Sabtu, 10 Desember 2011

Kumpulan Dongeng anak


Pogi yang Malang
Pogi adalah pemuda yang malas. Kerjanya hanya makan, tidur, dan bermain-main. Ayah dan ibunya tidak melarang sebab mereka adalah keluarga kaya. Apa saja kemauan Pogi selalu dituruti.
Suatu pagi, Pogi pergi bermain ke hutan. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pengembara yang membawa lima karung yang berat.
”Hai, pemuda ! Maukah kau menolongku membawa karung ini ke kota ? ”tanya  pengembara itu.
Pogi pura-pura tidak mendengar. Ia tetap berjalan perlahan sambil mengamati tumbuhan.
”Nak, aku akan memberimu salah satu dari kantong ini. Silahkan pilih!”
Pogi masih pura-pura tidak mendengar. Huh! Tadi minta tolong sekarang malah mau memberi karung. Paling-paling isinya Cuma sampah, bati Pogi.
” Anak muda, karungku yang bertali merah ini berisi ramuan obat segala penyakit, sedangkan yang bertali biru berisi bibit padi segala musim. Atau kamu mau karung dengan tali berwarna putih? Ini berisi kain sutera pilihan, yang bertali hijau berisi aneka macam penyedap masakan, dan yang berwarna kuning berisi emas permata. Nah, pilihlah salah satu!”
”Ah, baiklah.”kata Pogi semangat. ”Aku pilihyang berwarna kuning aja.”
”Apakah kamu yakin karung ini membawa keberuntungn bagimu?”
”Sangat yakin. Sudahlah, cepat berikan. Aku tidak sabar membawanya pulang .”omel Pogi .
Pengembara itu menyerahkan karung yng bertali kuning. Pogi langsung membawa karung itu pergi tanpa berterima kasih. Setelah agak jauh, dibukanya karung itu. Ah, betapa gembiranyaPogi saat melihat banyak emas di dalamnya. Pogi lalu melanjutkan perjalanan pulang.
Tiba-tiba...
”Pokoknya kalau bertemu orang kaya, kita rampok saja.” kata salah satu orang.
Pogi yang mendengar suara itu, cepat-cepat bersembunyi. Setelah kedua orang itu berlalu, Pogi segera keluar dari persembunyiannya. Ia meneruskan dengan tergesa-gesa dan takut. Sampailah Pogi di tepi sungai. Di tempat penyeberangan itu tampak sepi. Hanya ada tiga penarik perahu.
”Sepi sekali hari ini.”ujar yang bertubuh paling kecil.
”Benar tidak seperti bisanya.” jawab yang berambut keriting.
”Bagaimana kalau kita rampok saja orang yang menyeberang dengan perahu kita ini ?” tanya yang bertubuh kekar.
Ketiga penarik perahu tertawa terbahak-bahak. Mendengar hal itu Pogi semakin ketakutan. Diambilnya jalan pintas. Pogi berenang menuju ke seberang sungai. Sesampainya di tengah sungai, seekor buaya menuju ke arahnya.
Tanpa ragu-ragu, Pogi memukul moncong buaya itu dengan karung yang dipanggulnya. Buaya itu malah membuka moncongnya. Pogi tak banyak berpikir. Dilemparnya karung berisi emas itu ke arah buaya. Lemparan tepat sekali. Buaya itu kesulitan mengunyah karung. Pogi merasa musuhnya lengah. Ia berenang ke tepian secepatnya.
Sejak kejadian itu, Pogi menjadi sadar., ternyata emas tidak mendatangkan keberuntungan baginya. Justru mendatangkan bahaya. Sejak itu Pogi menjadi rajin dan bijaksana.
                              
