia memanfaatkan potensinya dengan maksimal, termasuk memerdekakan dirinya.
2.      Ketika Diva menjadi juri fashion show
“Nanti kalau sudah sampai di rumah, Adik-Adik jangan lupa untuk terus bermain, ya. Nggak usah pakai sepatu tinggi, apalagi pakai-pakai lipstick Mama. Percaya sama Kakak, nanti kalian juga bakalan bosan jadi orang gede. Bermain saja yang puas. Kalau Adik-Adik mau cantik, jangan tunggu dikasih tahu orang. Kakak punya matra ajaib. Begini caranya, Adik-Adik pergi ke cermin, dan bilang begini. Kakak jamin, kalian semua pasti akan cantik-cantik. Sampai kapan pun. Selama-lamanya. Amin.Mengerti semuanya?”[76]
Dalam kutipan di atas, Diva juga mengajak orang lain mengaktualisasi dirinya. Jadi konsep yang ada padanya tidak semata-mata untuk dirinya, melainkan ia ingin orang lain seperti anak-anak dalam fashion show itu untuk dapat berekspresi sebebas mungkin.
3.      Ketika bersama klien Nanda
”… Yang jelas, mal pada akhir pekan adalah hari ekshibisi balita kelas menegah, sekaligus pelajaran pertama mereka untuk jadi konsumtif. Itulah hari ketika ibu-bapak bermain Barbie dan Ken, sama seperti anaknya. Bedanya, boneka mereka adalah anaknya sendiri.”[77]
Analogi sebuah boneka, adalah ketika ia tidak dapat melakukan apa yang ingin ia mau. Pada kliennya Diva mengibaratkan anak kliennya itu ibarat boneka yang tidak bisa mengaktualisasi dirinya, hal tersebut terasa tidak sejalan dengan pola pikit Diva.
4.      Pembicaraan dengan Gio
“Tenang Sayang. Aku tetap tidak terikat atau bergantung kepada siapa pun. Nggak ada yang menghidupi aku, aku bukan peliharaan orang, dan bukan peliharaan perusahaan. Aku entrepreneur murni”.[78]




36

Tidak bergantung kepada siapapun” sebagai mana konsep aktualisasi diri yakni mengoptimalkan apa yang ada pada diri sendiri, hal ini menegaskan sebagai orang yang mewakili konsep aktualisasi diri prinsipnya adalah tidak bergantung pada siapapun.
Senada dengan ungkapan selanjutnya mengenai hidup tidak terikat oleh apapun, diperkuat dengan kutipan berikut,
“Aku percaya, manusia tidak diciptakan untuk terikat pada apa pun. Jangan pernah takut akan kebebasan. Jangan pernah memanipulasi kebebasan”.[79]
5.      Pembicaraan dengan Ferre
“… aku manusia biasa, sama seperti kamu. Hanya ceermin yang relative lebih jernih. Kita semua cermin bagi satu sama lain. Aku melihat diriku dalam kamu, dalam orang-orang., dan di dalam alam. Aku berkaca setiap detik dan menggagumi keindahan demi keindahan”. Apakah itu mimpi? Nggak jadi masalah, kan? Banyak orang yang matanya terbuka, tapi jiwanya dibiarkan tidur. Yang penting adalah mata jiwamu, dan ia sudah terbangun sekarang”.[80]
Cara berpikir Diva menunjukkan aktualisasinya sebagai pelacur, karena bagi dia profesinya sama saja dengan Dahlan yaitu berdagang namun yang membedakan adalah jenis yang diperdagangkan. Menurut Diva, komoditas yang diperdagangkan Dahlan tidak seharusnya diperdagangkan karena pikiran bukanlah untuk diperdagangkan tetapi untuk merdeka dan bebas dari segala pengaruh. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa Diva memiliki pemikiran yang puas dan bebas dengan pikirannya.
Cara berpikir Diva seperti itu membuktikan dia telah mencapai tahap aktualisasi karena hirarki kebutuhannya secara fisiologisnya telah terpenuhi karena dia menghasilkan uang dari profesinya yang dibayar dengan nilai dollar, kebutuhan rasa amannya telah terpenuhi karena hidupnya tidak bergantung dengan siapapun dan tidak terikat oleh apapun. Kemudian dari kebutuhan sosial dan dicintai dipenuhi Diva dengan berkomunikasi dengan para kliennya dan


