Jumat, 15 Maret 2013

Apresiasi Drama: Drama Sobrat Karya Arthur S. Nalan. Menggunakan Pendekatan Mimetik dan Ekspresif


Apresiasi Drama I: Drama Sobrat Karya Arthur S. Nalan.
Menggunakan Pendekatan Mimetik dan Ekspresif

1.2.1    Pengertian Drama
Secara etimologi kata drama berasal dari kata dran (Bahasa Yunani) yang menyiratkan makna to do atau to act (Baranger, 1994:4) alias ‘perbuatan’,’tindakan’.[1] Jika dibandingan dengan referensi yang lain asal kata drama cukup beragam, salah satunya menuliskan bahwa kata drama berasal dari kata drame (Bahasa Perancis) yang digunakan untuk menjelaskan lakon-lakon tentang kehidupan kelas menengah (Harmswortdalam Soemanto, 2001). Para ahli memberikan definisi kata drama berbeda-beda, namun pada intinya mempunyai maksud yang sama.
Secara terminologi drama dapat berarti (1) karya tulis untuk teather; (2) setiap situasi yang mempunyai konflik dan penyelesaian cerita (resolusion); (3) jenis sastra berbentuk dialog, yang biasanya untuk dipertunjukkan di atas pentas.[2] Drama pun diartikan adalah sebuah karya sastra yang berisikan tentang cerita konflik manusia yang dikemas dalam bentuk dialog dengan gerak-gerik yang disusun dengan tujuan untuk diproyeksikan pada pentas sebagai pertunjukan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa drama adalah salah satu genre (jenis) sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan.

1.2.2    Perkembangan Drama dan Asal Usul Drama di Indonesia
Sebagai istilah, ‘drama’ dan ‘teater’ ini datang atau kita pinjam dari khazanah kebudayaan Barat. Secara lebih khusus asal kedua istilah ini adalah dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Pada awalnya, di Yunani ini, baik ‘drama’ maupun ‘teater’ muncul dari rangkaian upacara keagamaan, suatu ritual pemujaan terhadap para dewa.[3]

4
Pada masa awal pertumbuhannya di Barat, sebagai bentuk upacara agama, drama dilaksanakan di lapangan terbuka. Para penonton duduk melingkar atau membentuk setengah lingkaran, sedangkan upacara di lakukan di tengah lingkaran tersebut. Sementara pada teater di Yunani khususnya, tempat penonton berada membentuk setengah lingkaran yang semakin beasar radiusnya, semakin tinggi tempat duduk penonton bersangkutan. Bentuk seperti ini dikenal sebagai amphitheater, yang dibuat sedemikian rupa itu pada zamannya, sesuai dengan sifat drama dan merupakan suatu penyiasatan terhadap mutu suara maupun pandangan penonton yang masih belum terbantu oleh penemuan oleh penemuan teknologi pandang-dengar (audio-visual), seperti sekarang ini.[4]
Perkembangan drama, pada gilirannya kemudian, memperlihatkan adanya pergeseran dari ritual keagamaan menuju kepada suatu oratoria, suatu seni berbicara yang mempertimbangkan intonasi untuk mendapatkan efektivitas komunikasi. Dari oratoria ini, kemudian perkembangan memperlihatkan adanya dua kecenderungan besar. Di satu pihak, ada kecenderungan oratoria yang sarat dengan music sebagai elemen utamanya, yang hingga kini kita kenal dengan opera dan operet, dan pihak lain muncul pula bentuk oratoria yang hanya mengandalkan cakapan atau dialog sebagai elemen utama seperti yang kini kita kenal sebagai drama.[5]
Dan sudah barang tentu, bentuk teater mengalami perkembangan pula sejajar dengan perkembangan drama dan perkembangan teknologi pandang-dengar yang ada.[6]
Di Indonesia pementasan drama baru dimulai abad ke-20, sebelumnya tidak menggunakan teks dalam pementasan drama yang dikenal sebagai teater tadisional. Dalam hal ini harus dibedakan penggunaan kata drama dan teater. Dalam pengertiannya yang paling umum drama adalah setiap karya yang dibuat untuk pementasan di atas panggung oleh para aktor yang menggambarkan kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dengan gerak dan laku. Sementara teater adalah adalah sebuah istilah lain untuk drama dalam pengertian yang lebih luas, termasuk pentas, penonton, dan gedung pertunjukan. Menurut Elam (1984:2) drama dipergunakan untuk penyebutan pementasan drama yang menggunakan
5
naskah, sementara kata teater dipergunakan lebih luas termasuk untuk pementasan drama tanpa naskah seperti pada teater tadisional, maupun pementasan yang menggunakan naskah seperti dalam drama Indonesia modern. Adapun pendapat lain yang menyamakan penggunakan drama dan teater.[7]
Ditinjau dari kelahirannya drama tradisional dibagi menjadi dua macam, drama tinggi (bangsawan) dan drama rendah (rakyat). Drama tinggi ini dikategorisasikan sebagai drama
klasik, sementara drama rendah dinenal sebagai teater rakyat. Dalam perkembangannya, pada abad pertengahan di Eropa dikenal berbagai tontonan yang dipertunjukan khusus untuk golongan bangsawan, sedangkan sebagian lagi di tempat-tempat umum di mana khalayak ramai dapat ikut, ternyata hal semacam itu terjadi juga di Indonesia.[8]
Menurut Sumardjo (1992: 16-38) teater tradisional di Indonesia juga di awali dengan munculnya teater klasikyang berkembang di istana dan teater rakyat yang berkembang di pedesaan. Teater klasik (teater keraton) bermula ketika system monarki pada zaman Hindu-Budha (sekitar tahun 400 Masehi) dan Islam (sekitar akhir abad ke-13); sedangkan teater rakyat munculnya sulit diketahui karena tak ada tentangnya.[9]
Jenis teater klasik terbatas, dan berawal dari teater boneka dan wayang orang.  Teater boneka sudah dikenal sejak zaman prasejarah Indonesia (400 Masehi), teater klasik sarat dengan aturan-aturan baku, membutuhkan persiapan dan latihan suntuk, membutuhkan referensi pengetahuan, dan nilai artistik sebagai ukuran utamanya.[10]
Teater rakyat lahir dari spontanitas kehidupan masyarakat pedesaan, jauh lebih longgar aturannya dan cukup banyak jenisnya. Teater rakyat diawali dengan teater tutur, misalnya Kentrung di Bayumas, Pantun Sunda di Jawa Barat, dan lain sebagainya. Pertunjukannya berbentuk cerita yang dibacakan, dinyayikan dengan tabuhan sederhana, dan dipertunjukkan ditempat sederhana pula. Teater tutur berkembang menjadi teater rakyat dan terdapat di seluruh Indonesia dari Aceh sampai Irian. Meskipun jenis teater rakyat cukup banyak, umumnya cara pementasannya sama, sederhana, perlengkapannya disesuaikandengan tempat bermainnya, terjadi kontak antara pemain dan penonton, serta diawali dengan tambuhan dan
6
tarian sederhana. Dalam pementasannya diselingi dagelan secara spontan yang berisi kritikan dan sindiran. Waktu pementasannya tergantung respons penonton, bisa empat jam atau sampai larut malam.[11]
1.2.3   Perkembangan Drama Di Indonesia
Seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, drama mempunyai 2 dimensi, yaitu: dimensi sebagai teks satra, dan dimensi sebagai seni pertunjukkan. Konsekuensinya dalam pemaparan perkembangan drama di Indonesia pun harus dibagi juga menjadi (1) perkembangan penulisan drama sebagai karya sastra, dan (2) perkembangan pementasan drama di Indonesia.
Menurut Jakob Sumardjo perkembangan penulisan drama Indonesia modern dibagi menjadi lima[12], yaitu:
1.      Periode Drama Melayu-Rendah
Pertengahan abad ke-19 konsep drama yang berasal dari dunia barat mulai masuk ke Indonesia melalui masyarakat Belanda peranakan dan Tionghoa peranakan. Keperluan akan naskah drama yang mentradisi di masyarakat Barat mulai menggeser teater-teater tradisional Indonesia yang tidak pernah menuliskan naskah pementasannya. Komedi Stamboel adalah rombongan teater pertama di Indonesia (Sumardjo, 1992:238) yang lahir pada tahun 1891. Didirikan di Surabaya oleh August Mahieu dan yap Goan Tay. Artinya, pada masa ini penulis lakonya didominasin oleh pengarang drama Belanda peranakan dan Tionghoa peranakan.
2.      Periode Drama Pujangga Baru
Pada periode ini lahirlah Bebasari, terbit tahun 1926 karya Roestam Effendi sebagai lakon simbolis yang pertama kali ditulis oleh pengarang Indonesia. Ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa naskah drama pertama di Indonesia bukan Bebasari, karena sebelum itu sudah banyak naskah drama ditulis dalam bahasa Melayu-Rendah oleh penulis Indonesia yaitu Marco Kartodikromo.[13]

