Apresiasi Drama I: Drama Sobrat Karya Arthur S. Nalan.
Menggunakan Pendekatan Mimetik dan Ekspresif
1.2.1
Pengertian
Drama
Secara etimologi kata drama berasal
dari kata dran (Bahasa Yunani) yang menyiratkan makna to do atau to act
(Baranger, 1994:4) alias ‘perbuatan’,’tindakan’.[1]
Jika dibandingan dengan referensi yang lain asal kata drama cukup beragam,
salah satunya menuliskan bahwa kata drama berasal dari kata drame (Bahasa
Perancis) yang digunakan untuk menjelaskan lakon-lakon tentang kehidupan kelas
menengah (Harmswortdalam Soemanto, 2001). Para ahli memberikan definisi kata
drama berbeda-beda, namun pada intinya mempunyai maksud yang sama.
Secara terminologi drama dapat
berarti (1) karya tulis untuk teather; (2) setiap situasi yang mempunyai
konflik dan penyelesaian cerita (resolusion); (3) jenis sastra berbentuk
dialog, yang biasanya untuk dipertunjukkan di atas pentas.[2]
Drama pun diartikan adalah sebuah karya sastra yang berisikan tentang cerita
konflik manusia yang dikemas dalam bentuk dialog dengan gerak-gerik yang
disusun dengan tujuan untuk diproyeksikan pada pentas sebagai pertunjukan.
Berdasarkan hal tersebut di atas,
dapat disimpulkan bahwa drama adalah salah satu genre (jenis) sastra yang
ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni
pertunjukan.
1.2.2 Perkembangan Drama
dan Asal Usul Drama di Indonesia
Sebagai istilah, ‘drama’ dan ‘teater’ ini datang atau kita pinjam
dari khazanah kebudayaan Barat. Secara lebih khusus asal kedua istilah ini
adalah dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Pada awalnya, di
Yunani ini, baik ‘drama’ maupun ‘teater’ muncul dari rangkaian upacara
keagamaan, suatu ritual pemujaan terhadap para dewa.[3]
4
Pada
masa awal pertumbuhannya di Barat, sebagai bentuk upacara agama, drama
dilaksanakan di lapangan terbuka. Para penonton duduk melingkar atau membentuk
setengah lingkaran, sedangkan upacara di lakukan di tengah lingkaran tersebut.
Sementara pada teater di Yunani khususnya, tempat penonton berada membentuk
setengah lingkaran yang semakin beasar radiusnya, semakin tinggi tempat duduk
penonton bersangkutan. Bentuk seperti ini dikenal sebagai amphitheater,
yang dibuat sedemikian rupa itu pada zamannya, sesuai dengan sifat drama dan merupakan suatu penyiasatan terhadap mutu
suara maupun pandangan penonton yang masih belum terbantu oleh penemuan oleh
penemuan teknologi pandang-dengar (audio-visual), seperti sekarang ini.[4]
Perkembangan drama, pada gilirannya kemudian, memperlihatkan adanya
pergeseran dari ritual keagamaan menuju kepada suatu oratoria, suatu seni
berbicara yang mempertimbangkan intonasi untuk mendapatkan efektivitas
komunikasi. Dari oratoria ini, kemudian perkembangan memperlihatkan adanya dua
kecenderungan besar. Di satu pihak, ada kecenderungan oratoria yang sarat
dengan music sebagai elemen utamanya, yang hingga kini kita kenal dengan opera
dan operet, dan pihak lain muncul pula bentuk oratoria yang hanya mengandalkan
cakapan atau dialog sebagai elemen utama seperti yang kini kita kenal sebagai
drama.[5]
Dan sudah barang tentu, bentuk
teater mengalami perkembangan pula sejajar dengan perkembangan drama dan
perkembangan teknologi pandang-dengar yang ada.[6]
Di Indonesia pementasan drama baru
dimulai abad ke-20, sebelumnya tidak menggunakan teks dalam pementasan drama
yang dikenal sebagai teater tadisional. Dalam hal ini harus dibedakan
penggunaan kata drama dan teater. Dalam pengertiannya yang paling umum drama
adalah setiap karya yang dibuat untuk pementasan di atas panggung oleh para
aktor yang menggambarkan kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan
dengan gerak dan laku. Sementara teater adalah adalah sebuah istilah lain untuk
drama dalam pengertian yang lebih luas, termasuk pentas, penonton, dan gedung
pertunjukan. Menurut Elam (1984:2) drama dipergunakan untuk penyebutan
pementasan drama yang menggunakan
5
naskah, sementara kata teater dipergunakan lebih luas termasuk
untuk pementasan drama tanpa naskah seperti pada teater tadisional, maupun
pementasan yang menggunakan naskah seperti dalam drama Indonesia modern. Adapun
pendapat lain yang menyamakan penggunakan drama dan teater.[7]
Ditinjau dari kelahirannya drama
tradisional dibagi menjadi dua macam, drama tinggi (bangsawan) dan drama rendah
(rakyat). Drama tinggi ini dikategorisasikan sebagai drama
klasik, sementara drama rendah dinenal sebagai teater rakyat. Dalam
perkembangannya, pada abad pertengahan di Eropa dikenal berbagai tontonan yang
dipertunjukan khusus untuk golongan bangsawan, sedangkan sebagian lagi di
tempat-tempat umum di mana khalayak ramai dapat ikut, ternyata hal semacam itu
terjadi juga di Indonesia.[8]
Menurut Sumardjo (1992: 16-38)
teater tradisional di Indonesia juga di awali dengan munculnya teater
klasikyang berkembang di istana dan teater rakyat yang berkembang di pedesaan.
Teater klasik (teater keraton) bermula ketika system monarki pada zaman
Hindu-Budha (sekitar tahun 400 Masehi) dan Islam (sekitar akhir abad ke-13);
sedangkan teater rakyat munculnya sulit diketahui karena tak ada tentangnya.[9]
Jenis teater klasik terbatas, dan
berawal dari teater boneka dan wayang orang.
Teater boneka sudah dikenal sejak zaman prasejarah Indonesia (400
Masehi), teater klasik sarat dengan aturan-aturan baku, membutuhkan persiapan
dan latihan suntuk, membutuhkan referensi pengetahuan, dan nilai artistik
sebagai ukuran utamanya.[10]
Teater rakyat lahir dari spontanitas
kehidupan masyarakat pedesaan, jauh lebih longgar aturannya dan cukup banyak
jenisnya. Teater rakyat diawali dengan teater tutur, misalnya Kentrung
di Bayumas, Pantun Sunda di Jawa Barat, dan lain sebagainya.
Pertunjukannya berbentuk cerita yang dibacakan, dinyayikan dengan tabuhan
sederhana, dan dipertunjukkan ditempat sederhana pula. Teater tutur berkembang
menjadi teater rakyat dan terdapat di seluruh Indonesia dari Aceh sampai Irian.
Meskipun jenis teater rakyat cukup banyak, umumnya cara pementasannya sama,
sederhana, perlengkapannya disesuaikandengan tempat bermainnya, terjadi kontak
antara pemain dan penonton, serta diawali dengan tambuhan dan
6
tarian sederhana. Dalam pementasannya diselingi dagelan secara
spontan yang berisi kritikan dan sindiran. Waktu pementasannya tergantung
respons penonton, bisa empat jam atau sampai larut malam.[11]
1.2.3 Perkembangan Drama Di Indonesia
Seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, drama
mempunyai 2 dimensi, yaitu: dimensi sebagai teks satra, dan dimensi sebagai
seni pertunjukkan. Konsekuensinya dalam pemaparan perkembangan drama di
Indonesia pun harus dibagi juga menjadi (1) perkembangan penulisan drama
sebagai karya sastra, dan (2) perkembangan pementasan drama di Indonesia.
Menurut Jakob Sumardjo perkembangan
penulisan drama Indonesia modern dibagi menjadi lima[12],
yaitu:
1.
Periode Drama
Melayu-Rendah
Pertengahan abad ke-19 konsep drama yang berasal dari dunia barat
mulai masuk ke Indonesia melalui masyarakat Belanda peranakan dan Tionghoa
peranakan. Keperluan akan naskah drama yang mentradisi di masyarakat Barat
mulai menggeser teater-teater tradisional Indonesia yang tidak pernah
menuliskan naskah pementasannya. Komedi Stamboel adalah rombongan teater
pertama di Indonesia (Sumardjo, 1992:238) yang lahir pada tahun 1891. Didirikan
di Surabaya oleh August Mahieu dan yap Goan Tay. Artinya, pada masa ini penulis
lakonya didominasin oleh pengarang drama Belanda peranakan dan Tionghoa peranakan.
2.
Periode Drama
Pujangga Baru
Pada periode ini lahirlah Bebasari, terbit tahun 1926 karya Roestam
Effendi sebagai lakon simbolis yang pertama kali ditulis oleh pengarang
Indonesia. Ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa naskah drama pertama di
Indonesia bukan Bebasari, karena sebelum itu sudah banyak naskah drama
ditulis dalam bahasa Melayu-Rendah oleh penulis Indonesia yaitu Marco
Kartodikromo.[13]
7
3.
Periode Drama
Zaman Jepang
Setiap pementasan drama pada periode ini harus disertai naskah
lengkap untuk disensor terlebih dulu sebelum dipentaskan. Dari tahun 1940-1945.
Dengan adanya sensor ini, disatu pihak dapat menghambat kreativitas, tetapi di
pihak lain justru memacu munculnya naskah drama.
4.