37
dia telah merasa dicintai oleh Gio. Hirarki selanjutnya adalah penghargaan, menurut Maslow terbagi dua; penghargaan yang berasal dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri.[81]
Penghargaan yang berasal dari orang lain telah diperoleh Diva dari teman satu profesinya model, dan para kliennya yang telah mengikuti aturan mainnya dalam berdagang. Dan penghargaan terhadap dirinya sendiri tercermin dari kewajibannya mengurus jasadnya dan selalu teguh dengan pemikiran-pemikirannya. Setelah keempat hirarki kebutuhan tersebut telah terpenuhi maka sampailah Diva pada perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakatnya, pemenuhan semua kualitas dan kapasitanya. Sehingga Diva harus menjadi menurut potensinya untuk menjadi.
Oleh karena itu, segala yang terjadi dan konflik pada Diva, dia hadapi bukan dengan memunculkan konflik cyber avatar kembali namun dengan cara dan pandangannya sendiri. Karena konsep awal yang terjadi pada dirimu semua berasal dari yang ada, dan semuanya ada padamu.
Manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan instinktif. Kebutuhan-kebutuhan universal yang mendorong kita untuk tumbuh berkembang, untuk mengaktualisasi diri, untuk menjadi semuanya sejauh kemampuannya. Jadi, potensi untuk pertumbuhan dan kesehatan psikologis ada sejak lahir.
Dalam hal ini (Schulzt, 1991:89) memberikan kesimpulan bahwa apakah potensi kita dipenuhi atau diaktualisasi tergantung pada kekuatan individual dan sosial yang memajukan atau menghambat aktualisasi diri.[82]
Dari beberapa kutipan tersebut Diva yang memiliki karakter bisa memprediksi semuanya karena dia merupakan karakter yang mencapai enlightenment tertinggi/aktualisasi dengan dirinya dan alam semesta sehingga dia tahu segalanya terjadi dan yang terjadi maka terjadilah. Itu sebabnya dia bisa mengontak empat karakter yang ada melalui “jaringan” besarnya, yang
38
pada akhir cerita terungkap bahwa ialah Supernova. Sebuah konsep yang digunakan untuk menyadarkan orang-orang agar mampu mengaktualisasi dirinya.
Diva sebagai tokoh yang mewakili konsep aktualisasi diri Abraham Maslow, ditampilkan konsisten dari awal kemunculannya hingga akhir cerita dengan aktualisasi dirinya. Dan tokoh Diva juga berhasil menerapkan dan menyampaikan melalui perkataan maupun perbuatannya sebagai realisasi dari cara berpikirnya, konsep itu tidak hanya pada dirinya tetapi juga pada tokoh lain.














BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Unsur intrinsik dalam novel Supernova Episode: Kesatria. Putri, dan Bintang Jatuh, (1) Tema, tema yang diangkat adalah aktualisasi diri; (2) Plot atau alur, dimulai dari tahap pengenalan masing-masing tokohnya, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, klimaks dan penyelesaian yang dipusatkan pada tokoh Diva yang mencakup konflik batin yang dapat dia selesaikan sendiri. ;(3) Tokoh penokohan, menjelaskan skema tokoh dengan tokoh dalang Dimas dan Reuben, tokoh utama Diva dengan motif dan tujuannya, dan tokoh-tokoh pelengkap.; (4) Latar, terdiri dari latar tempat Washington dan Jakarta, latar waktu yaitu tahun 1991 dan 2001, latar suasana senang, sedih dan mencekam.; (5) Sudut pandang, secara keselurugan sudut pandang dalam novel ini adalah orang ketiga maha tau.; (6) gaya bahasa dalam novel ini antara lain penggunaan bahasa ilmiah, metafora, personifikasi, hiperbola, litotes, dan lainnya.
2.      Diva sebagai tokoh yang mewakili konsep aktualisasi diri Abraham Maslow, ditampilkan konsisten dari awal kemunculannya hingga akhir cerita dengan aktualisasi dirinya. Dan tokoh Diva juga berhasil menerapkan dan menyampaikan melalui perkataan maupun perbuatannya sebagai realisasi dari cara berpikirnya, konsep itu tidak hanya pada dirinya tetapi juga pada tokoh lain.





39
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Haqi dan Ribka Anastasia Setiawan. 2013. My Life As Writer. Jakarta: Plot Point
Anonim. Ensklopedia Sastra Indonesia. Supernova Episode: Kesatria. Putri, dan Bintang Jatuh. Bandung: Titian Ilmu
Anonim. Harian Indonesia Pos. “Dee Punya Agama Baru”. Jakarta: Ed Minggu. 19 Februari 2006
Anonim. Harian Media Indonesia. “Dewi Lestari Karya Besar dan kodrat Ibu”. Jakarta: Ed. Minggu. 10 April 2005
Anonim. Harian Republika. “Merengkuh Supernova”. Ed. Minggu 1 Mei 2005
Anonim. Harian Seputar Indonesia. “Dewi Lestari Jadi Penganut Buddha”. Jakarta: Ed. Minggu. 19 Februari. 2006
Anonim. Harian Suara Pembaharu. “Cinta Dewi Supernova”. Ed. Minggu. 12 Januari 2003
Chasanah, Ida Nurul dan Adi Setiyowati. “Aspek Sains Dalam Novel Supernova: Kesatria. Putri Dan Bintang Jatuh”. InfoLitbang Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Diakses melalui http://www.lppm.unair.ac.id/search.view.php?id=554&c=2. Diunduh pada tanggal 2 Juni 2013. pukul.12:48
Mahayana, Maman S. 2007. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra Metode. Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Dee. 2012. Supernova: Kesatria. Putri, dan Bintang Jatuh. Yogyakarta: Bentang
Prihananto, Khusnaini. “Analisis Strukturalisme Genetik Novel Supernova Episode Kesatria. Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari”. Diakses melalui UNS Digital library Konfigurasi Dokumen.htm. Diunduh pada 26 April 2013. pukul.12:18
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. (Jakarta: PT Gramedia. 2008). h.183.
Stanton, 2007. Robert. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yudawati, Ratna dan Dani Haryanto. 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasipustaka Karya