7
3.      Periode Drama Zaman Jepang
Setiap pementasan drama pada periode ini harus disertai naskah lengkap untuk disensor terlebih dulu sebelum dipentaskan. Dari tahun 1940-1945. Dengan adanya sensor ini, disatu pihak dapat menghambat kreativitas, tetapi di pihak lain justru memacu munculnya naskah drama.
4.      Periode Drama sesudah Kemerdekaan
Naskah-naskah drama yang dihasilkan sudah lebih baik dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah meninggalkan gaya Pujangga Baru. Pada priode ini penulis drama yang produktif dan berkualitas baik adalah Utuy Tatang Sontani, Motinggo Boesye, dan Rendra.
5.      Periode Drama Mutakhir
Menurut Sumardjo (1992:260-266) perkembangan penulisan drama pada priode ini peran  Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Taman ismail Marzuki (TIM) sangat menonjol. Terjadi pembaharuan dalam struktur drama, yang pada umumnya tidak memiliki cerita, antiplot, nonlinear, tokoh-tokohnya kurang jelas identitasnya, dan bersifat nontematis. Penulis-penulis dramanya yang terkenal antara lain Rendra, Arifin C. Noer, Putu Wijaya, dan Riantiarno.
Menurut Soemardjo (1992:101-232) membagi perkembangan teater modern Indonesia yang baru muncul sekitar tahun 1885 menjadi empat masa, yaitu:
1.      Masa Perintisan Teater Modern
Masa perintisan diawali dengan munculnya Komedi Stamboel
2.      Masa Kebangkitan Teater Modern
Masa kebangkitanmuncul teater Dardanella yang terpengaruh oleh Barat
3.      Masa Perkembangan Teater Modern
Masa perkembangan ditengarai dengan hadirnya Sandiwara Maya, dan setelah kemerdekaan ditandai dengan lahirnya ATNI dan ASDRAFI.
4.      Masa Teater Mutakhir
Dalam masa perkembangan teater mutakhir ditandai dengan berkiprahnya 8 nama besar
    teater yang mendominasi zaman emas pertama dan kedua, yaitu Bengkel

8
Teater, Teater Kecil, Teater popular, Studi Klub Teater Bandung, Teater Mandiri, Teater Koma, Teater Saja, dan Teater Lembaga.

1.2.4        Jenis Drama
Jenis drama dilihat dari kemungkinan untuk dipentaskan, ada naskah-naskah yang dapat dan akan menarik perhatian orang jika dipentaskan, dan banyak pula yang tidak memberikan
kemungkinan untuk dipentaskan. Naskah yang masuk dalam kategori pertama disebut sebagai drama pentas atau drama saja, dan yang hanya tepat untuk dibaca saja disebut sebagai drama baca. Namun demikian, sebuah naskah untuk sampai pada keputusan layak atau tidak layak dipentaskan bukan hanya tergantung pada proses pasca pembacaan, melainkan juga juga sangat dipengaruhi oleh niat si penulis sendiri. Banyak penulis yang menulis karya sastra dalam bentuk  drama tetapi tidak diniatkan untuk dipentaskan. Meminjam ungkapan Shipley (1960), karya seperti ini, yang disebut sebagai closet drama atau “drama baca" itu, adalah “a play or dramatic poem written solely for reading not for performance”. Sedangkan Abrams (1993) untuk istilah yang sama, menjelaskan sebagai”… is written in the form of drama, with dialogue, indicated settings, and stage direction, but is intended by the author to be read rather than to be performed in the theater”. [14]
Bahasa yang dipergunakan dalam sebuah drama tentu bukan hanya bertolak dari keformalan maupun ketidakformalan bahasa, namun juga dari pemanfaatan sarana-sarana puitik maupun naratif. Berdasarkan hal ini, maka terdapat sejumlah karya drama yang berbentuk puisi, dan banyak pula karya drama yang berbentuk lirik. Pada karya drama berbentuk puisi, ada yang sangat ketat dengan kaidah-kaidah puitis, seperti terikat oleh oleh aturan rima, atau yang tidak terkait dengan aturan-aturan semacam itu tetapi sarat dengan diksi atau pilihan kata yang konotatif dan sugestif. Sementara itu, karya drama yang menumpukan kekuatannya pada lirik, pada dasarnya hampir sama dengan yang terikat pada puisi. Yang membedakannya, pada drama lirik ini ada kecenderungan untuk mengikat lirik


9
itu dengan bar, yakni potongan birama dalam setiap baris, seperti yang dinyatakan oleh Tambayong (19781).[15]
Karya drama yang cara pengungkapannya dilihat – baik secara ketat maupun longgar – dengan bar ini, pada kenyataan yang kita hadapi dapat berupa opera maupun operet. Yang disebut dengan opera adalah karya drama yang sangat mengutamakan nyayian dan hampir keseluruhan adegan dilakukan dengan dengan cara bernyayi ini. Sedangkan operet, yang sering juga disebut sebagai opera ringan, cara penyajiannya tidak selalu dinyayikan tetapi terkadang diselingi pula dengan cakapan atau dialog antara pemain. Selain itu, operet biasanya juga hanya berbentuk drama satu babak.[16]
Berdasarkan pola sajiannya – yang tentu saja berkaitan erat dengan tema atau alur yang dibangun – terdapat berbagai-bagai jenis drama. Dari sekian banyak pola sajian drama yang pernah ada, pengenalan terhadap lima buah sajian drama yang populer perlu dipahami.
Kelima bentuk drama tersebut adalah tragedi, komedi, tragikomedi, melodrama, dan farce. “Tragedi” adalah sebuah drama yang ujung kisahnya berakhir dengan kedukaan atau dukacita. Bisanya, tokoh utama menghadapi kematian dengan mengenaskan di akhir cerita. Sebaliknya, cerita “komedi” berakhir dengan sukacita. Di dalam membangun kesukacitaan ini, pengarang karya drama tersebut lebih menumpukan hadirnya gelak tawa melalui pemilihan diksi atau pilihan kata yang cerdas. Karena warna drama ini penuh dengan gelak rawa, seringkalo drama ini juga disebut drama gelak.[17]
Selain kedua sajian drama yang sekilas tampak berlawanan itu, ada sebuah sajian drama yang justru menggabungkan dua kecenderungan sajian itu, yaitu menggabungkan antara tragedi dan komedi. Drama yang merupakan paduan dua kecenderungan emosional yang sangat mendasar pada diri manusia itulah yang disebut sebagai “tragikomedi”. Sedangkan “melodrama” sesungguhnya berasal dari alur opera yang dicakapkan dengan iringan musik. Atau, dapat saja berupa sebuah pementasan yang ketika tanpa ada cakapan apa pun, emosi dibangun melalui music.[18]

10
Dan terakhir adalah “frace”, yang secara umum dapat dikatakan sebagai sebuah sajian drama yang bersifat karikatural. Sebagai kisahan, ia bercorak komedi, tetapi gelak yang muncul itu sendiri ditampilkan melalui ucapan dan pebuatan. Dalam konteks masa kini, banyak yang menyamakan farce dengan “komedi situasi”.[19]
1.2.5   Elemen Drama
Sebagaimana prosa, khususnya, pada karya drama pun dapat dijumpai pula adanya elemen-elemen tokoh, alur, dan kerangka situasi cerita yang saling menunjang satu dengan lainnya. Akan tetapi, jika di dalam prosa, tokoh-tokoh yang muncul itu cenderung berhenti dalam imajinasi atau identifikasi subjektif pembaca saja, tidak demikian halnya yang terjadi pada drama mengingat drama berkemungkinan untuk melaksanakan interpretasi tokoh-tokoh itu dalam bentuk konkret. Sebagai akibat dari kondisi yang demikian ini, maka di dalam drama, tingkat kepentingan antara tokoh dengan alur menjadi seimbang. Hal ini tentu berbeda dengan prosa umumnya, yang cenderung lebih mengutamakan alur daripada tokoh-tokohnya, sejalan dengan hakikat prosa yang lebih bertumpu pada narasi.[20]
Bertolak dari sifat alami drama yang sedemikian itu maka tokoh dan alur di dalam drama, pada gilirannya kemudian, sangat mungkin berada dalam posisi yang terus bersaing. Dalam hubungan ini, W.H. Hudson (1958) mengemukakan adanya dua jalur pendapat, yaitu (a)alur lebih dipentingkan, sedangkan tokoh hanya unruk mengisi dan (b) tokoh yang lebih penting, sedangkan alur hanya dipergunakan untuk mengembangkan tokoh. Dan Hudson sendiri, berkenaan dengan hal ini, cenderung mengatakan bahwa pementingan terhadap tokoh lebih utama dibandingkn dengan pementingan terhadap alur. Menurutnya, sesuatu cerita akan meninggalkan kesan yang dalam dan bahkan mungkin “abadi” lantaran penokohan di dalam cerita itu begitu kuat dan meyakinkan dalam membangun cerita. Sementara, apabila lur saja yang menarik karena kerumitan dan kekompleksitas masalahnya, ia cenderung mengendap sebentar dan segera menguap. Contoh drama yang kekuatannya terletak pada segi penokohannya, dapat kita lihat misalnya pada karya-karya Shakespeare. Namun demikian,
11
tentu banyak pula yang berpendapat bahwa alur lebih penting daripada tokoh; tokoh hanyalah subordinat saja dari alur, seperti dikemukakan oleh Bernard Grebanier (1981).[21]
Dalam kaitannya dengan drama, banyak ahli yang mengatakan bahwa drama yang baik harus selalu memperlihatkan adanya konflik atau konflik-konflik seperti dikatakan Hudson, atau juga konflik dan oposisi seperti disebutkan Grebanier. Adannya konflik-konflik semacam ini menjadi jelas bagi kita bahwa drama lazimnya akan memberikan kepada pembaca maupun penontonnya “perjalanan” cerita yang diwarnai oleh konflik-konflik itu. Dalam istilah Hudson, “perjalanan” itu disebut dramatic-line yang secara garis besarnya adalah: (a)pemaparan/eksposisi (exposition); (b)penggawatan/komplikasi; (c)krisis/klimaks; (d)peleraian/antiklimaks; (e)penyelesaian.[22]
1.2.6        Sarana Dramatik
Agar tema dalam sebuah drama dapat lebih dipahami dan lebih “hidup” ketika dipentaskan, sejumlah penulis drama biasa memanfaatkan berbagai sarana dramatik, yaitu dengan monolog (monologue), solilokui (soliloquy), dan sampingan (aside). Yang dimaksud dengan “monolog” adalah sebuah komposisi yang tertulis – dalam naskah drama – atau yang berbentuk lisan yang menyajikan wacana satu orang pembicara. Dalam sebuah pementasan, istilah ini merujuk pada ujaran yang dilakukan oleh satu tokoh yang biasanya menjelaskan segala sesuatu yang sudah terjadi.
Sementara itu, apa yang disebut dengan “solilokui” sepintas lalu agak mirip dengan monolog dalam hal tampilannya seorang tokoh atau pemain. Pada solilokui, yang diujarkan atau diucapkan oleh tokoh bisanya panjang dan isinya merupakan pemikiran subjektif yang ditunjukan kepada penonton untuk menyarankan hal-hal yang akan terjadi.
Sedangkan “sampingan”, biasanya memang lebih tampak pada sebuah pementasan, menggambarkan adanya ujaran yang ditunjukan kepada para penonton. Ujaran tersebut sengaja agar tidak didengar oleh pemain lainnya, karena ujaran yang diucapkan ini biasanya berisi pikiran tokoh itu sendiri yang berisi komentar terhadap peristiwa yang tengah berlangsung. Dalam pementasan, pemain yang mengucapkan sampingan biasanya
12
mengarahkan wajahnya atau memalingkan mukanya kea rah penonton, dan cenderung menempati posisi di samping pentas.