Periode Drama
sesudah Kemerdekaan
Naskah-naskah drama yang dihasilkan sudah lebih baik dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang sudah meninggalkan gaya Pujangga Baru. Pada
priode ini penulis drama yang produktif dan berkualitas baik adalah Utuy Tatang
Sontani, Motinggo Boesye, dan Rendra.
5.
Periode Drama
Mutakhir
Menurut Sumardjo (1992:260-266) perkembangan penulisan drama pada
priode ini peran Dewan Kesenian Jakarta
(DKJ) dan Taman ismail Marzuki (TIM) sangat menonjol. Terjadi pembaharuan dalam
struktur drama, yang pada umumnya tidak memiliki cerita, antiplot, nonlinear,
tokoh-tokohnya kurang jelas identitasnya, dan bersifat nontematis.
Penulis-penulis dramanya yang terkenal antara lain Rendra, Arifin C. Noer, Putu
Wijaya, dan Riantiarno.
Menurut Soemardjo (1992:101-232)
membagi perkembangan teater modern Indonesia yang baru muncul sekitar tahun
1885 menjadi empat masa, yaitu:
1.
Masa Perintisan
Teater Modern
Masa perintisan diawali dengan munculnya Komedi Stamboel
2.
Masa
Kebangkitan Teater Modern
Masa kebangkitanmuncul teater Dardanella yang terpengaruh oleh
Barat
3.
Masa
Perkembangan Teater Modern
Masa perkembangan ditengarai dengan hadirnya Sandiwara Maya, dan
setelah kemerdekaan ditandai dengan lahirnya ATNI dan ASDRAFI.
4.
Masa Teater
Mutakhir
Dalam
masa perkembangan teater mutakhir ditandai dengan berkiprahnya 8 nama besar
teater yang mendominasi
zaman emas pertama dan kedua, yaitu Bengkel
8
Teater, Teater Kecil, Teater popular, Studi Klub Teater Bandung,
Teater Mandiri, Teater Koma, Teater Saja, dan Teater Lembaga.
1.2.4
Jenis Drama
Jenis drama dilihat dari kemungkinan
untuk dipentaskan, ada naskah-naskah yang dapat dan akan menarik perhatian
orang jika dipentaskan, dan banyak pula yang tidak memberikan
kemungkinan untuk dipentaskan. Naskah yang masuk dalam kategori
pertama disebut sebagai drama pentas atau drama saja, dan yang hanya
tepat untuk dibaca saja disebut sebagai drama baca. Namun demikian,
sebuah naskah untuk sampai pada keputusan layak atau tidak layak dipentaskan
bukan hanya tergantung pada proses pasca pembacaan, melainkan juga juga sangat
dipengaruhi oleh niat si penulis sendiri. Banyak penulis yang menulis karya
sastra dalam bentuk drama tetapi tidak
diniatkan untuk dipentaskan. Meminjam ungkapan Shipley (1960), karya seperti
ini, yang disebut sebagai closet drama atau “drama baca" itu,
adalah “a play or dramatic poem written solely for reading not for
performance”. Sedangkan Abrams (1993) untuk istilah yang sama, menjelaskan
sebagai”… is written in the form of drama, with dialogue, indicated settings,
and stage direction, but is intended by the author to be read rather than to be
performed in the theater”. [14]
Bahasa yang dipergunakan dalam
sebuah drama tentu bukan hanya bertolak dari keformalan maupun ketidakformalan
bahasa, namun juga dari pemanfaatan sarana-sarana puitik maupun naratif.
Berdasarkan hal ini, maka terdapat sejumlah karya drama yang berbentuk puisi,
dan banyak pula karya drama yang berbentuk lirik. Pada karya drama berbentuk
puisi, ada yang sangat ketat dengan kaidah-kaidah puitis, seperti terikat oleh
oleh aturan rima, atau yang tidak terkait dengan aturan-aturan semacam itu
tetapi sarat dengan diksi atau pilihan kata yang konotatif dan sugestif.
Sementara itu, karya drama yang menumpukan kekuatannya pada lirik, pada
dasarnya hampir sama dengan yang terikat pada puisi. Yang membedakannya, pada
drama lirik ini ada kecenderungan untuk mengikat lirik
9
itu dengan bar, yakni potongan birama dalam setiap baris, seperti
yang dinyatakan oleh Tambayong (19781).[15]
Karya drama yang cara
pengungkapannya dilihat – baik secara ketat maupun longgar – dengan bar ini,
pada kenyataan yang kita hadapi dapat berupa opera maupun operet. Yang disebut
dengan opera adalah karya drama yang sangat mengutamakan nyayian dan hampir keseluruhan
adegan dilakukan dengan dengan cara bernyayi ini. Sedangkan operet, yang sering
juga disebut sebagai opera ringan, cara penyajiannya tidak selalu dinyayikan
tetapi terkadang diselingi pula dengan cakapan atau dialog antara pemain.
Selain itu, operet biasanya juga hanya berbentuk drama satu babak.[16]
Berdasarkan pola sajiannya – yang
tentu saja berkaitan erat dengan tema atau alur yang dibangun – terdapat
berbagai-bagai jenis drama. Dari sekian banyak pola sajian drama yang pernah
ada, pengenalan terhadap lima buah sajian drama yang populer perlu dipahami.
Kelima bentuk drama tersebut adalah tragedi,
komedi, tragikomedi, melodrama, dan farce. “Tragedi” adalah sebuah
drama yang ujung kisahnya berakhir dengan kedukaan atau dukacita. Bisanya,
tokoh utama menghadapi kematian dengan mengenaskan di akhir cerita. Sebaliknya,
cerita “komedi” berakhir dengan sukacita. Di dalam membangun
kesukacitaan ini, pengarang karya drama tersebut lebih menumpukan hadirnya
gelak tawa melalui pemilihan diksi atau pilihan kata yang cerdas. Karena warna
drama ini penuh dengan gelak rawa, seringkalo drama ini juga disebut drama
gelak.[17]
Selain kedua sajian drama yang
sekilas tampak berlawanan itu, ada sebuah sajian drama yang justru
menggabungkan dua kecenderungan sajian itu, yaitu menggabungkan antara tragedi
dan komedi. Drama yang merupakan paduan dua kecenderungan emosional yang sangat
mendasar pada diri manusia itulah yang disebut sebagai “tragikomedi”.
Sedangkan “melodrama” sesungguhnya berasal dari alur opera yang
dicakapkan dengan iringan musik. Atau, dapat saja berupa sebuah pementasan yang
ketika tanpa ada cakapan apa pun, emosi dibangun melalui music.[18]
10
Dan terakhir adalah “frace”, yang secara umum dapat
dikatakan sebagai sebuah sajian drama yang bersifat karikatural. Sebagai
kisahan, ia bercorak komedi, tetapi gelak yang muncul itu sendiri ditampilkan
melalui ucapan dan pebuatan. Dalam konteks masa kini, banyak yang menyamakan farce
dengan “komedi situasi”.[19]
1.2.5 Elemen Drama
Sebagaimana
prosa, khususnya, pada karya drama pun dapat dijumpai pula adanya elemen-elemen
tokoh, alur, dan kerangka situasi cerita yang saling menunjang satu dengan
lainnya. Akan tetapi, jika di dalam prosa, tokoh-tokoh yang muncul itu
cenderung berhenti dalam imajinasi atau identifikasi subjektif pembaca saja,
tidak demikian halnya yang terjadi pada drama mengingat drama berkemungkinan
untuk melaksanakan interpretasi tokoh-tokoh itu dalam bentuk konkret. Sebagai
akibat dari kondisi yang demikian ini, maka di dalam drama, tingkat kepentingan
antara tokoh dengan alur menjadi seimbang. Hal ini tentu berbeda dengan prosa
umumnya, yang cenderung lebih mengutamakan alur daripada tokoh-tokohnya, sejalan
dengan hakikat prosa yang lebih bertumpu pada narasi.[20]
Bertolak
dari sifat alami drama yang sedemikian itu maka tokoh dan alur di dalam drama,
pada gilirannya kemudian, sangat mungkin berada dalam posisi yang terus
bersaing. Dalam hubungan ini, W.H. Hudson (1958) mengemukakan adanya dua jalur
pendapat, yaitu (a)alur lebih dipentingkan, sedangkan tokoh hanya unruk mengisi
dan (b) tokoh yang lebih penting, sedangkan alur hanya dipergunakan untuk
mengembangkan tokoh. Dan Hudson sendiri, berkenaan dengan hal ini, cenderung
mengatakan bahwa pementingan terhadap tokoh lebih utama dibandingkn dengan
pementingan terhadap alur. Menurutnya, sesuatu cerita akan meninggalkan kesan
yang dalam dan bahkan mungkin “abadi” lantaran penokohan di dalam cerita itu
begitu kuat dan meyakinkan dalam membangun cerita. Sementara, apabila lur saja
yang menarik karena kerumitan dan kekompleksitas masalahnya, ia cenderung
mengendap sebentar dan segera menguap. Contoh drama yang kekuatannya terletak
pada segi penokohannya, dapat kita lihat misalnya pada karya-karya Shakespeare.