[1] Maman S Mahayana, Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), h. 347.
[2] Khusnaini Prihananto, “Analisis Strukturalisme Genetik Novel Supernova Episode Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari”, diakses melalui UNS Digital library Konfigurasi Dokumen.htm, diunduh pada 26 April 2013, pukul.12:18.
[3]Ida Nurul Chasanah dan Adi Setiyowati, “Aspek Sains Dalam Novel Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang Jatuh”, InfoLitbang Kementerian Negara Riset dan Teknologi, diakses melalui http://www.lppm.unair.ac.id/search.view.php?id=554&c=2, diunduh pada tanggal 2 Juni 2013, pukul.12:48.
[4] Haqi Achmad dan Ribka Anastasia Setiawan, My Life As Writer, (Jakarta: PlotPoint,2013), h.87
[5] Anonim. Harian Media Indonesia, “Dewi Lestari Karya Besar dan kodrat Ibu”, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Minggu, 10 April 2005, h.12
[6] Anonim. Harian Indonesia Pos, “Dee Punya Agama Baru”, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Minggu, 19 Februari 2006, h.20.
[7] Anonim. Harian seputar Indonesia, “Dewi Lestari Jadi Penganut Buddha”, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Minggu, 19 Februari, 2006), h. 40.
[8] Anonim. Ensklopedia Sastra Indonesia, Supernova Episode: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Bandung: Titian Ilmu), h. 913.
[9] Haqi Achmad dan Ribka Anastasia Setiawan, My Life As Writer, (Jakarta: PlotPoint,2013), h. 89-91.
[10]Ibid., h.103.
[11]Ibid., h.103.
[12] Ibid., h.104.
[13]Ibid., h.104.
[14] Anonim. Harian Suara Pembaharu, “Cinta Dewi Supernova”, (Pusat Dokumentasi H.B. Jassin, Minggu, 12 januari 2003), h.1.
[15] Anonim. Harian republika,“Merengkuh Supernova”, (pusat Dokumentasi H.B. Jassin, Minggu 1 Mei 2005), h. 1.
[16]Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), h.183.
[17] Ibid.
[18]Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Cet 5, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 66.
[19] Abraham Maslow ialah penemu konsep psikologi transpersonal, yang didasari pada kerangka kerja idealis monistik (paradigm yang mengatakan bahwa otak dan pikiran berada di realitas yang sama)
[20]Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.67.
[21]Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Cet 5, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 113.
[22]Ibid., h. 149.
[23] Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.1.
[24] Ibid., h.14.
[25] Ibid., h.2.
[26] Ibid., h.2.
[27] Ibid., h.113.
[28] Ibid., h.12.
[29] Ibid., h.14.
[30] Ibid., h.26.
[31] Ibid., h.30.
[32]Ibid., h..31.
[33] Ibid., h.40.
[34] Ibid., h.79.
[35] Ibid., h.65.
[36] Ibid., h.22.
[37] Ibid., h.l48.
[38] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Cet 5, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h.149.
[39] Ibid., h.149.
[40] Ibid., h. 150.
[41] Ibid
[42]Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.175.
[43] Ibid
[44] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Cet 5, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h.191.
[45] Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.67.
[46] Ibid., h.71.
[47] Ibid., h. 110.
[48] Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.213.
[49] Ibid., h. 17.
[50] Ibid., h. 13.
[51] Ibid., h. 100.
[52] Ibid., h. 51.                                                                                                                                                                                        
[53] Ibid., h. 229.
[54] Robert Stanton, Teori Fiksi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 26
[55] Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.1.
[56] Ibid., h.2-3.
[57] Ibid., h.16.
[58] Ibid., h.142.
[59] Ibid., h. 137.
[60] Ibid., h.66.
[61] Ibid., h.1.
[62] Ibid., h.46.
[63] Maman S Mahayana, Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), h.344-345.
[64] Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.3.
[65] Ibid., h.107.
[66] Ibid., h.118.
[67]Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.66.
[68] Ibid., h.65.
[69] Ibid., h. 67.
[70] Ibid.,h.38
[71] Abraham Maslow ialah penemu konsep psikologi transpersonal, yang didasari pada kerangka kerja idealis monistik (paradigm yang mengatakan bahwa otak dan pikiran berada di realitas yang sama)
[72]Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.67.
[73]Ratna Yudawati dan Dani Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasipustaka Karya, 2011), h.80-82
[74]Dee, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Yogyakarta: Bentang, 2012), h.68
[75] Ibid., h.68
[76]Ibid., 85-86
[77]Ibid., 90.
[78]Ibid., 140.
[79]Ibid., 141.
[80]Ibid.,h.296.
[81] Albertine Minderop, Psikologi Sastra (Karya Sastra Metode, Teori, dan Contoh Kasus), (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h. 283.
[82]Ibid., h. 279.