1.2.7     Manfaat Mempelajari Drama
Apabila dilakukan dengan benar, pembelajaran sastra memiliki empat manfaat[23], yaitu:
1.      Membantu terampil berbahasa yaitu menyimak, wicara, membaca, dan menulis.
2.       Meningkatkan pengetahuan budaya.
3.       Mengebangkan cipta rasa
4.      Menunjang pembentukan watak

1.2.8     Sinopsis Drama Sobrat
Drama Sobrat ini berawal pada pemuda yang sangat jago dogong dari desa lisung. Berkenalan dengan salah satu tamu yang mencari kuli kontak khususnya wilahayah jawa.  Pada awalnya keraguan sobrat muncul. Lalu timbul sosok yang disebut mongkleng adalah hawa nafsu dari sobrat yang membuat sobrat yakin bahwa ia mengikuti inang honar salah satu tamu yang mencari kuli kontarak. Dengan harapan kekayaan yang ia akan berikan kepada miminya atau ibunya. Pada saat perjalanan sobrat bertemu dengan rasminah yang di jual oleh kakaknya rasminah. Sobrat jatuh hati kepada Rasminah yang ditolongnya dari nakoda. Setelah sampai ketanah sebrang apa yang dibilang inang honar adalah tipudaya belaka. Tidak mudah menjadi kuli kontak dan menyelaraskan dengan kebudayaan yang ada. Sobrat bertemu dengan Bromo seorang kuli yang sudah sesepuh di lembah kemilau. Bromo menjadi panutan Sobrat karena memiliki pengalaman yang sudah lama. Sobrat diajarkan banyak hal oleh Bromo dari berjudi hingga meniduri wanita dengan cara merayu.
Suatu ketika sobrat terjatuh dan terjebak didalam sumur bersama Bromo, tetapi Bromo selamat dengan berusaha memanjat sisa-sisa tali yang ada. Nasib membawa Sobrat terjatuh makin dalam hingga ia tersadar dan ditolong oleh Sibili yaitu jin pemilik bukit kemilau. Sobrat melakukan perjanjian dan kawin dengan Sibili. Setelah sobrat kembali ke dunia nyata. Sobrat ingin melunasi hutang-hutangnya kepada para mandor terjadi pertarungan yang sengit dari mandor-mador disana yang ingin mengambil semua emas sobrat. Karena sobrat dilindungi oleh Sibili makan dengan mudahnya para mandor-mandor itu kalah dan menyerah. Setelah itu sobrat ingin mengurah habis Dongso sebagai Bandar dari tempat judi
13
di lembah kemilau. Akhirnya sobrat puas setelah Dongso mengaku kalah dan bangkrut, menyerahkan tempat judi ini kepada Sobrat sebagai pemiliknya. Sobrat mengajak teman-temanya pergi tetapi Bromo tidak ikut, karena lembah kemilau ini adalah surga baginya.
Lalu sobrat menyerahkan tempat judi itu kepada Bromo. Setelah kepulanganya ke pulau jawa ia mencari Rasminah. Rasminah yang sudah menjadi Nyai dibawa lari oleh Sobrat untuk dipersuntingnya. Ketika pulang ke kampung halamannya sobrat kaget, mimi tercinta sudah mati dan rumahnya sudah dijadikan balai desa. Rasminah mengajak Sobrat ke Caruban untuk tinggal bersama Ayahnya jika masih hidup. Dalam mimpi Sobrat bertemu dengan sibili. Betapa marahnya sibili karena tahu sobrat sudah menikah dengan Rasminah. Sibili menganggap Sobrat sudah melanggar perjanjuan mereka. Sibili hanya mencium dan membisikkan sobrat lalu sobrat tersadar menjadi bisu dan tuli. Setelah itu sobrat sadar dan ingat kata-kata mimi.
1.2.9  Apresiasi Drama Sobrat Melalui Pendekatan Mimetik dan Ekspresif
Arthur S. Nalan
Bersuku Sunda, kelahiran majalengka, 21 februari 1959. Menyelesaikan pendidikan sebagai sarjana muda dari Jurusan Teater di ASTI (sekarang menjadi Sekolah Seni Indonesia) Bandung (1978), sarjana seni dari STSI Surakarta (1988), dan magister Humaniora dari UGM (1993) untuk bidang pangkajian seni pertunjukkan.
Sejak tahun 1984, ia kerap menulis naskah drama. Sudah banyak naskah yang ia tulis, bahkan sebagian besar naskah tersebut pernah di pentaskan oleh berbagai grup teater. Bahkan tokoh teater sekaliber WS. Rendra bersama Bengkel teaeternya pernah mementaskan karya Arthur S. Nalan yang berjudul Sobrat, di Taman Ismail Marzuki tahun 2005 lalu.
Sobrat, adalah naskah drama karyanya yang pada tahun 2003 lalu dinobatkan sebagai pemenang pertama sayembara penulisan naskah drama Dewan Kesenian Jakarta. Penghargaan lainnya yang pernah ia peroleh antara lain lewat karyanya Jalan Perkawinan (Skenario Film) keluar sebagai Pemenang I dan mendapat penghargaan dari Direktorat Film Budpar (2006). Selain dikenal sebagai seniman yang sangat peduli akan perkembangan kegiatan festival seni budaya di tanah air, Khususnya dikota Bandung, Arthur juga sering menjadi juri dalam lomba
14
penulisan naskah drama, antara lain ia menjadi juri dalam lomba naskah drama Sunda yang digelar Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS).
Awalnya, naskah itu berjudul Kulit Pecah. Isinya tentang pecahnya kepribadian tokoh utamanya. Tapi Arthur merasa kurang sreg. Ia menggantinya dengan Sobat, lalu berubah lagi menjadi Sobrat. "Kalau Sobat kayaknya kurang greng," ia menerangkan.[24]
Arthur S. Nalan sering tampil dan berkomentar pada setiap penampilan yang menyuguhkan kebudayaan Sunda. Karena kabudayaan Sunda sekarang ini sudah sangat kurang dan jarang peminatnya apa lagi penerusnya. Untuk itu ia bersikeras ingin mengangkat antropologi dan kesenian rakyat yang menonjol di dalam karyanya ini. Apa lagi kalau sampai di dokumentasikan karena kebudayaan Jawa Barat sendiri masih jarang ada yang mendokumentasikannya.[25]
Sobrat menyiratkan warna lokal (Sunda) yang kental. Kisah tentang dunia Gaib, roh-roh yang menuntut balas jasa. Irama dan dramatik yang penuh kejutan dan struktur lakon pun terjaga.[26] Itulah Sobrat yang sesungguhnya kita bahas di dalam pendekatan mimetik ini. Membaca catatan gelap dari Arthur S. Nalan kita diberikan pondasi sebuah pandangan agar wawasan kita semakin terbuka kembali. Ada tiga hal yang menjadi inspirasi Artur S. Nalan dan satu tujuan yang bisa di baca pada akhir makalah ini. Inspirasi itu adalah
Pertama, Gunung Pongkor Jawa Barat,  sebuah penambangan emas liar,  yang mengundang orang berbondong-bondong datang ke tempat tersebut.
Kedua, Jaman seorang pembantu Arthur S. Nalan, yang bertemu dan kawin dengan jin yang menjadikan dia kaya dalam ukurannya. Setelah ia menikah dengan wanita pilihannya dia dianggap berhianat akhirnya menjadi bisu dan tuli karena melanggar perjanjian dengan  jin.