Namun demikian,
11
tentu banyak
pula yang berpendapat bahwa alur lebih penting daripada tokoh; tokoh hanyalah
subordinat saja dari alur, seperti dikemukakan oleh Bernard Grebanier (1981).[21]
Dalam
kaitannya dengan drama, banyak ahli yang mengatakan bahwa drama yang baik harus
selalu memperlihatkan adanya konflik atau konflik-konflik seperti dikatakan
Hudson, atau juga konflik dan oposisi seperti disebutkan Grebanier. Adannya
konflik-konflik semacam ini menjadi jelas bagi kita bahwa drama lazimnya akan
memberikan kepada pembaca maupun penontonnya “perjalanan” cerita yang diwarnai
oleh konflik-konflik itu. Dalam istilah Hudson, “perjalanan” itu disebut dramatic-line
yang secara garis besarnya adalah: (a)pemaparan/eksposisi (exposition);
(b)penggawatan/komplikasi; (c)krisis/klimaks; (d)peleraian/antiklimaks;
(e)penyelesaian.[22]
1.2.6
Sarana Dramatik
Agar tema dalam sebuah drama dapat
lebih dipahami dan lebih “hidup” ketika dipentaskan, sejumlah penulis drama
biasa memanfaatkan berbagai sarana dramatik, yaitu dengan monolog
(monologue), solilokui (soliloquy), dan sampingan (aside). Yang
dimaksud dengan “monolog” adalah sebuah komposisi yang tertulis – dalam naskah
drama – atau yang berbentuk lisan yang menyajikan wacana satu orang pembicara.
Dalam sebuah pementasan, istilah ini merujuk pada ujaran yang dilakukan oleh
satu tokoh yang biasanya menjelaskan segala sesuatu yang sudah terjadi.
Sementara itu, apa yang disebut dengan “solilokui” sepintas lalu
agak mirip dengan monolog dalam hal tampilannya seorang tokoh atau pemain. Pada
solilokui, yang diujarkan atau diucapkan oleh tokoh bisanya panjang dan isinya
merupakan pemikiran subjektif yang ditunjukan kepada penonton untuk menyarankan
hal-hal yang akan terjadi.
Sedangkan “sampingan”, biasanya memang lebih tampak pada sebuah
pementasan, menggambarkan adanya ujaran yang ditunjukan kepada para penonton.
Ujaran tersebut sengaja agar tidak didengar oleh pemain lainnya, karena ujaran
yang diucapkan ini biasanya berisi pikiran tokoh itu sendiri yang berisi
komentar terhadap peristiwa yang tengah berlangsung. Dalam pementasan, pemain
yang mengucapkan sampingan biasanya
12
mengarahkan wajahnya atau memalingkan mukanya kea rah penonton, dan
cenderung menempati posisi di samping pentas.
1.2.7
Manfaat
Mempelajari Drama
Apabila dilakukan dengan benar, pembelajaran sastra memiliki empat
manfaat[23],
yaitu:
1.
Membantu
terampil berbahasa yaitu menyimak, wicara, membaca, dan menulis.
2.
Meningkatkan pengetahuan budaya.
3.
Mengebangkan cipta rasa
4.
Menunjang
pembentukan watak
1.2.8
Sinopsis Drama
Sobrat
Drama Sobrat ini berawal pada pemuda yang sangat
jago dogong dari desa lisung. Berkenalan dengan salah satu tamu yang mencari
kuli kontak khususnya wilahayah jawa.
Pada awalnya keraguan sobrat muncul. Lalu timbul sosok yang disebut
mongkleng adalah hawa nafsu dari sobrat yang membuat sobrat yakin bahwa ia
mengikuti inang honar salah satu tamu yang mencari kuli kontarak. Dengan
harapan kekayaan yang ia akan berikan kepada miminya atau ibunya. Pada saat
perjalanan sobrat bertemu dengan rasminah yang di jual oleh kakaknya rasminah.
Sobrat jatuh hati kepada Rasminah yang ditolongnya dari nakoda. Setelah sampai
ketanah sebrang apa yang dibilang inang honar adalah tipudaya belaka. Tidak
mudah menjadi kuli kontak dan menyelaraskan dengan kebudayaan yang ada. Sobrat
bertemu dengan Bromo seorang kuli yang sudah sesepuh di lembah kemilau. Bromo
menjadi panutan Sobrat karena memiliki pengalaman yang sudah lama. Sobrat
diajarkan banyak hal oleh Bromo dari berjudi hingga meniduri wanita dengan cara
merayu.
Suatu ketika sobrat terjatuh dan terjebak didalam
sumur bersama Bromo, tetapi Bromo selamat dengan berusaha memanjat sisa-sisa
tali yang ada. Nasib membawa Sobrat terjatuh makin dalam hingga ia tersadar dan
ditolong oleh Sibili yaitu jin pemilik bukit kemilau. Sobrat melakukan
perjanjian dan kawin dengan Sibili. Setelah sobrat kembali ke dunia nyata.
Sobrat ingin melunasi hutang-hutangnya kepada para mandor terjadi pertarungan
yang sengit dari mandor-mador disana yang ingin mengambil semua emas sobrat.
Karena sobrat dilindungi oleh Sibili makan dengan mudahnya para mandor-mandor
itu kalah dan menyerah. Setelah itu sobrat ingin mengurah habis Dongso sebagai
Bandar dari tempat judi
13
di
lembah kemilau. Akhirnya sobrat puas setelah Dongso mengaku kalah dan bangkrut,
menyerahkan tempat judi ini kepada Sobrat sebagai pemiliknya. Sobrat mengajak
teman-temanya pergi tetapi Bromo tidak ikut, karena lembah kemilau ini adalah
surga baginya.
Lalu
sobrat menyerahkan tempat judi itu kepada Bromo. Setelah kepulanganya ke pulau
jawa ia mencari Rasminah. Rasminah yang sudah menjadi Nyai dibawa lari oleh
Sobrat untuk dipersuntingnya. Ketika pulang ke kampung halamannya sobrat kaget,
mimi tercinta sudah mati dan rumahnya sudah dijadikan balai desa. Rasminah
mengajak Sobrat ke Caruban untuk tinggal bersama Ayahnya jika masih hidup.
Dalam mimpi Sobrat bertemu dengan sibili. Betapa marahnya sibili karena tahu
sobrat sudah menikah dengan Rasminah. Sibili menganggap Sobrat sudah melanggar
perjanjuan mereka. Sibili hanya mencium dan membisikkan sobrat lalu sobrat
tersadar menjadi bisu dan tuli. Setelah itu sobrat sadar dan ingat kata-kata
mimi.
1.2.9 Apresiasi Drama Sobrat Melalui Pendekatan
Mimetik dan Ekspresif
Arthur S. Nalan
Bersuku Sunda, kelahiran
majalengka, 21 februari 1959. Menyelesaikan pendidikan sebagai sarjana muda
dari Jurusan Teater di ASTI (sekarang menjadi Sekolah Seni Indonesia) Bandung
(1978), sarjana seni dari STSI Surakarta (1988), dan magister Humaniora dari
UGM (1993) untuk bidang pangkajian seni pertunjukkan.
Sejak tahun 1984, ia kerap menulis
naskah drama. Sudah banyak naskah yang ia tulis, bahkan sebagian besar naskah
tersebut pernah di pentaskan oleh berbagai grup teater. Bahkan tokoh teater
sekaliber WS. Rendra bersama Bengkel teaeternya pernah mementaskan karya Arthur
S. Nalan yang berjudul Sobrat, di Taman Ismail Marzuki
tahun 2005 lalu.
Sobrat, adalah naskah drama karyanya yang
pada tahun 2003 lalu dinobatkan sebagai pemenang pertama sayembara penulisan
naskah drama Dewan Kesenian Jakarta. Penghargaan lainnya yang pernah ia peroleh
antara lain lewat karyanya Jalan Perkawinan (Skenario
Film) keluar sebagai Pemenang I dan mendapat penghargaan dari Direktorat Film
Budpar (2006). Selain dikenal
sebagai seniman yang sangat peduli akan perkembangan kegiatan festival seni
budaya di tanah air, Khususnya dikota Bandung, Arthur juga
sering menjadi juri dalam lomba
14
penulisan naskah drama, antara lain ia menjadi juri dalam
lomba naskah drama Sunda yang digelar Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS).
Awalnya, naskah itu berjudul Kulit
Pecah. Isinya tentang pecahnya kepribadian tokoh utamanya. Tapi Arthur
merasa kurang sreg. Ia menggantinya dengan Sobat, lalu berubah lagi
menjadi Sobrat. "Kalau Sobat kayaknya kurang greng," ia
menerangkan.[24]
Arthur S. Nalan sering tampil dan
berkomentar pada setiap penampilan yang menyuguhkan kebudayaan Sunda. Karena
kabudayaan Sunda sekarang ini sudah sangat kurang dan jarang peminatnya apa
lagi penerusnya. Untuk itu ia bersikeras ingin mengangkat antropologi dan kesenian
rakyat yang menonjol di dalam karyanya ini. Apa lagi kalau sampai di
dokumentasikan karena kebudayaan Jawa Barat sendiri masih jarang ada yang
mendokumentasikannya.[25]
Sobrat menyiratkan warna lokal
(Sunda) yang kental. Kisah tentang dunia Gaib, roh-roh yang menuntut balas
jasa. Irama dan dramatik yang penuh kejutan dan struktur lakon pun terjaga.[26]
Itulah Sobrat yang sesungguhnya kita bahas di dalam pendekatan mimetik ini.
Membaca catatan gelap dari Arthur S. Nalan kita diberikan pondasi sebuah
pandangan agar wawasan kita semakin terbuka kembali. Ada tiga hal yang menjadi
inspirasi Artur S. Nalan dan satu tujuan yang bisa di baca pada akhir makalah
ini. Inspirasi itu adalah
Pertama,
Gunung Pongkor Jawa Barat, sebuah penambangan emas
liar, yang mengundang orang
berbondong-bondong datang ke tempat tersebut.