                            Sumber : Aku Cinta Bahasa Indonesia  kelas IV , Tiga Serangkai

Air Mata Emas
konon ada sebuah sumur ajaib. Letaknya di tengah hutan. Bila kita meninginginkan sesuatu, kita tinggal melempar sekeping uang emas ke dalamnya sambil mengucapkan keinginan kita. Niscaya permintaan kita akan terkabul. Tidak semua orang percaya hal tersebut. Namun, bagi Anisa hal itu mungkin saja terjadi. Ia percaya keajaiban bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
Anisa adalah anak seorang tukang kayu. Telah lama ia berangan-angan jika suatu saat nanti ia mempunyai uang emas, ia akan meminta rumah yang bagus. Bagi Anisa memperoleh uang emas tidaklah mudah. Ia buka anak orang kaya. Tapi ia bukan seorang anak yang pemalas. Ia yakin bahwa suatu saat ia akan memperoleh uang emas jika ia mau bekerja keras.
Anisa lalu bekerja sebagai pelayan di rumah seorang bangsawan. Setiap hari ia selalu memberinya sekeping uang emas. Walaupun majikannya hanya memberinya sekeping uang emas, Anisa sangat gembira. Dengan bersemangat ia kemudian pergi ke sumur ajaib.
Sepanjang perjalanan Anisa dengan sangat hati-hati menggenggam uang emas itu. Uang itu digenggamnya erat-erat di tangan kanannya. Ia takut uangnya jatuh. Jika uang itu jatuh pupuslah harapannya.
Di tengah perjalanan Anisa bertemu seorang pedagang keliling. “ hendak pergi ke mana Anak Manis?” sapa si pedagang.
            “Saya mau pergi ke sumur ajaib,” jawab Anisa agak gugup.
            “Apakah kamu punya uang emas?” tanya pedagang itu.
            “Ya, tapi hanya sekeping,” jawab Anisa jujur.
            “Mengapa kau menyia-nyiakan uangmu? Di sana uangmu takkan menjadi apa-apa. Lebih baik uangmu kau belikan sisir ini saja,”bujuk pedagang itu yang ternyata menjual sisir. Sembari berkata demikian si pedagang menunjukkan sebuah sisir yanga sangat indah pada Anisa.
Anisa tampak takjub. Belum pernah ia mellihat sisir seindah itu. Hampir saja ia  tergoda hendak membeli sisir itu. Namun, ia segera ingat bahwa ia harus menyimpan uangnya untuk sumur ajaib.
Anisa lalu melanjutkan perjalanannya. Lalu ia betemu dengan seorang laki-laki yang sedang membuat pipa.
            “Kau mau ke mana, Anak Manis?” tanya orang itu.
            “Saya akan pergi ke sumur ajaib untuk melempar sekeping uang emas, Pak,”jawab Anisa lugu.
Orang itu segera menawarkan pipa buatannya yang berukir indah kepada Anisa.
            “Pipa ini sangat cocok untuk ayahku,” gumam Anisa. Tetapi lagi-lagi Anisa menggelengkan kepalanya dan kembali meneruskan perjalanannya.
            Tak lama kemudian Anisa bertemu dengan seorang wanita miskin dengan tiga anak yang kurus-kurus.
            “Oh, Anak Manis, aku tak lagi mempunyai uang untuk membeli makanan. Padahal anak-anaku sedang kelaparan, keluh wanita itu mengiba.
            Kali ini tanpa berpikir panjang, Anisa memberikan sekeping uang easnya kepada wanita miskin itu. Wanita itu sangat berterima kasih pada Anisa. Setelah menerima uang dari Anisa bersama tiga anaknya wanita itu bergegas pergi untuk  membeli makanan.
            “Ya, sudahlah. Uangku sekarang sudah habis. Tak apalah. Tapi aku sudah terlanjur ke sini. Setidak-tidaknya aku dapat melihat sumur itu, pikir Anisa seperginya wanita malang dan tiga anaknya.
            Tiba si sumur ajaib, Anisa menatap ke dalam sumur. Tidak terlihat apa-apa hanya gelap. Saat itu ia teringat semua keinginannya. Tanpa disadarinya ia meneteskan air mata. Dan tanpa ia ketahui, air matanya berubah berkilau sebening emas. Jadilah air mata itu emas saat jatuh ke dalam sumur itu. Tanpa sadar Anisa membisikkan keinginannya untuk mendapat rumah yang indah dan uang untuk bekal hidupnya. Setelah itu ia bergegas pulang.
            Sesampai di rumah, alangkah terkejutnya Anisa. Rumahnya yang semula sangat sederhana kini telah berubah menjadi sebuah rumah besar dan indah lengkap dengan hiasan taman di sekelilingnya. Di depan rumah, keluarga Anisa telah menanti kedatangannya. Mereka pun berpelukan dengan sangat bahagia. Namun, Anisa tak pernah tahu air mata emasnyalah yang membuat semua impiannya terwujud.
            (Sumber : Yunior, edisi 274 Tahun ke- 6 Minggu, 20 Juli 2006)
KISAH CINDERELLA
Pada zaman dahulu kala,ada seorang gadis yang baik hati bernama Cinderella.Dia sangat baik hati dan cantik.tetapi sayang,ayahnya telah meninggal dunia.dan sepeninggal ayahnya ia tinggal bersama ibu dan saudara tirinya.setiap hari ia disiksa,dengan cara disuruh mencuci piring,mengepel lantai dan melayani mereka.
Walaupun begitu Cinderella tetap percaya bahwa suatu hari ia akan hidup bahagia.Suatu hari,seorang pangeran ingin mencari permaisuri maka diadakanlah sebuah pesta dansa besar di istana, tetapi Cinderella tidak diijinkan untuk ikut. Tetapi, Ibu Peri datang dan menolongnya. Cinderella pun disulap menjadi seorang putri cantik. Di istana, sang pangeran jatuh cinta pada Cinderella, lalu mengajaknya berdansa. Cinderella jadi lupa, bahwa ia tak boleh pulang lebih dari jam 12, karena pada jam itu semua sihir Ibu Peri berakhir. Denting lonceng pukul 12 terdengar, dan Cinderella berlari.
Tak terasa, sebelah sepatu kacanya terlepas dan tercecer di tangga istana. Sang pangeran memungutnya, dan mengumumkan barangsiapa kakinya pas dengan sepatu itu, siapapun dia, akan dia jadikan isteri. Namun, sepatu itu tidak pas di kaki siapapun yang mencobanya, termasuk 2 kakak tiri Cinderella. Cinderella lalu ikut mencoba, dan kakinya pas! Cinderella akhirnya menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya.