15
Ketiga, Mengkritisi mengenai kuli, dari zaman dulu sampai sekarang masih ada, dan yang paling kental sekarang ialah TKI dan TKW. Kalau dulu disebut kuli kontrak  (zaman belanda) sedangkan pada zaman sekarang kita menyebutnya TKI dan TKW tetapi diperlakukan sama seperti budak.
Tiga hal itu yang menjadi pembahasan menarik dalam drama Sobrat ini. Pada masa kini masih saja ada kejadian seperti Jaman dalam kehidupan kita, apalagi  jika kita kaji lebih dalam maka akan lebih bermakna lagi.
1.      Jaman dan Mahkluk Gaib
Kisah Jaman dimulai pada tahun 1980-an, jika kita ingin kaya cepat, ada cara tercepat yaitu mencuri. Tetapi kejadian yang di luar akal manusia bisa menjadi hal yang menarik seperti pesugihan salah satunya. Sebagian besar orang, pada zaman sekarang kurang percaya dengan pesugihan, tetapi masih ada orang yang percaya dengan pesugihan. Dengan menyembah dan berkerjasama dengan jin adalah salah satunya cara untuk mendapatkan uang dengan cepat (kekayaan). Oleh karena itu keimanan seseorang sangat di uji ketika hal ini terjadi. Iman yang menjadi pondasi seseorang bisa runtuh ketika kebutuhan hidup harus dipenuhi. Mungkin kisah Jaman ini menjadi inspirasi yang luar biasa, bagi seseorang yang tidak percaya akan hal-hal gaib. Jika cerita ini di ceritakan kepada orang-orang yang sering berhubungan dengan hal gaib, mungkin kisah ini menjadi hal yang biasa  saja. Karena memang begitulah resikonya jika kita melakukan perjanjian dengan  hal yang gaib. Ketika kisah ini dipentaskan kepada orang-orang yang tidak percaya mengenai hal gaib, kisah ini menjadi magnet atau daya tarik bagi orang-orang tersebut karena ceritanya unik dan jarang sekali. Oleh karena itu drama ini memiliki sudut pandang tersendiri untuk penonton yang berfikir rasional, tidak percaya dengan hal gaib (orang awam mengenai hal gaib). Drama ini tidak hanya menampilkan sebuah hiburan tetapi manfaat yaitu nasihat yang penting yaitu janji dengan seseorang harus di tepati, terlebih lagi sudah melakukan perjanjian dengan hal gaib, jangan seperti Jaman dan Sobrat yang ada hanya menyesal kemudian.
Tidak dipungkiri lagi bahwa yang gaib itu ada. Di dalam Al-Quran juga sering disebutkan, tetapi ingat yang kita sembah hanyalah Allah semata. Kisah yang menjadi dilema di
16
dalam drama Sobrat ini memiliki pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan Sobrat di dalam drama tersebut. Dari beberapa buku dan cerita yang di baca. Menumbalkan umur adalah sesuatu yang mudah dan cepat. Banyak pesugihan dan penumbalan di dalam dunia ini, contoh: hewan, umur, bahkan ritual sex dengan mahluk gaib. Drama Sobrat yang di ciptakan oleh Artur S. Nalan, hampir semua ritual yang Sobrat lakukan adalah syarat-syarat untuk memenuhi kewajiban agar kita menjadi kaya raya secara instan. Dalam melakukan pesugihan ini Sobrat melakukan adegan ritual sex dengan sibili yang katanya pemilik bukit kemilau yang sesungguhnya.
Sibili                : Aku senang Mongkleng, dia penuh semangat! (MENDEKATI SOBRAT, LALU DUDUK DISAMPING SOBRAT DI PINGGIR RANJANG) Begini, kamu laki-laki sejati, kudengar itu dari Mongkleng. Kamu bisa kembali, tetapi harus kawin denganku!
Sobrat                          : Bagaimana mungkin?
Sibili                : Aku tahu ini tak biasa. Tapi, bisa kalau kamu mau kembali ke sana!
Sobrat                          : baik, aku mau kawin denganmu. Asalkan aku bisa kaya…!
Sobrat                          : sabarlah, soal kekayaan akan kuberikan. Akan kubukikan bahwa kamu bisa jadi orang kaya. (BERANJAK PERGI MENGAMBIL KOTAK KAYU. SIBILI KEMBALI DAN MENYERAHKANNYA PADA SOBRAT) Kamu pernah mendengar ucapan para inang penipu itu, kalian akan dapat biji emas sebesar biji salak? Kamu masih ingat? Nah, kalau masih… sekarang buktikan, bahwa itu ada! (PERINTAH) Bukalah! [27]
           Selanjutnya, setelah perjanjian pertama sudah dilakukan makan sibili meminta umur Sobrat sebagai tumbalnya dan setelah itu sibili datang ke mimpi Sobrat untuk mengerjakan kewajiban sebagai suami.
Sibili                : Jangan kecewakan aku, Sobrat. Setiap aat aku bisa datang padamu lewat mimpi! Dan, aku akan membantumu mewujudkan ambisimu! Jadi orang kaya! (TERTAWA) (MEMBUKA MAHKOTANYA. JUGA, MAHKOTA YANG
17
                        DIKENAKAN SOBRAT, LALU MELEMBARKANNYA BEGITU SAJA KE LANTAI) Mari kita bercinta, Sobrat suamiku![28]
            Dari beberapa potongan adegan drama diatas dapat kita lihat tahap dan perjanjian dalam pesugihan yang dilakukan sobrat dan sibuli (mahluk gaib). Dari cerita diatas hampir sama persis dengan tahap dan perjanjian pesugihan dalam dunia nyata. Mungkin rasa penasaran Artur S. Nalan terhadap kejadian yang terjadi pada Jaman membuat dia menyelami kembali sebuah kisah nyata yang diluar akal manusia ini. Selanjutnya menuangkan ke dalam sebuah drama yang dibuat dengan sangat dramatisir sehingga menjadi menarik.
           Pada akhir dari cerita drama Sobrat ini. Sobrat dianggap melanggar perjanjian dengan Sibili. Setelah Sobrat menikahi wanita yang dia cintai, dan Sobrat menerima ganjaran dari sibili.  Sama halnya dengan yang di alami oleh pembantu Arthur S. Nalan yaitu Jaman.
Bagian Delapan Belas
SOBRAT BERJALAN-JALAN DENGAN RASMINAH DALAM PAKAIAN PENGANTIN ALA DAERAH CARUBAN. MEREKA BERPAYUNG KERTAS BERBUNGA-BUNGA, LAMAT-LAMAT MUSIK DAERAH TERDENGAR, TAPI MUNCUL PULA SILBI DAN MONGKLENG BERPAYUNG HITAM. KETIKA BERPAPASAN, SILBI MEMANDANG SOBRAT DAN BERKATA,
Silbi                 : Sobrat, bukankah kamu suamiku? Tapi kamu menikahi nyai itu! lagipula mahkota itu tak ada lagi pada kamu! Kamu tanggung sendiri akibatnya! (Meniup telinga Sobrat)
LAMPU PADAM
LAMPU HIDUP
TIBA-TIBA DI RANJANG KELAMBU SOBRAT BERTERIAK-TERIAK. IA TERBANGUN DARI MIMPINYA. IA DUDUK DI PINGGIRAN RANJANG. MUNCUL RASMINAH DUDUK DI SAMPINGNYA, SAMBIL MEMEGANG KENDI.
18
Rasminah        : Ada apa kang?
SOBRAT DIAM SAJA, TAK BEREAKSI. RASMINAH HERAN.
Rasmina          : Ada apa kang? Mimpi buruk ya?
SOBRAT DIAM SAJA SEPERTI TAK MENDENGAR. RASMINAH SEGERA MENGGOYANG-GOYANGKAN TUBUH SUAMINYA.
Rasminah        : Kenapa akang diam saja? kenapa? (Teriak) ngomong kang, ngomong!