Kedua,
Jaman seorang pembantu Arthur S. Nalan, yang bertemu dan kawin
dengan jin yang menjadikan dia kaya dalam ukurannya. Setelah ia menikah dengan
wanita pilihannya dia dianggap berhianat akhirnya menjadi bisu dan tuli karena
melanggar perjanjian dengan jin.
15
Ketiga,
Mengkritisi mengenai kuli, dari zaman dulu sampai sekarang masih ada, dan yang
paling kental sekarang ialah TKI dan TKW.
Kalau dulu disebut kuli kontrak (zaman
belanda) sedangkan pada zaman sekarang kita menyebutnya TKI dan TKW tetapi
diperlakukan sama seperti budak.
Tiga hal itu yang menjadi
pembahasan menarik dalam drama Sobrat ini. Pada masa kini masih saja ada
kejadian seperti Jaman dalam kehidupan kita, apalagi jika kita kaji lebih dalam maka akan lebih
bermakna lagi.
1.
Jaman dan Mahkluk Gaib
Kisah Jaman dimulai pada tahun
1980-an, jika kita ingin kaya cepat, ada cara tercepat yaitu mencuri. Tetapi
kejadian yang di luar akal manusia bisa menjadi hal yang menarik seperti
pesugihan salah satunya. Sebagian besar orang, pada zaman sekarang kurang
percaya dengan pesugihan, tetapi masih ada orang yang percaya dengan pesugihan.
Dengan menyembah dan berkerjasama dengan jin adalah salah satunya cara untuk
mendapatkan uang dengan cepat (kekayaan). Oleh karena itu keimanan seseorang
sangat di uji ketika hal ini terjadi. Iman yang menjadi pondasi seseorang bisa
runtuh ketika kebutuhan hidup harus dipenuhi. Mungkin kisah Jaman ini menjadi
inspirasi yang luar biasa, bagi seseorang yang tidak percaya akan hal-hal gaib.
Jika cerita ini di ceritakan kepada orang-orang yang sering berhubungan dengan
hal gaib, mungkin kisah ini menjadi hal yang biasa saja. Karena memang begitulah resikonya jika
kita melakukan perjanjian dengan hal
yang gaib. Ketika kisah ini dipentaskan kepada orang-orang yang tidak percaya
mengenai hal gaib, kisah ini menjadi magnet atau daya tarik bagi orang-orang
tersebut karena ceritanya unik dan jarang sekali. Oleh karena itu drama ini
memiliki sudut pandang tersendiri untuk penonton yang berfikir rasional, tidak
percaya dengan hal gaib (orang awam mengenai hal gaib). Drama ini tidak hanya
menampilkan sebuah hiburan tetapi manfaat yaitu nasihat yang penting yaitu
janji dengan seseorang harus di tepati, terlebih lagi sudah melakukan
perjanjian dengan hal gaib, jangan seperti Jaman dan Sobrat yang ada hanya
menyesal kemudian.
Tidak dipungkiri lagi bahwa yang
gaib itu ada. Di dalam Al-Quran juga sering disebutkan, tetapi ingat yang kita
sembah hanyalah Allah semata. Kisah yang menjadi dilema di
16
dalam drama Sobrat ini memiliki pengaruh yang luar
biasa dalam kehidupan Sobrat di dalam drama tersebut. Dari beberapa buku dan
cerita yang di baca. Menumbalkan umur adalah sesuatu yang mudah dan cepat.
Banyak pesugihan dan penumbalan di dalam dunia ini, contoh: hewan, umur, bahkan
ritual sex dengan mahluk gaib. Drama Sobrat yang di ciptakan oleh Artur S.
Nalan, hampir semua ritual yang Sobrat lakukan adalah syarat-syarat untuk
memenuhi kewajiban agar kita menjadi kaya raya secara instan. Dalam melakukan
pesugihan ini Sobrat melakukan adegan ritual sex dengan sibili yang katanya
pemilik bukit kemilau yang sesungguhnya.
Sibili : Aku senang Mongkleng, dia
penuh semangat! (MENDEKATI SOBRAT, LALU DUDUK DISAMPING SOBRAT DI PINGGIR
RANJANG) Begini, kamu laki-laki sejati, kudengar itu dari Mongkleng. Kamu bisa
kembali, tetapi harus kawin denganku!
Sobrat : Bagaimana mungkin?
Sibili : Aku tahu ini tak biasa. Tapi,
bisa kalau kamu mau kembali ke sana!
Sobrat : baik, aku mau kawin
denganmu. Asalkan aku bisa kaya…!
Sobrat : sabarlah, soal
kekayaan akan kuberikan. Akan kubukikan bahwa kamu bisa jadi orang kaya.
(BERANJAK PERGI MENGAMBIL KOTAK KAYU. SIBILI KEMBALI DAN MENYERAHKANNYA PADA
SOBRAT) Kamu pernah mendengar ucapan para inang penipu itu, kalian akan dapat
biji emas sebesar biji salak? Kamu masih ingat? Nah, kalau masih… sekarang
buktikan, bahwa itu ada! (PERINTAH) Bukalah! [27]
Selanjutnya,
setelah perjanjian pertama sudah dilakukan makan sibili meminta umur Sobrat
sebagai tumbalnya dan setelah itu sibili datang ke mimpi Sobrat untuk
mengerjakan kewajiban sebagai suami.
Sibili : Jangan kecewakan aku, Sobrat.
Setiap aat aku bisa datang padamu lewat mimpi! Dan, aku akan membantumu
mewujudkan ambisimu! Jadi orang kaya! (TERTAWA) (MEMBUKA MAHKOTANYA. JUGA,
MAHKOTA YANG
17
DIKENAKAN SOBRAT, LALU
MELEMBARKANNYA BEGITU SAJA KE LANTAI) Mari kita bercinta, Sobrat suamiku![28]
Dari
beberapa potongan adegan drama diatas dapat kita lihat tahap dan perjanjian
dalam pesugihan yang dilakukan sobrat dan sibuli (mahluk gaib). Dari cerita
diatas hampir sama persis dengan tahap dan perjanjian pesugihan dalam dunia
nyata. Mungkin rasa penasaran Artur S. Nalan terhadap kejadian yang terjadi
pada Jaman membuat dia menyelami kembali sebuah kisah nyata yang diluar akal
manusia ini. Selanjutnya menuangkan ke dalam sebuah drama yang dibuat dengan
sangat dramatisir sehingga menjadi menarik.
Pada
akhir dari cerita drama Sobrat ini. Sobrat dianggap melanggar perjanjian dengan
Sibili. Setelah Sobrat menikahi wanita yang dia cintai, dan Sobrat menerima
ganjaran dari sibili. Sama halnya dengan
yang di alami oleh pembantu Arthur S. Nalan yaitu Jaman.
Bagian Delapan Belas
SOBRAT BERJALAN-JALAN DENGAN RASMINAH DALAM PAKAIAN
PENGANTIN ALA DAERAH CARUBAN. MEREKA BERPAYUNG KERTAS BERBUNGA-BUNGA,
LAMAT-LAMAT MUSIK DAERAH TERDENGAR, TAPI MUNCUL PULA SILBI DAN MONGKLENG
BERPAYUNG HITAM. KETIKA BERPAPASAN, SILBI MEMANDANG SOBRAT DAN BERKATA,
Silbi : Sobrat, bukankah kamu
suamiku? Tapi kamu menikahi nyai itu! lagipula mahkota itu tak ada lagi pada
kamu! Kamu tanggung sendiri akibatnya! (Meniup telinga Sobrat)
LAMPU PADAM
LAMPU HIDUP
TIBA-TIBA DI RANJANG KELAMBU SOBRAT
BERTERIAK-TERIAK. IA TERBANGUN DARI MIMPINYA. IA DUDUK DI PINGGIRAN RANJANG.
MUNCUL RASMINAH DUDUK DI SAMPINGNYA, SAMBIL MEMEGANG KENDI.
18
Rasminah :
Ada apa kang?
SOBRAT DIAM SAJA, TAK BEREAKSI. RASMINAH HERAN.
Rasmina :
Ada apa kang? Mimpi buruk ya?
SOBRAT DIAM SAJA SEPERTI TAK MENDENGAR. RASMINAH
SEGERA MENGGOYANG-GOYANGKAN TUBUH SUAMINYA.
Rasminah :
Kenapa akang diam saja? kenapa? (Teriak) ngomong kang, ngomong!
SOBRAT BARU BEREAKSI. DIA INGIN NGOMONG, TAPI HANYA
SUARA GAGU YANG TERDENGAR. RASMINAH MENJERIT.
Rasminah :
Kang! Kamu tuli? Kamu bisu? Bagaimana mungkin?
SOBRAT DIAM SAJA. HANYA MENANGIS. DIA MENGAMBIL
KENDI DAN MENGGUYURKANNYA KE WAJAHNYA DENGAN AIR, MUNGKIN MENYESALI DIRINYA.
MUNCUL MONGKLENG.
Mongkleng : (Tertawa) Sobrat…. Sobrat! Kamu khianati
sendiri perjanjian sucimu dengan Silbi Gendruwi kamu anggap angin lalu. Urusan
dengan mahluk halus tidak bisa dianggap main-main. Kamu semestinya sudah mati,
tapi kamu ditolong jin Iprit itu karena dia jatuh cinta padamu. Aku hanyalah
nafsumu, nafsu duniawimu. Tapi sekarang, kamu sudah banyak merenung, kamu sudah
banyak menyesal. Rasminah telah menjadi pengganti Mimimu yang mati merana
sendiri. tapi, kamu berutang pada Silbi Gendruwi. Akibatnya tanggung sendiri,
kamu jadi bisu dan tuli
(Terkekeh)
Jika sudah begini aku akan pergi, buat apa dekat-dekat lagi!?