KISAH POHON APEL
Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya diaberistirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.
Masa berlalu… anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.” Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu.” Aku mau membeli permainan. Aku perlukan uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, ”
Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu…Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.”Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkahkau menolongku?” Tanya anak itu.”
Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiann dia merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.” Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.”
Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu.Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.”
Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untukdiberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akaryang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.”
Aku tidak mau apelmu kerana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.”
Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohonapel itu.Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohonapel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.
Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun.
AKIBAT TIDAK PATUH PADA NASEHAT
Membuka cerita
1.Adakan tanya jawab dengan anak-anak, tentang tumbuhan dan binatang apa saja yang ada di dalam laut, baik dari pengamatan langsung maupun film dokumenter.
2.Simulasi : Anak-anak menjadi batu karang yang tenang.
Tersebutlah kisah seekor anak ikan badut dan induknya yang berwarna belang-belang kuning dan putih. Mereka sedang berenang dalam lautan. Sambil berenang, induk ikan mengajarkan anak kesayangannya bagaimana cara menjaga keselamatan diri dalam kehidupan di laut. “nak, Ibu akan jelaskan keadaan bahaya apa saja yang akan selalu kita hadapi.
Penutur cerita : memunculkan suara air, gelembung dan ombak.
Anak ikan bertanya, “bunda masih banyakkah yang belum ananda ketahui?”.
Penutur cerita:
1.Bersuara kecil dan ketus
2.Gerak dan ekspresi; berputar-putar menjelajahi panggung cerita, dengan riang dan bergerak bebas.
Induk ikan berkata, “wahai anakku yang kukasihi ada hal yang sangat penting yang akan ibu sampaikan…..para ikan yang pandai dan berpengalaman, selalu memberitahukan kepada seluruh warga laut adanya suatu bahaya besar. Ibu berharap ananda memperhatikan apa yang ingin ibu katakan. Suatu hari nanti ananda akan diuji godaan-godaan yang menipumu. Ananda akan berjumpa seekor cacing yang sungguh enak…dan diujungnya ditusuk oleh mata kail serta diikat pada tali yang tidak tampak oleh mata biasa.
Cacing itu sungguh menggiurkan dan lezat sehingga ananda tidak berpikir tentang apapun kecuali ingin menikmati makanan tersebut.Tetapi ananda harus ingat cacing itu adalah tipu muslihat manusia yang akan menculik ananda ke alam lain yang penuh sengsara.”
Penutur cerita :
1. Suara besar, halus, cemas
2. Gerak berputar menjelajahi panggung, dengan mata focus ke titik tertentu ( posisi anak ikan )
3. Alat bantu selendang sebagai sirip.
“Alam apa itu ibu?” Tanya anak ikan
Penutur cerita: kurang memperhatikan
“Jika ananda masuk ke perangkap manusia itu,leher nanda akan ditarik oleh besi yang melengkung tajam dan ananda akan merasa kesakitan saat mulut ananda terkait. Kemudian manusia akan menarik ananda ke permukaan laut, ananda akan dicampakkan seperti sampah di perahu mereka dan ananda akan merasa panas karena ananda bukan lagi dikelilingi oleh air laut tetapi oleh udara.
Penutur cerita : Peragakan ekspresi ketakutan, adegan ditarik dengan pancingan, ketegangan saat mengalami kebutaan.
Kemudian mereka akan membawa ananda ke pasar dan menjual ananda. Manusia akan menusuk-nusuk badan ananda sebelum ada yang membawa ke rumah mereka.
Penutur cerita : menggambarkan kebengisan nelayan dan pembeli ikan di pasar.
“Siksaan mereka belum selesai. Manusia itu mengiris daging, memberi garam. Aduh pedihnya ! Ibu tidak dapat bayangkan.”, kata induk ikan sambil tunduk ketakutan. “Setelah dibolak-balikan, ananda akan melihat minyak yang panas, percikannya akan menghancurkan kulit ananda yang halus. Kemudian manusia akan memasukkan ananda ke dalam minyak yang panas itu, sehingga daging dan kulit ananda hancur berubah warna.”
Penutur memperagakan ikan yang kepanasan serta teriakan-teriakan yang sangat kepanasan.
“Akhirnya, ananda akan dimakan oleh manusia yang tidak mengenal belas kasihan. Semua siksaan itu berawal dari godaan cacing tadi. Ibu berpesan agar ananda ingat dan berhati-hati di laut lepas ini.”
Penutur memperagakan seorang laki-laki rakus sedang makan ikan dan hanya tersisa tulangnya saja. Juga memperagakan ulah ketakutan induk ikan dengan tertunduk dan menangis tersedu-sedu.
Anak ikan hanya mengangguk-anggukan kepalanya, dalam hatinya masih tidak yakin karena belum pernah ketemu cacing yang seperti itu. “Ah, ibu penakut, dikiranya aku ini bodoh dan tidak bias mengurus diriku sendiri.”
Penutur cerita memperagakan anak ikan berjalan bolak-balik dengan riang dan ekspresi angkuh.
Suatu hari, anak ikan ini bermain-main dengan teman-temannya. Mereka melihat seekor cacing yang tampak besar dan menggiurkan.
Penutur menggambarkan dan mengekspresikan secara dramatis, dengan gerakan tangan dan tubuh yang menggambarkan betapa besar dan lezatnya cacing tersebut.
Semua ikan-ikan itu, telah mendengar cerita dari orangtua masing-masing, cuma baru sekarang melihatnya sendiri. Masing-masing menolak satu sama lain dan saling melarang temannya agar tidak pergi memakan cacing itu.
Penutur memperagakan adegan saling dorong-mendorong, tarik-menarik antara ikan yang ingin makan cacing dan ikan yang ketakutan.
“Akhirnya, si anak ikan yang tidak yakin dengan cerita ibunya tadi, berkata : “ah, masak benar kata-kata ibuku, makanannya selezat ini tidak akan mendatangkan apa- apa kecuali perut akan kenyang.
Penutur memperagakan kesombongan anak ikan saat berenang mendekati cacing dengan angkuhnya.
Setelah anak ikan itu membuka mulutnya lebar-lebar, dan dengan rakusnya ia makan cacing itu. Tiba-tiba, mulut dan lehernya terasa kesakitan sekali. Setelah berusaha keras mempelepaskan diri, si anak ikan tadi menyesal dan sedih, karena sekarang dia tahu apa yang dikatakannya ibunya memang benar. Tetapi segalanya, sudah terlambat, karena dia tidak patuh pada nasehat ibunya.
Penutur memperagakan usaha melepaskan mata cacing dari leher, teriakan meminta tolong dan kepanikan penuh penyesalan.