SOBRAT BARU BEREAKSI. DIA INGIN NGOMONG, TAPI HANYA SUARA GAGU YANG TERDENGAR. RASMINAH MENJERIT.
Rasminah        : Kang! Kamu tuli? Kamu bisu? Bagaimana mungkin?
SOBRAT DIAM SAJA. HANYA MENANGIS. DIA MENGAMBIL KENDI DAN MENGGUYURKANNYA KE WAJAHNYA DENGAN AIR, MUNGKIN MENYESALI DIRINYA. MUNCUL MONGKLENG.
Mongkleng      : (Tertawa) Sobrat…. Sobrat! Kamu khianati sendiri perjanjian sucimu dengan Silbi Gendruwi kamu anggap angin lalu. Urusan dengan mahluk halus tidak bisa dianggap main-main. Kamu semestinya sudah mati, tapi kamu ditolong jin Iprit itu karena dia jatuh cinta padamu. Aku hanyalah nafsumu, nafsu duniawimu. Tapi sekarang, kamu sudah banyak merenung, kamu sudah banyak menyesal. Rasminah telah menjadi pengganti Mimimu yang mati merana sendiri. tapi, kamu berutang pada Silbi Gendruwi. Akibatnya tanggung sendiri, kamu jadi bisu dan tuli
(Terkekeh)
Jika sudah begini aku akan pergi, buat apa dekat-dekat lagi!?
(Tertawa)
Habis nafsu duniamu tampaknya tak berarti lagi. Aku pergi, kawan lama.
(Pergi).
19
MONGKLENG MENUTUP PAYUNG HITAMNYA. TINGGAL SOBRAT YANG BISU, TULI, DIAM KOSONG DITEMANI RASMINAH.
TERDENGAR LAMAT-LAMAT SUARA MIMI
Suara Mimi: Sobrat, Sobrat! Mimi juga bilang apa, para nabi tidak pernah berjudi. Para nabi tidak pernah berjudi.
LAMPU GELAP[29]
Dari cuplikan drama diatas cerita diatas, inilah yang menjadi inspirasi seorang Arthur S. Nalan, yang menjadikan karakter Sobrat hampir mengalami kejadian serupa dengan Jaman pembantunya. Dari Jaman menikah dengan wanita yang dicintai dikampungnya hingga kebiasaan buruk Jaman ialah bermain judi dipertegas lagi pada karakter Bromo. Jaman yang tadinya seorang pembantu lalu menjadi kaya karena judi, (menurut dia). Setelah ia bermimpi bertemu dengan jin perempuan. Mendapatkan informasi mengenai pengalaman dan cerita yang dialami oleh Jaman termasuk mudah bagi  Arthur S. Nalan karena Jaman pembantunya yang berasal dari kampung yang sama dengan dia yaitu Majalengka.
2.      Gunung Pongkor Jawa Barat
Gunung Pongkor Jawa Barat tidak asing lagi bagi Arthur S Nalan yang hidupnya di daerah Bandung. Bagi seseorang yang sering melakukan penelitian kesenian di Jawa Barat khususnya [30]ini merupakan kebudayaan yang ingin dia angkat. Berlatar zaman penjajahan kuli kontrak sebuah gunung yang asri dan indah ini memiliki daya tarik tersendiri, dimana pada zaman dulunya orang-orang berbondong-bondong datang untuk menggali emas yang terdapat di sana. Pada zaman dulu yang menggali adalah orang dari luar daerah Gunung Pongkor setelah PT Antam datang orang dari luar daerah tersebut kembali lagi ke desanya dan hanya beberapa yang tinggal sebagai petani. selanjutnya kebanyakan orang Gunung Pongkor sendiri yang mengelola. Dan akhirnya semakin mendesak perekonomian warga disekitar Gunung Pongkor sebagian besar
20
berprofesi menjadi penambang liar atau lebih dikenal PETI (Penambang Emas Tanpa Izin)[31]. Bahkan yang tinggal disana bukan lagi warga Gunung Pongkor tetapi para pendatang yang membawa kebudayaan baru. Bermodalkan alat-alat yang dulu ditinggalkan oleh penambang disana. Para penambang main kucing-kucingan dengan petugas PT Antam. Jika ketahuan penambang liar diberikan tembakan peringatan. Dan biasanya para penambang liar tidak jadi naik ke gunung. Pada setiap bulan puasa penambang emas semakin sering berkerja dengan harapan memperbaiki perekonomian untuk  perayaan lebaran.
 Pada tahun-tahun terakhir ini banyak sekali penambang tidak hanya dari daerah Pongkor sendiri tetapi orang-orang yang diluar daerah datang kembali. Ada tiga lokasi penambangan emas rakyat di Gunung Pongkor. Satu lokasi yang paling sibuk yakni di sekitar Sungai Cikoret yang masuk kawasan Desa Malasari. Di sanalah lokasi yang disebut-sebut paling banyak menghasilkan emas. Gunung Pongkor memiliki kekhasan kasus tersendiri, dimana penduduk asli tadinya banyak sekali yang berkerja menjadi petani daripada penambang emas lalu mereka beralih menjadi penambang emas, setelah gunung tersebut dikuasai oleh PT Antam maka yang tadinya penambang menjadi petani kembali. Karena desakan ekonomi ada yang menjadi PETI (Penambang Emas Tanpa Izin). Tetapi warga Gunung Pongkor masih banyak yang menajdi Petani.
Kisah Sobrat ini sangat menggugah kita karena semua warga gunung Pongkor berbondong-bongo dan tergiur akan hasil yang cepat dan menguntungkan. Tetapi dari kisah-kisah yang sebenarnya, banyak yang sukses dan tidak sedikit yang mengalami kesulitan hidup yang mencekik dan akhirnya memutuskan kembali menjadi seorang petani. Bahkan ada yang bersyukur menjadi seorang petani, bisa memenuhi kebutuhan keluarganya daripada saat dulu menjadi gurandil (sebuah sebutan untuk penambang emas di gunung Pongkor).
Menjadi penambang emas bukan resiko yang mudah, dapat kita ambil kisah dari drama Sobrat, “pada bagian sembilan”, resiko sebagai penambang terus menghantui penambang disana. Yang paling sering adalah kematian, diantaranya kekurangan oksigen bahkan jika tambang ini
21
runtuh maka terkuburlah semua orang yang ada di dalam sana[32]. Perkembangan pertambangan di Gunung Pongkor ditandai dengan masuknya salah satu perusahaan milik negara PT Antam (Aneka Tambang) pada tahun 1974, yang membuat para pemuda semakin tergiur untuk jadi penambang.
Kisah Sobrat juga tidak jauh berbeda dengan keadaan aslinya yaitu, sebagian besar pemuda tergiur dengan hasil emas dan berharap menjadi kaya dengan cepat. Karena hasil yang instan pula maka pemikiran yang mereka bentuk menjadi instat. Sangat disayangkan kalau uang jutaan rupiah yang mereka dapatkan dari hasil menambang dan mempertaruhkan nyawa mereka habis untuk senang-senang. Ini sangat jelas di gambarkan dalam drama Sobrat, uang hasil penambangan dihabiskan untuk judi dan biti-biti.
Dalam kehidupan nyata tidak jauh berbeda terlebih lagi setelah kejadian pada kenyataannya. 2.000 gurandil yang dipimpin beberapa jawara Banten menyerang beberapa rumah penduduk Kampung Cihiris dan Kampung Jangkar, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Seorang warga setempat tewas, sementara puluhan rumah, warung, dan mobil terbakar. Amuk jawara itu rentetan dari peristiwa sebelumnya di akhir Mei. Sejumlah warga asli Kampung Cihiris membakar warung-warung milik pendatang, terutama dari Banten, yang menjamur di kawasan penambangan emas liar. Mereka terganggu oleh pelacuran dan kebiasaan minum minuman keras yang dilakukan pendatang di warung-warung itu.[33]
Kehidupan diatas sangat ingin di angkat oleh Arthur S. Nalan dalam drama Sobratnya. Dalam adegan sobat memiliki kasus yang sama yaitu tentang pelacuran dan kebiasaan minum-minuman keras. Mungkin disana berjudi adalah hal yang wajar karena judi merupakan permainan pelengkap disaat semua kegiatan tersebut terlaksana. Di angkat kehidupan sosial di gunung Pongkor ke dalam versi drama Sobrat yang berada di penambangan emas daerah Tapanuli Utara.

22
Salmah            : (SEMAKIN HISTERIS)  Aku tidak malu, Mandor! Kenapa harus malu! Aku memang berlaki, tapi lakiku orang miskin, kuli kontrak juga. Aku dikasihkan pada siapa saja yang mau seperti anjing! Aku terpaksa berlaki dia karena aku orang kontrak. Aku suka ke Bandar karena aku ingin emas![34]
           Begitulah keadaan sosial yang ingin digambarkan oleh Arthur S. Nalan, sisi lain dari kebutuhan perekonomian dan juga kebutuhan biologis. Di mana para penduduk asli daerah tersebut mendekati bahkan menjadi simpanan oleh para penambang emas dari luar daerah atau bos-bos yang kaya.
Tetapi jika dilihat dari kisah salah satu penambang yang sukses contohnya Ndya Hidayat[35] salah seorang penambang terkaya di desa Malasari. Uang yang dihasilkan ditabung dan dijadikan modah usaha kembali dengan merawat sawah-sawah miliknya, dan tetap menambang sehingga ia menjadi salah satu bos disana ia bisa membangun rumah dengan uang Rp 600 juta. Kisah lainya adalah banyak yang putus sekolah karena tergiur akan keuntungan dari hasil menambang.
Dampak penambangan adalah pada lingkungan yang dikeluhkan masyarakat sekarang yaitu kekuarangan air bersih karena dicemari oleh PT Antam.  Sungai Cikaniki tercemar merkuri hasil buangan para pengolah emas (gelundungan) Gunung Pongkor. Beberapa rumah gelundungan bisa dengan mudah dilihat di sepanjang bantaran Sungai Cikaniki. Sebuah mesin penggiling berfungsi untuk menghancurkan tanah menjadi butiran halus pasir tanah. Air raksa dipakai sebagai campuran yg berfungsi memisahkan tanah yg sudah menjadi butiran tanah halus dengan butiran emas.[36]
Ternyata dari sisa peninggalan goa-goa tersebut memiliki wisata yang sangat menarik yaitu wisata goa  tambang emas Pongkor. Terdapat di Sorongan, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung. Wisata ini dikelola oleh PT Aneka Tambang. Wisata ini mulai dipersiapkan karena 23
23
tambang emas dan perak yang dikelola PT Aneka Tambang tersebut sudah akan habis, yakni diperkirakan pada tahun 2019.
Wakil Presiden untuk CSR (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan), Sumber Daya Manusia, dan Keuangan di Unit Bisnis Pertambangan Emas PT Aneka Tambang (Antam) Carry Mumbunan, mengungkapkan hal itu di Bantar Karet.[37]
Walau dulunya Gunung Pongkor terkenal akan emasnya sekarang jauh berbeda, Perusahaan PT Aneka Tambang (Antam) dan Panas Bumi yang dikelola oleh PT Chevron Geothermal[38] sangat makmur sekali merauk keuntungan yang dihasilkan oleh gunung tersebut. Tetapi sekarang warganya hanya merana dalam kemiskinan. Dana subsidi yang di berikan oleh kedua PT tersebut seperti sangat kurang dan jumlahnya sedikit, jika dibandingkan keuntungan yang diperoleh hingga Rp 98 miliar.
Penjelasan Daerah Tapanuli
Pada naskah drama sobrat kita dapat kesimpulan yang dimaksud pulau sebrang disini adalah Tapanuli Sumatra Utara. Kita dapatkan dari kesenian daerah yang disebutkan oleh Inang Honar dan Bromo yaitu Marsurangut. Sebuah kesenian bela diri dari Tapanuli Sumarta Utara.
INANG HONAR: Kamu luar biasa. Permainan Dogong memang permainan lelaki. Hanya lelaki kuatlah yang bisa main Dogong. Di tempat asalku permainan semacam ini disebut masurangut . Kalau kalian ikut aku, kalian akan memiliki banyak uang seperti ini. (Memberi uang pada Sobrat) persenan ini untukmu, terimalah! Ingat, itu hanya beberapa benggol. Kalau kamu mau, kamu bisa dapat lebih banyak![39]
                       