(Tertawa)
Habis nafsu duniamu tampaknya tak berarti lagi. Aku pergi, kawan lama.
(Pergi).
(Terkekeh)
Jika sudah begini aku akan pergi, buat apa dekat-dekat lagi!?
(Tertawa)
Habis nafsu duniamu tampaknya tak berarti lagi. Aku pergi, kawan lama.
(Pergi).
19
MONGKLENG MENUTUP PAYUNG HITAMNYA. TINGGAL SOBRAT
YANG BISU, TULI, DIAM KOSONG DITEMANI RASMINAH.
TERDENGAR
LAMAT-LAMAT SUARA MIMI
Suara Mimi:
Sobrat, Sobrat! Mimi juga bilang apa, para nabi tidak pernah berjudi. Para nabi
tidak pernah berjudi.
Dari cuplikan drama diatas cerita diatas, inilah
yang menjadi inspirasi seorang Arthur S. Nalan, yang menjadikan karakter Sobrat
hampir mengalami kejadian serupa dengan Jaman pembantunya. Dari Jaman menikah
dengan wanita yang dicintai dikampungnya hingga kebiasaan buruk Jaman ialah
bermain judi dipertegas lagi pada karakter Bromo. Jaman yang tadinya seorang
pembantu lalu menjadi kaya karena judi, (menurut dia). Setelah ia bermimpi
bertemu dengan jin perempuan. Mendapatkan informasi mengenai pengalaman dan
cerita yang dialami oleh Jaman termasuk mudah bagi Arthur S. Nalan karena Jaman pembantunya yang
berasal dari kampung yang sama dengan dia yaitu Majalengka.
2. Gunung
Pongkor Jawa Barat
Gunung Pongkor Jawa Barat tidak
asing lagi bagi Arthur S Nalan yang hidupnya di daerah Bandung. Bagi seseorang
yang sering melakukan penelitian kesenian di Jawa Barat khususnya [30]ini
merupakan kebudayaan yang ingin dia angkat. Berlatar zaman penjajahan kuli
kontrak sebuah gunung yang asri dan indah ini memiliki daya tarik tersendiri,
dimana pada zaman dulunya orang-orang berbondong-bondong datang untuk menggali
emas yang terdapat di sana. Pada zaman dulu yang menggali adalah orang dari
luar daerah Gunung Pongkor setelah PT Antam datang orang dari luar daerah
tersebut kembali lagi ke desanya dan hanya beberapa yang tinggal sebagai
petani. selanjutnya kebanyakan orang Gunung Pongkor sendiri yang mengelola. Dan
akhirnya semakin mendesak perekonomian warga disekitar Gunung Pongkor sebagian
besar
20
berprofesi menjadi penambang liar atau lebih dikenal
PETI (Penambang Emas Tanpa Izin)[31].
Bahkan yang tinggal disana bukan lagi warga Gunung Pongkor tetapi para
pendatang yang membawa kebudayaan baru. Bermodalkan alat-alat yang dulu
ditinggalkan oleh penambang disana. Para penambang main kucing-kucingan dengan
petugas PT Antam. Jika ketahuan penambang liar diberikan tembakan peringatan.
Dan biasanya para penambang liar tidak jadi naik ke gunung. Pada setiap bulan
puasa penambang emas semakin sering berkerja dengan harapan memperbaiki
perekonomian untuk perayaan lebaran.
Pada tahun-tahun terakhir ini banyak sekali
penambang tidak hanya dari daerah Pongkor sendiri tetapi orang-orang yang
diluar daerah datang kembali. Ada tiga lokasi penambangan emas rakyat di Gunung
Pongkor. Satu lokasi yang paling sibuk yakni di sekitar Sungai Cikoret yang
masuk kawasan Desa Malasari. Di sanalah lokasi yang disebut-sebut paling banyak
menghasilkan emas. Gunung Pongkor memiliki kekhasan kasus tersendiri, dimana
penduduk asli tadinya banyak sekali yang berkerja menjadi petani daripada
penambang emas lalu mereka beralih menjadi penambang emas, setelah gunung
tersebut dikuasai oleh PT Antam maka yang tadinya penambang menjadi petani
kembali. Karena desakan ekonomi ada yang menjadi PETI (Penambang Emas Tanpa
Izin). Tetapi warga Gunung Pongkor masih banyak yang menajdi Petani.
Kisah Sobrat ini sangat menggugah
kita karena semua warga gunung Pongkor berbondong-bongo dan tergiur akan hasil
yang cepat dan menguntungkan. Tetapi dari kisah-kisah yang sebenarnya, banyak
yang sukses dan tidak sedikit yang mengalami kesulitan hidup yang mencekik dan
akhirnya memutuskan kembali menjadi seorang petani. Bahkan ada yang bersyukur
menjadi seorang petani, bisa memenuhi kebutuhan keluarganya daripada saat dulu
menjadi gurandil (sebuah sebutan untuk penambang emas di gunung Pongkor).
Menjadi
penambang emas bukan resiko yang mudah, dapat kita ambil kisah dari drama
Sobrat, “pada bagian sembilan”, resiko sebagai penambang terus menghantui
penambang disana. Yang paling sering adalah kematian, diantaranya kekurangan
oksigen bahkan jika tambang ini
21
runtuh maka terkuburlah
semua orang yang ada di dalam sana[32].
Perkembangan pertambangan di Gunung Pongkor ditandai dengan masuknya salah satu
perusahaan milik negara PT Antam (Aneka Tambang) pada tahun 1974, yang membuat
para pemuda semakin tergiur untuk jadi penambang.
Kisah
Sobrat juga tidak jauh berbeda dengan keadaan aslinya yaitu, sebagian besar
pemuda tergiur dengan hasil emas dan berharap menjadi kaya dengan cepat. Karena
hasil yang instan pula maka pemikiran yang mereka bentuk menjadi instat. Sangat
disayangkan kalau uang jutaan rupiah yang mereka dapatkan dari hasil menambang
dan mempertaruhkan nyawa mereka habis untuk senang-senang. Ini sangat jelas di
gambarkan dalam drama Sobrat, uang hasil penambangan dihabiskan untuk judi dan
biti-biti.
Dalam
kehidupan nyata tidak jauh berbeda terlebih lagi setelah kejadian pada
kenyataannya. 2.000
gurandil yang dipimpin beberapa jawara Banten menyerang beberapa rumah penduduk
Kampung Cihiris dan Kampung Jangkar, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor. Seorang warga setempat tewas, sementara puluhan rumah, warung,
dan mobil terbakar. Amuk jawara itu rentetan dari peristiwa sebelumnya di akhir
Mei. Sejumlah warga asli Kampung Cihiris membakar warung-warung milik
pendatang, terutama dari Banten, yang menjamur di kawasan penambangan emas
liar. Mereka terganggu oleh pelacuran dan kebiasaan minum minuman keras yang
dilakukan pendatang di warung-warung itu.[33]
Kehidupan diatas sangat ingin di
angkat oleh Arthur S. Nalan dalam drama Sobratnya. Dalam adegan sobat memiliki
kasus yang sama yaitu tentang pelacuran dan kebiasaan minum-minuman keras.
Mungkin disana berjudi adalah hal yang wajar karena judi merupakan permainan
pelengkap disaat semua kegiatan tersebut terlaksana. Di angkat kehidupan sosial
di gunung Pongkor ke dalam versi drama Sobrat yang berada di penambangan emas
daerah Tapanuli Utara.
22
Salmah : (SEMAKIN HISTERIS) Aku tidak malu, Mandor! Kenapa harus malu! Aku memang berlaki, tapi
lakiku orang miskin, kuli kontrak juga. Aku dikasihkan pada siapa saja yang mau
seperti anjing! Aku terpaksa berlaki dia karena aku orang kontrak. Aku suka ke
Bandar karena aku ingin emas![34]
Begitulah
keadaan sosial yang ingin digambarkan oleh Arthur S. Nalan, sisi lain dari
kebutuhan perekonomian dan juga kebutuhan biologis. Di mana para penduduk asli
daerah tersebut mendekati bahkan menjadi simpanan oleh para penambang emas dari
luar daerah atau bos-bos yang kaya.
Tetapi jika dilihat dari kisah
salah satu penambang yang sukses contohnya Ndya Hidayat[35]
salah seorang penambang terkaya di desa Malasari. Uang yang dihasilkan ditabung
dan dijadikan modah usaha kembali dengan merawat sawah-sawah miliknya, dan
tetap menambang sehingga ia menjadi salah satu bos disana ia bisa membangun
rumah dengan uang Rp 600 juta. Kisah lainya adalah banyak yang putus sekolah
karena tergiur akan keuntungan dari hasil menambang.
Dampak penambangan adalah pada
lingkungan yang dikeluhkan masyarakat sekarang yaitu kekuarangan air bersih
karena dicemari oleh PT Antam. Sungai
Cikaniki tercemar merkuri hasil buangan para pengolah emas (gelundungan) Gunung
Pongkor. Beberapa rumah gelundungan bisa dengan mudah dilihat di sepanjang
bantaran Sungai Cikaniki. Sebuah mesin penggiling berfungsi untuk menghancurkan
tanah menjadi butiran halus pasir tanah. Air raksa dipakai sebagai campuran yg
berfungsi memisahkan tanah yg sudah menjadi butiran tanah halus dengan butiran
emas.[36]
Ternyata
dari sisa peninggalan goa-goa tersebut memiliki wisata yang sangat menarik
yaitu wisata goa tambang emas Pongkor.