MEMBACA KRITIS
Uraian membaca kritis termasuk membaca dalam hati dengan cara membaca intensif yang lebih menekankan pada membaca telaah isi. Dengan demikia membaca kritis merupakan salah satu keterampilan berbahasa, yang bertujuan untuk menemukan gagasan isi bacaan secara kritis yang tersurat maupun yang tersirat dalam bacaan yang disajikan oleh penulis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tarigan (1986 : 64) bahwa, “Membaca kritisatau reading for understanding yang dimaksud di sini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi”. Melalui membaca pemahaman, untuk memahami gagasan yang tersirat maupun yang tersurat dalam bacaan diperlukan pengalaman, pengetahuan yang luas yang terlibat secara kritis dari pembaca. Oleh sebab itu keberhasilan kemampuan membaca kritispada siswa sangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan serta teknik membaca. Pembaca dalam membaca kritisbukan berarti dituntut untuk menghafal kalilmat demi kalimat dalam bacaan tersebut,dituntut untuk mengetahui dan mengingat hal-hal pokok serta perincian penting yang ada hubungannya dengan bacaan. Dengan demikian, membaca kritismenuntut ingatan agar memahami isi bacaan terdebut secara mendasar yang akhirnya mengerti, kemudian dapat menerapkan dan menggunakan dengan baik.
Kemampuan membaca kritis  merupakan seperangkat keterampilan dalam memperoleh pengetahuan sebagai akibat memberikan kesempatan pada orang lailn untuik memperoleh informasi dari bahasa tulis.
1.      Langkah-Langkah Kegiatan Membaca Kritis
Setiap guru bahasa Indonesia haruslah dapat membantu serta membimbing para siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan –keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca pemahaman, yaitu sebagai berikut.
a.       Peranan guru membantu siswa memperkaya kosa kata, sebagai berikut.
1)      Memperkenalkan sinonim, antnonim, frasem dan kata-kata berdasar sama
2)      Memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan, sisipan dan akhiran.
3)      Memperkirakan makna kata yang abstrak dengan bahasa daerah.
4)      Kalau perlu menjelaskan arti kata yang abstrak dengan bahasa daerah.
b.      Guru dapat membantu para siswa untuk memahami makna struktur kata, kalimat dan sebagainya disertai latihan seperlunya.
c.       Kalau perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan wawasan pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, peribahasa, dan lain-lain dalam bahasa daerah atau bahasa para ibu siswa.
d.      Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman para siswa dengan berbagai cara sebagai berikut.
1)      Mengemukakan berbagai jenis pertanyaan terhadap kalimat yang sama;
2)      Mengemukakan pertanyaan, yang jawabannya dapat ditemukan oleh para siswa secara verbetain (kata demi kata) dalam bahan bacaan.
3)      Menyuruh siswa membuat rangkuman atau ikhtisar suatu paragraf. Rangkuman tersebut haruslah mencakup ide-ide penting dalam urutan yang wajar.
4)      Menanyakan ide-ide pokok suatu paragraf
5)      Menyuruh para siswa untuk menemukan kata-kata yang melukiskan seseorang atau proses yang menyatakan bahwa  orang beraktivitas : seperti bergegas, marah, dan sebagainya.
6)      Menunjukkan kalimat-kalimat yang kurang baik letaknya, dan menyuruh para siswa untuk menempatkan pada tempat sesuai susunannya.