24
Setelah itu ada perkataan Bromo juga yang memperkuat bahwa latar sobrat ini di daerah Tapanuli Sumatra Utara.
BROMO         : Oh, didaerahku namanya Patol, kalau di daerah sini, namanya masurangut (Terkekeh) bagus kalau begitu, kamu jagoan juga. Artinya, aku dapat kawan.[40]
Setelah itu daerah tapanuli ini mengambil dua latar yaitu Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Didapat dari percakapan mandor.
MANDOR BURIK: Maaf mandor, yang ngurus di Selatan bukan rimbun, tapi Sitinjak, orangnya sangar meski perempuan. dia orang pribumi, Mandor.
MANDOR BOKOP: Ya, tapi Sitinjak kan di bawah Rimbun, sama saja. kalau mandor utara dan selatan berantem lagi gara-gara kuli wanita, tuan Balar dan uan Brur tak segan-segan memecat kia. Aku tak mau kehilangan pangkat mandorku! (lebih lunak) coba usahakan, Birah! Ingat rombongan pedagang itu adalah duit-duit, Birah! Duit! Pemasukan buat kita![41]
Tidak salah lagi daerah Tapanuli ini memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. 
Terlebih lagi pada Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Banyak perusahaan besar yang ingin
menjadi pengelolanya. Contohnya PT. Agincourt yang mengelola memberikan saham kepada
· PEMERINTAHAN DAERAH TAPANULI SELATAN memiliki Saham 3,5%.
· Pemerintah Sumatera Utara 1.5%
· PT. Aneka Tambang 10%
· Sedangkan PT. Agincourt Resource mencapai 85%.[42]
                                Di Pongkor intensitas penambangan difokuskan kepada rehabilitasi gunung dan juga mempersiapkan
            Pongkor menjadi Wisata penambangan. Berbeda dengan di Tapanuli banyak perusahaan yang besar ingin menambang disana contoh lainya G-Resources Group Ltd dari Hongkong. Tetapi sistem pertambangan di Indonesia ini semua diatur dan ada kerjasama dengan PT Aneka Tambang.

25
Di Tapanuli terbagi menjadi tiga bagian penting yaitu Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya dan Kawasan Prioritas. Petrambangan sendiri masuk kedalam kawasan budidaya.[43] Terdapat 9 daerah galian di tapanuli selatan yang berjumlah 50 sumur pada daerah tapanuli Selatan.
Alasan utama mengapa Arthur S. Nalan mengambil lokasi Penambangan di Tapanuli adalah pada saat itu penambangan di daerah Tapanuli terkenal kejam. Terlihat oleh para mandor-mandor pada karakter drama sobrat. Jika kita melihat dari sejarah yang sebenarnya pada zaman kolonial Belanda, sungguh kejam perbuatan mereka kepada para kuli kontrak di Tapanuli. Sehingga sebuah surat kabar yang terkenal pada tahun 1916 Benih Merdeka mengeluarkan tulisan tentang penderitaan mereka selama berkerja sebagai kuli kontrak di sana.[44]
3.      Hubungan antara Tenaga Kerja Indonesia dan Drama Sobrat
Drama Sobrat ini sangat menarik sekali, karena menjadi pemenang naskah drama pilihan Dewan Kesenia Jakarta (DKJ) tahun 2003. Jika di analisis dengan kejadian yang sebenarnya di Indonesia. TKI pada saat itu sedang gencar-gancarnya di promosikan oleh Indonesia ke luar negeri. Banyak sekali kisah sukses mereka berkerja keluar negeri, tetapi tidak jarang nasib buruk datang menimpa mereka juga.
 Begitu banyak bermunculan inang-inang dimana-mana mencari pekerja untuk pergi menjadi TKI. Sempat di kisahkan disini sangat mirip dengan keadaan Indonesia yang seperti itu. Tak jarang para warga Indonesia menggunakan jasa mereka dengan kerjasama tertentu agar dapat pergi keluar negeri. Jika mereka sukses mereka akan kembali lagi menggunakan jasa dari si inang tersebut. Tetapi ketika kemalangan menerjang, mandorlah yang akan mereka tuntut. Mandor TKI biasanya sudah berpengalaman, bahkan sebelum menjadi mandor ia merasakan enak dan tidak enaknya menjadi TKI, karena komunikasi dan pintar membunjuk akhirnya
 26
menjadi mandor, dengan sedikit usaha dan iming-iming dapat duit yang lumayan dari hasil kerja orang lain. Hal ini tergambar dalam drama Sobrat.
TKI sampai saat ini masih terus berkembang, hal ini disebabkan karena TKI merupakan sumber  devisa negara terbesar, yaitu seringnya melakuakn kegiatan transnasional yang tentunya membutuhkan visa dan surat perizinan. Dalam politik masa kini tugas duta besar negara Indonesia bukan lagi mengurus urusan antar negara, tetapi  sudah merebut tugas dari lembaga lain yaitu pegawai imigrasi. Berita ini sering kali di bahas di MPR. Sebuah tugas lembaga negara yang saling menindas karena tergiur akan uang yang besar.[45]
Tidak semua tenaga kerja Indonesia kompeten dalam bekerja. Jika di bayangkan mengapa terkadang TKI/TKW di luar negri di hukum ? Karena tenaga kerja Indonesia masih kurang terstandarisasi, bahkan ada beberapa yang bermodalkan nekat dengan menggunakan visa palsu dan menyebrang dari batam ke Malaysia. Sama halnya dengan para penambang emas, segala sesuatu memiliki resiko. Semakin menggiurkan sebuah pekerjaan semakin tinggi pula resiko dan tantangan yang dihadapi.
Awal Juni 2002, 20 orang yang berasal dari berbagai kota di Indonesia, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura melarikan diri dari rumah majikan mereka. Mereka meminta perlindungan ke Kedutaan Besar RI di Singapura karena dianiaya, diperkosa dan mendapat ancaman perkosaan.
Kebanyakan para pekerja migran ini tidak paham hak dan kewajibannya. Kenyataan yang mereka hadapi sangat berbeda dengan gambaran yang mereka peroleh  dari PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) sebelum diberangkatkan ke Singapura. Mereka “memiliki dua “musuh” yakni majikan dan perusahaan pengerah tenaga kerja.” [46]
Perbudakan dari zaman penjajahan sampai sekarang tidak begitu berbeda. Inilah nilai lebih dari drama Sobrat karya Arthur S. Nalan walaupun berlatar cerita zaman penjajahan tetapi menjadi sebuah kritikan untuk zaman sekarang ini mengenai TKI.
27
4.      Sobrat dan Tokoh-tokohnya
Pada drama Sobrat ada satu karakter yang menarik yaitu mongkleng, Mongkleng adalah sebuah Awal dari naskah sobrat yang tadinya berjudul Kulit Pecah. Isinya tentang pecahnya kepribadian tokoh utamanya. Dimana ia adalah kepribadian yang jahatnya. Mongkleng datang dari diri seseorang (Sobrat) yang merupakan konflik batin antara kebenaran dan kesalahan. Perhatikan pada bagian ke tiga, mongkleng sangat senang sekali dengan perbuatan Sobrat yang jahat. Oleh karena itu kita bisa sebut mongkleng ini hawanafsu. Pada bagian terakhir dari drama ini mongkleng sendiri yang mengatakan bahwa dialah hawa nafsu. Mongkleng pun hadir agar diri Sobrat kuat dalam mengambil keputusan untuk pergi dari kampungnya ke tanah sebrang.
Mongkleng pergi meninggalkan Sobrat (bagian terakhir) karena Sobrat sendiri sudah tidak bernafsu seperti pada waktu dulu, yang membuat jin iprit tertarik salah satunya adalah dengan melakukan perjanjian kepadanya. Mongkleng meninggalkan Sobrat ketika ia dalam keadaan bisu dan tuli (coba lihat pada bagian 18 yang ada diatas).  Akhir cerita ini memberikan sebuah pertanyaan, mengapa mongkleng pergi ? karena Sobrat sendiri sudah sadar apa yang ia lakukan adalah kesalan dalam hidup dan biasanya ia lebih memilih kembali ke jalan yang benar (sadar/menyesal).
Sobrat berasal dari kampung lisung. Dalam bahasa Sunda arti lisung adalah “alu” yang didalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti alat untuk menumbuk padi dsb yang dibuat dari kayu.[47] Yang dimaksud desa lisung yaitu Desa Cibolerang Cinunuk Bandung. Karena Sobrat memiliki keterampilan beladiri yang disebut “DOGONG”. Dogong adalah suatu permainan saling mendorong dengan mempergunakan alu (kayu alat penumbuk padi). Dari Dogong berkembang menjadi “SEREDAN” yang mempunyai arti permainan saling mendesak tanpa alat, yang kalah dikeluarkan dari arena (lapangan); kemudian dari Seredan berubah menjadi adu mundur, ini masih saling mendesak untuk mendesak  lawan dari dalam arena permainan tanpa alat, memdorong lawan dengan pundak, tidak diperkenankan menggunakan tangan, karena  dalam permainan ini pelanggaran sering terjadi terutama bila pemain hampir terdesak keluar arena. Dengan seringnya pelanggaran dilakukan maka permainan adu mundur digantikan
28
oleh permainan adu munding. [48] Desa Cibolerang sendiri memiliki potensi wisata yang sangat menarik (dengan berbagai kebudayaannya) menjadi perhatian untuk terus dikembangkan oleh pemerintahan pusat maupun daerah.[49] Mungkin inilah yang membuat seorang Arthur S. Nalan melahirkan tokoh Sobrat dari desa ini. Karena yang sangat mendominasi sukunya adalah Sunda.
Bromo adalah pesan yang sangat penting didalam drama Sobrat ini. Yang terlihat pada adegan drama dibawah ini.
SOBRAT        : Tak apalah, Wak. Dunia Wak memang di sini. Tapi aku ingin menghadiahkan ini pada Wak… (Berdiri mendekat) ini untuk Wak, biar orang takut saja! (tertawa).
BROMO BERDIRI SESAAT MENGENAKAN MAHKOA BABI HUTAN YANG DIBANTU SOBRA DAN LAMPOK. LAMPOK TAMPAK BAHAGIA, SOBRAT DAN BROMO BERPELUKAN SEPERTI AYAH DAN ANAK.
BROMO         : Pulanglah, nak. Memang kamu harus pulang. Biarkan aku di sini dalam duniaku. Tanah jawa sebenarnya kaya raya, hanya aku saja yang lupa. Kamu jangan, sekali lagi jangan. (PADA DOYONG DAN SAMOLO) kalian pulanglah juga! Jangan pernah lupa Jawa, jangan pernah lupa kampung halaman kalian, pulanglah![50]
Terlihat diatas bahwa sesungguhnya Arthur S. Nalan tidak menyarankan kita untuk bekerja ditambang. Karena memang beresiko tinggi apa lagi menjadi penambang liar (PETI). Sebagai saran dari seorang Arthur S. Nalan, sebenarnya tanah Jawa sendiri memiliki kekayaan yang kaya raya, bisa kita ambil tanah Jawa memiliki kesuburan tanah yang paling tinggi. Dimana saja bisa ditanam di tanah Jawa ini. Tidak seperti kepulauan yang lain, oleh karena itu masih banyak pekerjaan yang tidak menandung resiko berbahaya, hanya kita saja mencoba berkreatif dan inovatif.