Terdapat di Sorongan, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung. Wisata ini dikelola
oleh PT Aneka Tambang. Wisata ini mulai dipersiapkan karena 23
23
tambang emas dan perak yang dikelola PT Aneka
Tambang tersebut sudah akan habis, yakni diperkirakan pada tahun 2019.
Wakil Presiden untuk CSR (Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan), Sumber Daya Manusia, dan Keuangan di Unit Bisnis
Pertambangan Emas PT Aneka Tambang (Antam) Carry Mumbunan, mengungkapkan hal
itu di Bantar Karet.[37]
Walau dulunya Gunung Pongkor
terkenal akan emasnya sekarang jauh berbeda, Perusahaan PT Aneka Tambang
(Antam) dan Panas Bumi yang dikelola oleh PT Chevron Geothermal[38]
sangat makmur sekali merauk keuntungan yang dihasilkan oleh gunung tersebut.
Tetapi sekarang warganya hanya merana dalam kemiskinan. Dana subsidi yang di
berikan oleh kedua PT tersebut seperti sangat kurang dan jumlahnya sedikit,
jika dibandingkan keuntungan yang diperoleh hingga Rp 98 miliar.
Penjelasan Daerah Tapanuli
Pada naskah drama sobrat kita dapat
kesimpulan yang dimaksud pulau sebrang disini adalah Tapanuli Sumatra Utara.
Kita dapatkan dari kesenian daerah yang disebutkan oleh Inang Honar dan Bromo
yaitu Marsurangut. Sebuah kesenian bela diri dari Tapanuli Sumarta Utara.
INANG HONAR: Kamu luar biasa. Permainan Dogong
memang permainan lelaki. Hanya lelaki kuatlah yang bisa main Dogong. Di tempat
asalku permainan semacam ini disebut masurangut . Kalau kalian ikut aku, kalian
akan memiliki banyak uang seperti ini. (Memberi uang pada Sobrat) persenan ini
untukmu, terimalah! Ingat, itu hanya beberapa benggol. Kalau kamu mau, kamu
bisa dapat lebih banyak![39]
24
Setelah itu ada perkataan Bromo juga yang memperkuat
bahwa latar sobrat ini di daerah Tapanuli Sumatra Utara.
BROMO :
Oh, didaerahku namanya Patol, kalau di daerah sini, namanya masurangut
(Terkekeh) bagus kalau begitu, kamu jagoan juga. Artinya, aku dapat kawan.[40]
Setelah itu daerah tapanuli ini mengambil dua latar
yaitu Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Didapat dari percakapan mandor.
MANDOR BURIK:
Maaf mandor, yang ngurus di Selatan bukan rimbun, tapi Sitinjak, orangnya
sangar meski perempuan. dia orang pribumi, Mandor.
MANDOR BOKOP:
Ya, tapi Sitinjak kan di bawah Rimbun, sama saja. kalau mandor utara dan
selatan berantem lagi gara-gara kuli wanita, tuan Balar dan uan Brur tak
segan-segan memecat kia. Aku tak mau kehilangan pangkat mandorku! (lebih lunak)
coba usahakan, Birah! Ingat rombongan pedagang itu adalah duit-duit, Birah!
Duit! Pemasukan buat kita![41]
Tidak
salah lagi daerah Tapanuli ini memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah.
Terlebih lagi pada Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Banyak perusahaan
besar yang ingin
menjadi pengelolanya. Contohnya PT. Agincourt
yang mengelola memberikan saham kepada
· PEMERINTAHAN
DAERAH TAPANULI SELATAN memiliki Saham 3,5%.
· Pemerintah
Sumatera Utara 1.5%
· PT. Aneka
Tambang 10%
· Sedangkan PT.
Agincourt Resource mencapai 85%.[42]
Di Pongkor
intensitas penambangan difokuskan kepada rehabilitasi gunung dan juga
mempersiapkan
Pongkor menjadi Wisata penambangan.
Berbeda dengan di Tapanuli banyak perusahaan yang besar ingin menambang disana
contoh lainya G-Resources Group Ltd dari Hongkong. Tetapi sistem pertambangan
di Indonesia ini semua diatur dan ada kerjasama dengan PT Aneka Tambang.
25
Di Tapanuli terbagi menjadi tiga
bagian penting yaitu Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya dan Kawasan Prioritas.
Petrambangan sendiri masuk kedalam kawasan budidaya.[43]
Terdapat 9 daerah galian di tapanuli selatan yang berjumlah 50 sumur pada
daerah tapanuli Selatan.
Alasan utama mengapa Arthur S.
Nalan mengambil lokasi Penambangan di Tapanuli adalah pada saat itu penambangan
di daerah Tapanuli terkenal kejam. Terlihat oleh para mandor-mandor pada
karakter drama sobrat. Jika kita melihat dari sejarah yang sebenarnya pada
zaman kolonial Belanda, sungguh kejam perbuatan mereka kepada para kuli kontrak
di Tapanuli. Sehingga sebuah surat kabar yang terkenal pada tahun 1916 Benih Merdeka mengeluarkan tulisan
tentang penderitaan mereka selama berkerja sebagai kuli kontrak di sana.[44]
3.
Hubungan antara Tenaga Kerja
Indonesia dan Drama Sobrat
Drama Sobrat ini sangat menarik
sekali, karena menjadi pemenang naskah drama pilihan Dewan Kesenia Jakarta
(DKJ) tahun 2003. Jika di analisis dengan kejadian yang sebenarnya di
Indonesia. TKI pada saat itu sedang gencar-gancarnya di promosikan oleh Indonesia
ke luar negeri. Banyak sekali kisah sukses mereka berkerja keluar negeri,
tetapi tidak jarang nasib buruk datang menimpa mereka juga.
Begitu banyak
bermunculan inang-inang dimana-mana mencari pekerja untuk pergi menjadi TKI.
Sempat di kisahkan disini sangat mirip dengan keadaan Indonesia yang seperti
itu. Tak jarang para warga Indonesia menggunakan jasa mereka dengan kerjasama
tertentu agar dapat pergi keluar negeri. Jika mereka sukses mereka akan kembali
lagi menggunakan jasa dari si inang tersebut. Tetapi ketika kemalangan
menerjang, mandorlah yang akan mereka tuntut. Mandor TKI biasanya sudah
berpengalaman, bahkan sebelum menjadi mandor ia merasakan enak dan tidak
enaknya menjadi TKI, karena komunikasi dan pintar membunjuk akhirnya
26
menjadi mandor, dengan sedikit
usaha dan iming-iming dapat duit yang lumayan dari hasil kerja orang lain. Hal
ini tergambar dalam drama Sobrat.
TKI sampai saat ini masih terus
berkembang, hal ini disebabkan karena TKI merupakan sumber devisa negara terbesar, yaitu seringnya
melakuakn kegiatan transnasional yang tentunya membutuhkan visa dan surat
perizinan. Dalam politik masa kini tugas duta besar negara Indonesia bukan lagi
mengurus urusan antar negara, tetapi
sudah merebut tugas dari lembaga lain yaitu pegawai imigrasi. Berita ini
sering kali di bahas di MPR. Sebuah tugas lembaga negara yang saling menindas
karena tergiur akan uang yang besar.[45]
Tidak semua tenaga kerja Indonesia
kompeten dalam bekerja. Jika di bayangkan mengapa terkadang TKI/TKW di luar
negri di hukum ? Karena tenaga kerja Indonesia masih kurang terstandarisasi,
bahkan ada beberapa yang bermodalkan nekat dengan menggunakan visa palsu dan
menyebrang dari batam ke Malaysia. Sama halnya dengan para penambang emas,
segala sesuatu memiliki resiko. Semakin menggiurkan sebuah pekerjaan semakin
tinggi pula resiko dan tantangan yang dihadapi.
Awal Juni 2002, 20 orang yang
berasal dari berbagai kota di Indonesia, yang bekerja sebagai pembantu rumah
tangga di Singapura melarikan diri dari rumah majikan mereka. Mereka meminta
perlindungan ke Kedutaan Besar RI di Singapura karena dianiaya, diperkosa dan
mendapat ancaman perkosaan.
Kebanyakan para pekerja migran ini
tidak paham hak dan kewajibannya. Kenyataan yang mereka hadapi sangat berbeda
dengan gambaran yang mereka peroleh dari PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia) sebelum diberangkatkan ke Singapura. Mereka “memiliki dua
“musuh” yakni majikan dan perusahaan pengerah tenaga kerja.” [46]
Perbudakan dari zaman penjajahan
sampai sekarang tidak begitu berbeda. Inilah nilai lebih dari drama Sobrat
karya Arthur S. Nalan walaupun berlatar cerita zaman penjajahan tetapi menjadi
sebuah kritikan untuk zaman sekarang ini mengenai TKI.
27
4.
Sobrat dan Tokoh-tokohnya
Pada drama Sobrat ada satu karakter
yang menarik yaitu mongkleng, Mongkleng adalah sebuah Awal dari naskah sobrat
yang tadinya berjudul Kulit Pecah.
Isinya tentang pecahnya kepribadian tokoh utamanya. Dimana ia adalah
kepribadian yang jahatnya. Mongkleng datang dari diri seseorang (Sobrat) yang
merupakan konflik batin antara kebenaran dan kesalahan. Perhatikan pada bagian
ke tiga, mongkleng sangat senang sekali dengan perbuatan Sobrat yang jahat.
Oleh karena itu kita bisa sebut mongkleng ini hawanafsu. Pada bagian terakhir
dari drama ini mongkleng sendiri yang mengatakan bahwa dialah hawa nafsu.
