Analisislah sebuah puisi dengan cara
1. Parafrasakan puisi
2. Menemukan hubungan pemilihan kata dengan gaya bahasa
3. Fungsi gaya bahasa tersebut digunakan dalam puisi tersebut
Puisi
1970-an
Lapar aku, aku
lapar. Kumakan buah segala buah
segala padi
segala ubi
Kumakan sayur
segala sayur. Segala daun segala rumput
Kumakan ikan,
ketam, udang, kerang
Kumakan kuda
Ayam, sapi,
kambing, babi, tikus, bekicot
Aku lapar,
lapar lagi!
Ku makan angin
Ku makan mimpi
Ku makan pil
Ku makan kuman
Ku makan tanah
Ku makan laut
Ku makan mesiu
Ku makan bom
Ku makan bulan
Dan bintang dan
matahari
Kumakan mimpimu
Rencanamu
Tanganmu,
kakimu
Kepalamu
Astaga, kumakan
tanganku
Dan kakiku dan
kepalaku
(Abrar
Yusra)
1. Prafrasa
Lapar aku (dalam puisi), aku (dalam puisi) lapar, aku
(dalam puisi) makan buah segala buah, makan padi segala ubi. Makan sayur segala
sayur, makan daun segala rumput, makan ikan, ketam, udang, kerang, kuda, ayam,
sapi, kambing, babi, tikus, bekicot. Tapi aku (dalam puisi) masih lapar, lapar
lagi.
Ku (dalam puisi) makan angin, mimpi, pil, kuman,
tanah, laut, mesiu, bom, bulan, bintang, matahari.
Ku (dalam puisi) makan mimpimu, rencanamu, tanganmu,
kakimu, kepalamu. Sampai aku (dalam puisi) kaget Astaga ku (dalam puisi) memakan
tangannya, kakinya, kepalanya. Dan hah, ku (dalam puisi) makan Kamu !
2. Dalam puisi tersebut kata paling
dominan/yang sering diulang adalah kata “lapar dan makan”. Kata-kata yang
dominan itu dapat memberiakan suasana yang dominan pula terhadap sebuah puisi.
Dengan melihat kata-kata yang dominan itu akan terbuka pula kemungkinan untuk
memahami makna keseluruhan puisi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hal.789 kata
“lapar” adalah berasa ingin makan (karena perut kosong). Dan kata “makan” dalam
KBBI hal. 860 adalah 1. Memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah
dan menelannya; 2. Memasukkan sesuatu ke dalam mulut serta mengunyah dan
menelannya.
Dari dua pengertian kata lapar dan makan, kami temukan
adanya hubungan antara kata lapar dan makan, yaitu: keadaan lapar merupakan
berasa ingin makan karena perut kosong, dan kegiatan makan disebabkan karena
lapar.
Pada awal Puisi tersebut dibuka dengan kata “lapar”.
Ini menguatkan bahwa keadaan lapar Aku (dalam puisi) menjadikannya harus makan
segala makanan, buah, padi, sayur, rumput, ikan, sapi, hingga segalanya dimakan
termasuk anggota tubuhnya sendiri.
Gaya bahasa yang dipilih adalah gaya bahasa
pararelisme, enumerasi, dan metafora. Artinya bahwa hubungan antara pemilihan
kata dan gaya bahasa tersebut ada kaitan yang erat sehingga menimbulkan efek
yang sangat mudah dipaham, dan maksud si pengarang tersampaikan.
Jika
dihubungkan dengan judul puisinya yaitu 1970-an, artinya isi puisi pasti berhubungan
dengan tahun 1970-an. Pada tahun 1970-an merupakan zaman Orde Baru. Orde
baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto
di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era
pemerintahan Soekarno.
Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan
yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru
berlangsung dari tahun 1966
hingga 1998.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan
praktik korupsi
yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya
dan miskin juga semakin melebar
Sangat disayangkan kemajuan Indonesia hanya
semu belaka. Hasil pembangunan telah mencitakan kesenjangan antara yang kaya
dengan yang miskin. Hal ini terjadi karena adanya praktik-praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN) yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Akibatnya terjadi krisis multidimensional (berbagai bidang), seperti :
1.Krisis politik, karena terlalu lamanya Presiden Suharto berkuasa ( kurang lebih 32 tahun)
2.Krisis ekonomi, karena terlalu banyak utang Indonesia kepada luar negeri, dan banyak terjadi korupsi.
3.Krisis sosial , pertikaian sosial yang terjadi sepanjang tahun 1996 telah memicu munculnya kerusuhan antar agama dan etnis, misalnya di Situbondo(Jawa Timur), Tasikmalaya(Jawa Barat), Sanggau Ledo (Kalimantan Barat) yang meluas ke Singkawang dan Pontianak.
1.Krisis politik, karena terlalu lamanya Presiden Suharto berkuasa ( kurang lebih 32 tahun)
2.Krisis ekonomi, karena terlalu banyak utang Indonesia kepada luar negeri, dan banyak terjadi korupsi.
3.Krisis sosial , pertikaian sosial yang terjadi sepanjang tahun 1996 telah memicu munculnya kerusuhan antar agama dan etnis, misalnya di Situbondo(Jawa Timur), Tasikmalaya(Jawa Barat), Sanggau Ledo (Kalimantan Barat) yang meluas ke Singkawang dan Pontianak.
Dari fakta tersebut dapat disimpulkan
kaitan kata “lapar”,”makan”, dan “1970-an” adalah pemilihan kata lapar dan
makan merupakan gambaran dari keadaan di tahun 1970-an. Yang menggambarkan
orang-orang rakus pada masa tersebut,yaitu para pejabat/pemerintah yang digaji,
bersikap otoriter (tidak ada yang boleh menentang dan mengutamakan kestabilan negara)
ternyata dibalik itu kestabilan negara menjadi kacau karena banyaknya praktik Kolusi,
Korupsi, Nepotisme (KKN) sehingga menyebabkan krisis moneter di Indonesia.
Fungsi digunakannya gaya bahasa pararelisme
dalam puisi 1970-an adalah untuk menimbulkan adanya gambaran yang jelas dan
nyata/deskriptif yaitu keadaan yang sangat lapar dan lapar dari si aku (dalam
puisi) sehingga memakan apapun tanpa memilihnya.
Fungsi gaya bahasa enumerasi dalam puisi
tersebut yang dinyatakan dengan
Kumakan ikan, ketam, udang, kerang
Kumakan kuda
Ayam, sapi, kambing, babi, tikus,
bekicot
Gaya bahasa pemerincian/enumerasi ini agar
menimbulkan efek yang sangat benar-benar lapar dan lapar pada si aku (dalam
puisi) dengan adanya pemerician ini kita pun dapat mengetahui seberapa laparnya
aku (dalam puisi). Sehingga dapat kita simpulkan bahwa aku (dalam puisi)
seorang yang rakus. Rakus dalam KBBI hal.1135 adalah 1. Suka makan banyak
dengan tidak memilih;lahap;gelojoh; 2. Ingin memperoleh lebih banyak daripada
yang diperlukan;loba;tamak;serakah.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi penggunaan
gaya bahasa pararelisme, enumerasi, dan metafora dalam puisi ini adalah untuk
dapat menguatkan maksud penayir, dan memberika penekanan betapa lapar (sangat
lapar) sehingga apapun dimakan sampai tak sadar dimakannya anggota tubuhnya,
dari penguatan gaya bahasa dalam puisi tersebut mendeskripsikan pada kita
betapa rakusnya aku (dalam puisi) karena makan apapun selalu lapar dan lapar
lagi. Inilah yang terjadi pada masa orde baru tahun 1970-an.
Apakah puisi 1970-an ditulis di tahun 1970'an? Terima Kasih
BalasHapusGaya menulis puisi yang sangat unik
BalasHapus