29
Tokoh bromo ini selalu menjadikan ajang perjudiannya seperti kisah pandawa. Bromo ingin sekali menjadi yudistira dan putradewa, berjudi karena derma. Derma yang dimaksud di cerita ini adalah hukuman yang wajib di jalankan oleh pandawa karena mempertaruhkan ia sebagai budak dan harus melayani kurawa sebagai majikan. Jadi bromo menganggap judi itu wajib, bahkan dari zaman kerajaan dulu hingga sekarang judi tetap hidup di dalam masyarakat dan Kebanyakan laki-laki yang berjudi. Mengutip dati kata bromo, “Cuma ada yang takut dan ada yang berani” saat yudistira mempertaruhkan segalanya, awalnya takut karena tetapi karena pancingan dari kurawa membuat khilaf, dan semuanya habis di meja judi. Di dalam kehidupan sama seperti meja judi harus ada yang dipertaruhkan agar mendapatkan keuntungan. Ketika keberuntungan tidak berpihak kepada kita maka apa yang kita pertaruhkan hilang semua. Semua itu dilakukan oleh laki-laki karena laki-laki adalah seorang pemimpin dan semua dipertaruhkan oleh pemimpin itu, apapun bentuknya. Inilah yang diambil dari kisah perjudian yang dilakukan Bromo. Yang terpenting adalah darma (kewajiban) jalan lapang menuju sejatinya cita-cita dalam pencarian manusia, yaitu mendapatkan kasih sayang yang abadi dari Pencipta Yang Maha Asih.[51]
Rasminah adalah seseorang yang beradat Jawa tepatnya berasal dari caruban karena pada bagian akhir mereka berdua kembali ke Caruban berharap Ayah Rasminah masih hidup pada bagian ke tujuh belas dan waktu perkenalan mereka berdua pada bagian keempat. Sisi kebudayaan yang ingin disampaikan oleh Arthur S. Nalan adalah ketika salma berbicara dibawah ini.
SALMAH       : (HISTERIS) Mereka semua… mau tidur dengan para mandor…. Dengan kawan-kawan tuan Balar, orang sipit, tauke-tauke(majikan, yang mempunyai perusahaan, kepala pekerja, dsb) dari kantor Kongsi (pada Sobrat) kamu tidak tahu kalau Rasminah baru saja dijadikan nyai, apa itu adat Jawa? Apa tidak kapiran(sia-sia) ?[52]

30
Tokoh Rasminah, Arthur S. Nalan ingin mengkritik dan menampilkan kekayaan daerah yang ada di Indonesia. Tetapi sebuah adat bisa bertentangan dengan dunia nyata dimana seorang Jawa tidak biasanya menjadi istri simpanan. Kata “nyai” merupakan istilah waktu zaman penjajahan dimana konotasinya merupakan istri simpanan bagi orang-orang Belanda dan orang-orang Beruang seperti yang terjadi diatas.
Inang Honar adalah seorang perempuan dari Sumatra Utara merantau ke daerah Jawa untuk mencari kuli kontrak, ia bertugas mencari kuli-kuli yang berpotensial. Ia begitu akrab dengan Ngabihi kepala desa kampung lisung. Ngabihi pula yang menjadikan Iloh sebagai istrinya yang ke limanya. Iloh sendiri sebenarnya adalah pacar Sobrat. Begitu dekatnya Inang Honar sampai-sampai disambut oleh Ngabihi dengan diadakannya pertandingan “dogong”. Inang honar sangat tertarik kepada Sobrat yang jago dongong yang merupakan pemuda yang tangguh dan kekar. Pada bagian keempat betapa dilindungi si Sobrat oleh Inang Honar, pada saat Sobrat menolong Rasminah dari tangan nakoda.
Arthur S. Nalan ingin membuat sebuah tokoh yang sangat bervariasi tidak hanya orang Jawa apa lagi mengangkat sukunya sendiri walau karakter Inang Honar adalah penipu.
Sobrat              : Ternyata Inang Honar berbohong, Wak. Katanya hanya dengan orek-orek tanah, biji emas sebesar biji salak bisa didapat dengan mudah. Nyatanya, sudah seharian tak ada emas sebutir kacang pun yang kutemukan!
Bromo             : Semakin terkekeh senang
Sobrat              : Apa begitu kerjaan Inang?
Bromo             : Inang Honar itu anak Inang Bukat, orang yang membawaku ke bukit Kemilau ini (terkekeh) mereka keluarga pencari kuli, terutama ke tanah Jawa!
Sobrat              : Sialan, dia pembohong besar![53]
Tetapi kekayaan kebudayaan Indonesia masih sangat banyak dan memiliki sifat yang khas dalam tiap kebudayaan. "Jejak sandiwara rakyat dan kandungan etnografi dalam Sobrat
31
begitu kental," Hal ini sendiri disambut oleh W.S. Rendra yang ikut dalam pementasan drama Sobrat di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta.[54]
Kesimpulan
1.      Pada akhirnya suatu kesimpulan dari semua sumber yang ada. Inti dari drama Sobrat ini adalah Jamal dengan kisah melakukan perjanjian dengan jin dan berjudi, Gunung Pongkor dengan kisah para kulinya yang diwakili oleh Penambangan di Tapanuli pada drama Sobrat dan juga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) sebuah transformasi dari perbudakan dimasa lalu. Semua ini bertujuan satu hal yaitu kekayaan. Dimana berbagai cara dan jalan apapun ditempuh untuk menjadi kaya. Itulah inti dari cerita Sobrat sebuah catatan gelap.
2.      Mengangkat nilai kebudayaan yang ada seperti benjang “Dogong” dari Cibolerang Cinunuk Bandung, di  daerah Tapanuli (Sumut) disebut  Marsurangut, di daerah Jawa Timur disebut  Patol. Tiga kebudayaan ini sudah sangat jarang sekali dibahas maka bagi Arthur S. Nalan menyisipkan semua budaya tersebut menjadi sebuah drama merupakan proses yang tidak mudah dan gampang. Hingga ia mermelukan sebuah ketenangan dan hampir selama satu tahun ia mengerjakan drama tersebut. Kebudayaan-kebudayaan ini yang tersirat dan tersurat didalam drama Sobrat memang pantas mendapatkan penghargaan dan juara pertama dari Dewan Kesenian Jakarta 2003. Sebuah drama yang di dramatisir sedemikian rupa menjadi sangat menarik bagi siapapun yang menontonnya.
Mengapa ia menjadi pemenang?
Kelebihan drama ini masalah yang ada didalam drama ini dari cerita masalalu tentang perbudakan oleh belanda sekarangpun tidak jauh beda yaitu sekarang lebih dikenal TKI. Sebuah permasalah yang tidak ada habisnya dan berkembang serta berubah namanya saja. Kekuatan dari drama ini terletak pada berbagai keanekaragaman kebudayaan yang ada didalam drama Sobrat ini. Yang menjadikan suatu konflik unik. Ditambah lagi dengan cerita mistisnya. Cerita yang membuat kita berimajinasi yang tidak ada standarisasi didalamnya. Seorang penyair bisa
32
membawakan lakon didalam drama Sobrat ini, akhirnya menghasilkan sastra teater. Memiliki cerita yang kuat pada cerita aslinya didalam kehidupan nyata. Dari Arthur S. Nalan sudah memiliki modal yang kuat yaitu teknik menuliskan drama yang sangat baik terlihat dari pendidikan yang sudah dijalaninya.





