Mongkleng pun hadir agar diri Sobrat kuat dalam mengambil keputusan untuk pergi
dari kampungnya ke tanah sebrang.
Mongkleng pergi meninggalkan Sobrat
(bagian terakhir) karena Sobrat sendiri sudah tidak bernafsu seperti pada waktu
dulu, yang membuat jin iprit tertarik salah satunya adalah dengan melakukan
perjanjian kepadanya. Mongkleng meninggalkan Sobrat ketika ia dalam keadaan
bisu dan tuli (coba lihat pada bagian 18 yang ada diatas). Akhir cerita ini memberikan sebuah
pertanyaan, mengapa mongkleng pergi ? karena Sobrat sendiri sudah sadar apa
yang ia lakukan adalah kesalan dalam hidup dan biasanya ia lebih memilih
kembali ke jalan yang benar (sadar/menyesal).
Sobrat berasal dari kampung lisung.
Dalam bahasa Sunda arti lisung adalah “alu” yang didalam kamus besar Bahasa
Indonesia berarti alat untuk menumbuk padi dsb yang dibuat dari kayu.[47] Yang dimaksud desa lisung yaitu Desa Cibolerang
Cinunuk Bandung. Karena Sobrat memiliki keterampilan beladiri yang disebut “DOGONG”.
Dogong adalah suatu permainan saling mendorong dengan mempergunakan alu (kayu
alat penumbuk padi). Dari Dogong berkembang menjadi “SEREDAN” yang mempunyai
arti permainan saling mendesak tanpa alat, yang kalah dikeluarkan dari arena
(lapangan); kemudian dari Seredan berubah menjadi adu mundur, ini masih saling
mendesak untuk mendesak lawan dari dalam arena permainan tanpa alat,
memdorong lawan dengan pundak, tidak diperkenankan menggunakan tangan,
karena dalam permainan ini pelanggaran sering terjadi terutama bila
pemain hampir terdesak keluar arena. Dengan seringnya pelanggaran dilakukan
maka permainan adu mundur digantikan
28
oleh permainan adu munding. [48]
Desa Cibolerang sendiri memiliki potensi wisata yang sangat menarik (dengan
berbagai kebudayaannya) menjadi perhatian untuk terus dikembangkan oleh
pemerintahan pusat maupun daerah.[49]
Mungkin inilah yang membuat seorang Arthur S. Nalan melahirkan tokoh Sobrat
dari desa ini. Karena yang sangat mendominasi sukunya adalah Sunda.
Bromo adalah pesan yang sangat
penting didalam drama Sobrat ini. Yang terlihat pada adegan drama dibawah ini.
SOBRAT : Tak apalah, Wak.
Dunia Wak memang di sini. Tapi aku ingin menghadiahkan ini pada Wak… (Berdiri
mendekat) ini untuk Wak, biar orang takut saja! (tertawa).
BROMO BERDIRI SESAAT
MENGENAKAN MAHKOA BABI HUTAN YANG DIBANTU SOBRA DAN LAMPOK. LAMPOK TAMPAK
BAHAGIA, SOBRAT DAN BROMO BERPELUKAN SEPERTI AYAH DAN ANAK.
BROMO :
Pulanglah, nak. Memang kamu harus pulang. Biarkan aku di sini dalam duniaku.
Tanah jawa sebenarnya kaya raya, hanya aku saja yang lupa. Kamu jangan, sekali
lagi jangan. (PADA DOYONG DAN SAMOLO) kalian pulanglah juga! Jangan pernah lupa
Jawa, jangan pernah lupa kampung halaman kalian, pulanglah![50]
Terlihat diatas bahwa sesungguhnya Arthur S. Nalan tidak menyarankan kita
untuk bekerja ditambang. Karena memang beresiko tinggi apa lagi menjadi
penambang liar (PETI). Sebagai saran dari seorang Arthur S. Nalan, sebenarnya
tanah Jawa sendiri memiliki kekayaan yang kaya raya, bisa kita ambil tanah Jawa
memiliki kesuburan tanah yang paling tinggi. Dimana saja bisa ditanam di tanah
Jawa ini. Tidak seperti kepulauan yang lain, oleh karena itu masih banyak
pekerjaan yang tidak menandung resiko berbahaya, hanya kita saja mencoba
berkreatif dan inovatif.
29
Tokoh bromo ini selalu menjadikan ajang perjudiannya seperti kisah
pandawa. Bromo ingin sekali menjadi yudistira dan putradewa, berjudi karena
derma. Derma yang dimaksud di cerita ini adalah hukuman yang wajib di jalankan
oleh pandawa karena mempertaruhkan ia sebagai budak dan harus melayani kurawa
sebagai majikan. Jadi bromo menganggap judi itu wajib, bahkan dari zaman
kerajaan dulu hingga sekarang judi tetap hidup di dalam masyarakat dan
Kebanyakan laki-laki yang berjudi. Mengutip dati kata bromo, “Cuma ada yang
takut dan ada yang berani” saat yudistira mempertaruhkan segalanya, awalnya
takut karena tetapi karena pancingan dari kurawa membuat khilaf, dan semuanya
habis di meja judi. Di dalam kehidupan sama seperti meja judi harus ada yang
dipertaruhkan agar mendapatkan keuntungan. Ketika keberuntungan tidak berpihak
kepada kita maka apa yang kita pertaruhkan hilang semua. Semua itu dilakukan
oleh laki-laki karena laki-laki adalah seorang pemimpin dan semua dipertaruhkan
oleh pemimpin itu, apapun bentuknya. Inilah yang diambil dari kisah perjudian
yang dilakukan Bromo. Yang terpenting adalah darma (kewajiban) jalan lapang
menuju sejatinya cita-cita dalam pencarian manusia, yaitu mendapatkan kasih
sayang yang abadi dari Pencipta Yang Maha Asih.[51]
Rasminah adalah seseorang yang beradat Jawa tepatnya berasal dari caruban
karena pada bagian akhir mereka berdua kembali ke Caruban berharap Ayah
Rasminah masih hidup pada bagian ke tujuh belas dan waktu perkenalan mereka
berdua pada bagian keempat. Sisi kebudayaan yang ingin disampaikan oleh Arthur
S. Nalan adalah ketika salma berbicara dibawah ini.
SALMAH :
(HISTERIS) Mereka semua… mau tidur dengan para mandor…. Dengan kawan-kawan tuan
Balar, orang sipit, tauke-tauke(majikan, yang mempunyai perusahaan, kepala
pekerja, dsb) dari kantor Kongsi (pada Sobrat) kamu tidak tahu kalau Rasminah
baru saja dijadikan nyai, apa itu adat Jawa? Apa tidak kapiran(sia-sia) ?[52]
30
Tokoh Rasminah, Arthur S. Nalan ingin mengkritik dan menampilkan kekayaan
daerah yang ada di Indonesia. Tetapi sebuah adat bisa bertentangan dengan dunia
nyata dimana seorang Jawa tidak biasanya menjadi istri simpanan. Kata “nyai”
merupakan istilah waktu zaman penjajahan dimana konotasinya merupakan istri
simpanan bagi orang-orang Belanda dan orang-orang Beruang seperti yang terjadi
diatas.
Inang Honar adalah seorang perempuan dari Sumatra Utara merantau ke
daerah Jawa untuk mencari kuli kontrak, ia bertugas mencari kuli-kuli yang
berpotensial. Ia begitu akrab dengan Ngabihi kepala desa kampung lisung.
Ngabihi pula yang menjadikan Iloh sebagai istrinya yang ke limanya. Iloh
sendiri sebenarnya adalah pacar Sobrat. Begitu dekatnya Inang Honar
sampai-sampai disambut oleh Ngabihi dengan diadakannya pertandingan “dogong”.
Inang honar sangat tertarik kepada Sobrat yang jago dongong yang merupakan
pemuda yang tangguh dan kekar. Pada bagian keempat betapa dilindungi si Sobrat
oleh Inang Honar, pada saat Sobrat menolong Rasminah dari tangan nakoda.
Arthur S. Nalan ingin membuat sebuah tokoh yang sangat bervariasi tidak
hanya orang Jawa apa lagi mengangkat sukunya sendiri walau karakter Inang Honar
adalah penipu.
Sobrat : Ternyata Inang Honar berbohong,
Wak. Katanya hanya dengan orek-orek tanah, biji emas sebesar biji salak bisa
didapat dengan mudah. Nyatanya, sudah seharian tak ada emas sebutir kacang pun
yang kutemukan!
Bromo : Semakin terkekeh senang
Sobrat : Apa begitu kerjaan Inang?
Bromo : Inang Honar itu anak Inang Bukat,
orang yang membawaku ke bukit Kemilau ini (terkekeh) mereka keluarga pencari
kuli, terutama ke tanah Jawa!
Tetapi kekayaan kebudayaan Indonesia masih sangat banyak dan memiliki
sifat yang khas dalam tiap kebudayaan. "Jejak sandiwara
rakyat dan kandungan etnografi dalam Sobrat
31
begitu kental," Hal ini sendiri disambut oleh W.S. Rendra
yang ikut dalam pementasan drama Sobrat di Graha
Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta.[54]
Kesimpulan
1. Pada
akhirnya suatu kesimpulan dari semua sumber yang ada. Inti dari drama Sobrat
ini adalah Jamal dengan kisah melakukan perjanjian dengan jin dan berjudi,
Gunung Pongkor dengan kisah para kulinya yang diwakili oleh Penambangan di
Tapanuli pada drama Sobrat dan juga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) sebuah
transformasi dari perbudakan dimasa lalu. Semua ini bertujuan satu hal yaitu
kekayaan. Dimana berbagai cara dan jalan apapun ditempuh untuk menjadi kaya.