e.       Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para siswa, dengan cara sebagai berikut :
1)      Membaca dalam hati hendaknya diukur sesuai waktu membaca tersebut;
2)      Diusahakan agar waktu semakin bertambah singkat, efesien secara teratur.
3)      Harus dihindari gerakan-gerakan bibir pada saat membaca dalam hati, hal ini tidak baik dan tidak perlu dilakukan oleh para siswa.
Agar usaha meningkatkan efektivitas pembelajaran membaca kritisitu tercapai sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan adanya langkah-langkah pembelajaran yang tepat. Langkah-langkah dalam pembelajaran membaca kritis dapat dilaksanakan sebagai berikut.
a)      Memeriksa bahan bacaan yang akan dibaca siswa secara menyeluruh pemeriksaan menyangkut kata-kata yang memungkinkan siswa belum mengerti. Apabila dibiarkan maka siswa mengalami kesuliltan pemahaman kalimat atau bacaan kalimat.
b)      Meneliti bahan bacaan dengan teliti dengan cara melihat bagian-bagian penting antara lain : judul, subjudul, daftar isi, dan kata pengantar.
c)      Membaca isi bacaan itu secara sepintas atau sekilas.
d)     Mempersiapkan diri untuk membaca secara mendalam atau secara intensif dengan cara memusatkan pikiran atau konsentrasi.
e)      Membaca isi bacaan secara mendalam dengan jalan memahami isi bacaan, kalimat dalam satu paragraf demi paragraf dalam satu bacaan serta keseluruhan bacaan.
f)       Berfikirlah secara kritis, lebih mengutamakan pemahaman isi bacaan daripada hafalan.



1 komentar:

  1. Lengkap sekali ulasannya. terima kasih kakak :)

    http://www.kumpulandongenganak.com/cerita-dongeng-putri-cinderella.html

    BalasHapus