BAB III
PENUTUP

1.3      Simpulan
1.      Pendekatan Ekspresif. Inti dari drama Sobrat ini adalah Jamal dengan kisah melakukan perjanjian dengan jin dan berjudi, Gunung Pongkor dengan kisah para kulinya yang diwakili oleh Penambangan di Tapanuli pada drama Sobrat dan juga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) sebuah transformasi dari perbudakan dimasa lalu. Semua ini bertujuan satu hal yaitu kekayaan. Dimana berbagai cara dan jalan apapun ditempuh untuk menjadi kaya. Itulah inti dari cerita Sobrat sebuah catatan gelap.
2.      Pendekatan Mimetik. Mengangkat nilai kebudayaan yang ada seperti benjang “Dogong” dari Cibolerang Cinunuk Bandung, di  daerah Tapanuli (Sumut) disebut  Marsurangut, di daerah Jawa Timur disebut  Patol. Tujuan hidup dari tokoh-tokoh drama Sobrat. Kekayaan nasihat yang sangat penting didalam tokoh-tokoh drama Sobrat. Permasalahan perjudian yang dari zaman dulu hingga sekarang tidak pernah hilang dalam kisah pandawa dan kurawa. Sobrat berasal dari desa Cibolerang Cinunuk Bandung. Lembah kemilau di daerah Tapanuli. Bromo berasal dari Jawa Timur. Rasminah dari Caruban. Semua yang disebutkan diatas terdapat di dunia nyata.
3.       Kelebihan dari Drama Sobrat ini ada tiga, yaitu:
·         Cerita yang membuat kita berimajinasi dengan bebas tanpa terikat.
·         Para tokoh-tokoh yang memiliki watak dan cirri khas budaya tertentu.
·         Memiliki keterkaitan yang erat dengan cerita yang nyata







33


[1] Peni Adji, Endang , Rahmanto, Drama  (Jakarta, 2000)  hal. 1.3
[2] Dewan Redaksi Ensiklopedia Sastra Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia(Edisi Revisi)  (Jakarta,2009) , hal.279
[3] Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi) (Depok2002), hal. 99
3
[4] Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi), 2003, hal. 100
[5] ibid
[6] ibid
[7] Peni Adji, Endang , Rahmanto, Drama  (Jakarta, 2000)  hal. 2.3-2.9

[8] ibid
[9] ibid
[10] ibid
[11] ibid
[12] Peni Adji, Endang , Rahmanto, Drama  (Jakarta, 2000)  hal. 2.14-2.35
[13] Jakob Sumardjo, Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal) (Yogyakarta, 2004) hal. 121
[14] Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi), 2003, hal. 111-114

[15] ibid
[16] ibid
[17] ibid
[18] Ibid

[19] ibid
[20] Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi), 2003, hal.106-108
[21] ibid
[22] ibid
[23] Peni Adji, Endang , Rahmanto, Drama  (Jakarta, 2000)  hal. 1.15-1.21
[24]Nurdin Kalim, diakses melalui http://majalah.tempointeraktif.com/mbm.20050627.TER115787.id.html,2005, pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 19.45
[25] http://www.klik-galamedia.com/, pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 19.55
[26] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) hal. xv

[27] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) hal. xv
[28] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 10 hal 73
[29] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 18 hal. 109 - 111

[30]Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) hal. 471
[31] Sunarya, Asep.,Diakses melalui http://dir.groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/11536?var=1 pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 20:00
[32]Anto jatmiko,di akses www.indosiar.com, Bogor 2011, pada tanggal 3 Mei 2012 pukul 22:03
[33]  M. Nugroho, Darmawan Sepriyossa, “PONGKOR: GEMERINCING EMAS, KEMURAMAN SOSIAL , 1999, diakses dari http://majalah.tempointeraktif.com/mbm.19990705.SEL98010.id.html#, diakses pada tanggal 10 mei 2012 pukul 20.00
[34] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 8 hal 61

[35] Ikhsan Raharjo, Petani Terakhir Gunung Pongkor, di akses dari http://kbr68h.com/saga/77-saga/21692-petani-terakhir-gunung-Pongkor, pada tanggal 11 Mei 2012 pukul 7:52:12 AM

[36] Ali Mahmud, “Dampak penambangan emas terhadap lingkungan” Media Indonesia 2/26/2000. Diakses pada tanggal 9 Mei 2012 pukul 16.45
[37] Orin Basuki dan Agus Mulyadi, diakses dari http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/1325/Kemilau.Emas, pada tanggal 11 Mei 2012 pukul 19:03
[38] Trihartanto, diakses dari http://info-bogorbarat.blogspot.com/2010/07/pad-bogor-barat-bisa-kalahkan-kabupaten.html , pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 16:03
[39] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) hal. xv Bagian 2 hal 9
[40] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 7 hal 46
[41] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 12 hal 81     

[42] Maharuddin simbolon, di akses http://komunitasmarancar.blogspot.com/2009/05/harta-karun-tambang-emas-di-tapanuli.html , Harta Karun-Tambang Emas di Tapanuli Selatan, pada tanggal 3 Mei 2012 pukul 21:55

[43] Irma nafidah, di akses www.taputkab.go.id, pada tanggal 3 Mei 2012 pukul 21:55
[44] Hirman, http://akhirmh.blogspot.com/ pada tanggal 11 Mei 2012 pukul 21:30
[45] Gamari, dalam Seminar “Empat Pilar Kebangsaan” di Universitas Serang Raya Falkutas Fisip, 15 maret 2012.
[46] Astrid, www.ELSAM.com (2002:2), pada tanggal 11 Mei 2012 pukul 21:20
[47] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Inodnesia (edisi keempat),hal. 45
[48] Keshya, http://atmadjautama.multiply.com/journal, pada tanggal 11 Mei 2012 pukul 21:10
[49]Ahmad Nurdin, http://www.pikiran-rakyat.com/node/178815, pada tanggal 11 Mei 2012 pukul 21:03
[50] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 14 hal 95
[51] Irma mawaddah, diakses http://baltyra.com/2012/04/12/masa-kanak-kanak-pandawa,pada tanggal 1 Mei 2012 pukul 17:30
[52] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 8 hal 61
[53] Nalan, Arthur S., “Sobrat” dalam A. Ariobimo Nusantara, 5 Naskah Drama, (Jakarta,2005) Bagian 7 hal 49-50
[54]Nurdin Kalim, http://majalah.tempointeraktif.com/mbm.20050627.TER115787.id.html tahun 27 Juni 2005, diunduh pada tanggal 02 Mei 2012 pukul 18:45

1 komentar:

  1. Buat yang berada di perantauan Yang Butuh Modal Usaha Atau Punya Utang Banyak,Minat Lewat Pesugihan Tanpa Tumbal Di jamin Aman Dunia Akhirat (Halal) ,telpon saja Ki Soleh Pati.
    (((PESUGIHAN PUTIH UANG NYATA DARI ALAM GAIB DAN NIKAH SIRIH WANITA CANTIK JIN MUSLIM)))
    Pengajar: Ki Soleh Pati.
    Hp. 085 289 336 667.
    Pesantren al-hikmah
    Besuki-situbondo-jawa timur.
    Jika anda mau ritual dirumah tanpa datang kepesantren.
    Syarat -syarat.
    -beli kain putih dan semprot dengan parfum.maka jin wanita akan siap membawa uang milyaran atau ratusan juta.
    —PESUGIHAN PUTIH DANA BAROKAH.AMAN DUNIA AKHIRAT TANPA TUMBAL.
    Cukup anda menyembelih hewan kambing sbg sesajen putih.anda akan dibawakan uang melimpah sama jin muslim.
    -NIKAH SIRIH SAMA WANITA MENAWAN SAMA JIN MUSLIM.
    Dengan menikahi jin muslim anda akan dibantu mencari perantara uang cepat kilat dan jin ini bisa berubah wujud desuai yang diinginkan sang suami/bisa seperti artis idola.
    (( Jika kambing dapat uang seratus juta dan jika sapi akan dapat 1-5 milyar lebih))
    Buktikan dan kami yakin anda akan bisa dan akan dapat uang melimpah dalam satu malam .
    Ini nyata dan terbukti.silahkan anda ritual malam ini dengan bimbingan jarak jauh via telpon di :
    085 289 336 667.
    Pengajar:Ki Soleh Pati.
    Hp. 085 289 336 667
    Desa silobanteng-besuki-situbondo-jawa timur.

    BalasHapus