Itulah inti dari cerita Sobrat sebuah catatan gelap.
2. Mengangkat
nilai kebudayaan yang ada seperti benjang “Dogong” dari Cibolerang Cinunuk Bandung, di
daerah Tapanuli (Sumut) disebut Marsurangut, di
daerah Jawa Timur disebut Patol. Tiga kebudayaan ini sudah sangat jarang
sekali dibahas maka bagi Arthur S. Nalan menyisipkan semua budaya tersebut
menjadi sebuah drama merupakan proses yang tidak mudah dan gampang. Hingga ia
mermelukan sebuah ketenangan dan hampir selama satu tahun ia mengerjakan drama
tersebut. Kebudayaan-kebudayaan ini yang tersirat dan tersurat didalam drama
Sobrat memang pantas mendapatkan penghargaan dan juara pertama dari Dewan
Kesenian Jakarta 2003. Sebuah drama yang di dramatisir sedemikian rupa menjadi
sangat menarik bagi siapapun yang menontonnya.
Mengapa ia menjadi pemenang?
Kelebihan drama ini masalah yang
ada didalam drama ini dari cerita masalalu tentang perbudakan oleh belanda
sekarangpun tidak jauh beda yaitu sekarang lebih dikenal TKI. Sebuah permasalah
yang tidak ada habisnya dan berkembang serta berubah namanya saja. Kekuatan
dari drama ini terletak pada berbagai keanekaragaman kebudayaan yang ada
didalam drama Sobrat ini. Yang menjadikan suatu konflik unik. Ditambah lagi
dengan cerita mistisnya. Cerita yang membuat kita berimajinasi yang tidak ada
standarisasi didalamnya. Seorang penyair bisa
32
membawakan lakon didalam drama Sobrat ini, akhirnya
menghasilkan sastra teater. Memiliki cerita yang kuat pada cerita aslinya
didalam kehidupan nyata. Dari Arthur S. Nalan sudah memiliki modal yang kuat
yaitu teknik menuliskan drama yang sangat baik terlihat dari pendidikan yang
sudah dijalaninya.
BAB III
PENUTUP
1.3
Simpulan
1. Pendekatan
Ekspresif. Inti dari drama Sobrat ini adalah Jamal dengan kisah melakukan
perjanjian dengan jin dan berjudi, Gunung Pongkor dengan kisah para kulinya
yang diwakili oleh Penambangan di Tapanuli pada drama Sobrat dan juga TKI
(Tenaga Kerja Indonesia) sebuah transformasi dari perbudakan dimasa lalu. Semua
ini bertujuan satu hal yaitu kekayaan. Dimana berbagai cara dan jalan apapun
ditempuh untuk menjadi kaya. Itulah inti dari cerita Sobrat sebuah catatan
gelap.
2. Pendekatan
Mimetik. Mengangkat nilai kebudayaan yang ada seperti benjang “Dogong” dari Cibolerang
Cinunuk Bandung, di daerah Tapanuli (Sumut) disebut Marsurangut, di daerah Jawa Timur disebut Patol. Tujuan hidup
dari tokoh-tokoh drama Sobrat. Kekayaan nasihat yang sangat penting didalam
tokoh-tokoh drama Sobrat. Permasalahan perjudian yang dari zaman dulu hingga
sekarang tidak pernah hilang dalam kisah pandawa dan kurawa. Sobrat berasal
dari desa Cibolerang Cinunuk Bandung. Lembah kemilau di daerah Tapanuli.
Bromo berasal dari Jawa Timur. Rasminah
dari Caruban. Semua yang disebutkan diatas terdapat di dunia nyata.
3. Kelebihan
dari Drama Sobrat ini ada tiga, yaitu:
·
Cerita yang
membuat kita berimajinasi dengan bebas tanpa terikat.
·
Para
tokoh-tokoh yang memiliki watak dan cirri khas budaya tertentu.
·
Memiliki
keterkaitan yang erat dengan cerita yang nyata
33
[1]
Peni Adji, Endang , Rahmanto, Drama (Jakarta, 2000) hal. 1.3
[2] Dewan Redaksi
Ensiklopedia Sastra Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia(Edisi
Revisi) (Jakarta,2009) , hal.279
[3]
Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk
Perguruan Tinggi) (Depok2002), hal. 99
3
[4]
Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan
Tinggi), 2003, hal. 100
[5] ibid
[6] ibid
[8] ibid
[9] ibid
[10] ibid
[11] ibid
[13]
Jakob Sumardjo, Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal) (Yogyakarta,
2004) hal. 121
[14]
Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan
Tinggi), 2003, hal. 111-114
[15] ibid
[16] ibid
[17] ibid
[18]
Ibid
[19] ibid
[20]
Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan
Tinggi), 2003, hal.106-108
[21] ibid
[22] ibid
[24]Nurdin Kalim, diakses melalui http://majalah.tempointeraktif.com/mbm.20050627.TER115787.id.html,2005,
pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 19.45
[27]
Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) hal. xv
[28]
Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 10 hal 73
[29]
Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 18 hal. 109 -
111
[30]Nalan,
Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) hal. 471
[31] Sunarya, Asep.,Diakses melalui http://dir.groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/11536?var=1 pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 20:00
[33] M. Nugroho, Darmawan Sepriyossa,
“PONGKOR: GEMERINCING EMAS, KEMURAMAN SOSIAL , 1999, diakses dari http://majalah.tempointeraktif.com/mbm.19990705.SEL98010.id.html#, diakses pada tanggal 10 mei 2012 pukul 20.00
[34]
Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 8 hal 61
[35] Ikhsan Raharjo, Petani Terakhir Gunung Pongkor, di akses dari http://kbr68h.com/saga/77-saga/21692-petani-terakhir-gunung-Pongkor, pada tanggal 11 Mei 2012 pukul 7:52:12 AM
[36]
Ali Mahmud, “Dampak penambangan emas terhadap lingkungan” Media Indonesia
2/26/2000. Diakses pada tanggal 9 Mei 2012 pukul 16.45
[37]
Orin Basuki dan Agus Mulyadi, diakses dari http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/1325/Kemilau.Emas, pada tanggal
11 Mei 2012 pukul 19:03
[38]
Trihartanto, diakses dari http://info-bogorbarat.blogspot.com/2010/07/pad-bogor-barat-bisa-kalahkan-kabupaten.html
, pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 16:03
[39]
Nalan, Arthur S., “Sobrat”
dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama,
(Jakarta,2005) hal. xv Bagian 2 hal 9
[40]
Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 7 hal 46
[41]
Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 12 hal 81
[42] Maharuddin
simbolon, di akses http://komunitasmarancar.blogspot.com/2009/05/harta-karun-tambang-emas-di-tapanuli.html , Harta
Karun-Tambang Emas di Tapanuli Selatan, pada tanggal 3 Mei 2012 pukul 21:55
[44]
Hirman, http://akhirmh.blogspot.com/ pada tanggal 11 Mei 2012 pukul
21:30
[45] Gamari,
dalam Seminar “Empat Pilar Kebangsaan” di Universitas Serang Raya Falkutas
Fisip, 15 maret 2012.
[47]
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Inodnesia (edisi keempat),hal.
45
[50]
Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 14 hal 95
[51]
Irma mawaddah, diakses http://baltyra.com/2012/04/12/masa-kanak-kanak-pandawa,pada
tanggal 1 Mei 2012 pukul 17:30
[52]
Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 8 hal 61
[53] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo
Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005)
Bagian 7 hal 49-50
[54]Nurdin
Kalim, http://majalah.tempointeraktif.com/mbm.20050627.TER115787.id.html
tahun 27 Juni 2005, diunduh pada tanggal 02 Mei 2012 pukul
18:45
Buat yang berada di perantauan Yang Butuh Modal Usaha Atau Punya Utang Banyak,Minat Lewat Pesugihan Tanpa Tumbal Di jamin Aman Dunia Akhirat (Halal) ,telpon saja Ki Soleh Pati.
BalasHapus(((PESUGIHAN PUTIH UANG NYATA DARI ALAM GAIB DAN NIKAH SIRIH WANITA CANTIK JIN MUSLIM)))
Pengajar: Ki Soleh Pati.
Hp. 085 289 336 667.
Pesantren al-hikmah
Besuki-situbondo-jawa timur.
Jika anda mau ritual dirumah tanpa datang kepesantren.
Syarat -syarat.
-beli kain putih dan semprot dengan parfum.maka jin wanita akan siap membawa uang milyaran atau ratusan juta.
—PESUGIHAN PUTIH DANA BAROKAH.AMAN DUNIA AKHIRAT TANPA TUMBAL.
Cukup anda menyembelih hewan kambing sbg sesajen putih.anda akan dibawakan uang melimpah sama jin muslim.
-NIKAH SIRIH SAMA WANITA MENAWAN SAMA JIN MUSLIM.
Dengan menikahi jin muslim anda akan dibantu mencari perantara uang cepat kilat dan jin ini bisa berubah wujud desuai yang diinginkan sang suami/bisa seperti artis idola.
(( Jika kambing dapat uang seratus juta dan jika sapi akan dapat 1-5 milyar lebih))
Buktikan dan kami yakin anda akan bisa dan akan dapat uang melimpah dalam satu malam .
Ini nyata dan terbukti.silahkan anda ritual malam ini dengan bimbingan jarak jauh via telpon di :
085 289 336 667.
Pengajar:Ki Soleh Pati.
Hp. 085 289 336 667
Desa silobanteng-besuki-situbondo-jawa timur.