Jumat, 13 Januari 2012

Puisi-Puisi Karya ku

RAGAKU

Wulandari Nur Fajriyah

Tak kau lihatkah magma di gunung cintaku
Menggelegak dan membara sejak zaman purba?
Tak kau rasakankah gempa dari perut bumi cintaku?
Mengguncang dan meruntuhkan apa saja?
Jika tak , o , dada yang sempit ini
Betapa sesak..

Di bibir mawar itu
Tertanam seribu sembilu
Tak tampak
Namun menyayat-nyayat kalbu
Lukaku tak berdarah,kasih
Tapi perihku menghitamkan langit biru

Malam tak lagi punya bintang
Tak lagi memberiku keindahan

Kau masih ada
Tapi tinggal bayang-bayang samar

Mantra suku mana yang bisa mendekatkan hati kita?
Lagu cinta siapa yang bisa menyatukan hatti kita?
Atau memang tak pernah ada
Dan kita tapaki rel sepanjang ketakmungkinan hujan tanpa awan?
Kalau begitu biarlah ku temui..







 Ingkari  Janji

Wulandari Nur Fajriyah
Siang ini matahari begitu memekakan mata
Dan kita masih berjabat hangat
Nikmati panas dengan ketulusan dan kebersamaan
Janji setia terus temani
Sore ini matahari meredupkan sinarnya
Dan kita masih tetap bersama
Nikmati terik yang beranjak pergi
Berdua bagai sepasang kekasih
Malam ini matahari tak terlihat pagi
Tapi kita masih berguna berdekatan
Lepaskan semua tawa dan penat
Jadikan satu dalam hangat
                                                Kini matahari kembali terangi
                                                Namun kita tak bersama lagi
                                                Kau lupakan aku yang setia temani
                                                 Kini...
                                                 Ombak itu pergi
                                                 Tinggalkan laut buat sepi
                                                  
 Kini...
 Ombak itu punya pengganti
  Laut tak berguncang beranjak mati
                                                                               
Kini...
 Laut merintih
 Rindu akan ombak gusar nan gundah
                                                         Kini...
                                                         Sunyi meniti jejak sang ombak
                                                         Ombak yang dulu setia teman
                                                          Kini...
                                                          Laut itu pun mati
                                                          Semakin perih dalam sendiri




SAXSION

Wulandari Nur Fajriyah
 
Perasaan merana menghantui jiwa, bagai kapal tanpa nakoda
Angin yang akan menjadi kapten kapal, ombak yang akan mejadi petunjuk jalan
Pulau hanya batas impian dan khayalan belaka
Dibawah kapal terdapat karang yang lebih besar dari kapal
Hingga membuatnya kan tenggelam
Ku tunggu seorang di ujung anjungan dermaga
Sambil membawa seutas bunga yang berisi namaku
Disore senja matahari`kan beranjak pergi
Tiba-tiba dia melemparkan bunga itu kedalam dinginya lautan
Sudah q teriak tunggu...
Dia pergi meninggalkan ku yg di ujung samudra...
Kini sudahi saja riwayat kapalku ini....
Kuingin mati tenggelam bersama hartaku yang paling berharga
Hanya tersisa hati yang penuh luka karena kubagikan kesetiap manusia
Semoga kepergianku membawa rumah baru bagi ikan-ikan yang setia menemaniku
Rumah bagi karang yang indah yang selalu bergoyang menghiburku
Tempat berlidung dari ganasnya ombak dan badai
Suatu ketika kuingin seseorang menemui q, melihat....
Betapa indah kapalku ini walau sudah mati tak seperti dulu lagi
Haruskah ku senandungkan biola dan organ
Untuk mengungkapkan semua isi hati yang`sudah mati ini
Sia..sia lah semua....tak kan ada yang ingin mendengar rintihan suara subang
Dan tak kan ada yang paham akan makna yang terpendam
Sampai suatu ketika seseorang menemukannya dan tau arti dari semua ini




GEJOLAK
Wulandari Nur Fajriyah

Duh gusti aku sendiri diambang  batas
Duh gusti sepi menekan menusuk kalbu
Jiwaku terhempas dalam kesunyian
Aku butuh kehangatan jiwa yang tegar
Aku butuh temen yang mampu memberi
Aku labil, merana, terkoyak terhempas
Aku ingin bersandar pada bahumu yang kokoh
Aku ingin terlelap dalam pelukanmu
Ingin ku ukir hari-hari bersamamu
Namun hanya sedikit yang dapat kita rajut
Kau terlarang kasihku………..
Kau bukan milikkku………..
Kau dan aku palsu
Hanya nafsu kasihku
Yang kita punya,dan mungkin ini juga akan sirna



KUKILA
Wulandari Nur Fajriyah
 
Kukila kukila kukila
Hidup seperti mimpi
Terikat dalam jerat
Jerat suci bermakna sepi
Jerat cinta mengikat sukma
Kukila ingin kau berlari
Menggapai mimpi
Yang tak pasti
Atau tetap bertahan
Walau dalam kegalauan

17 Februari 2015
 Wulandari Nur Fajriyah


Kamu adalah mimpi terindah yang selalu ingin kuulang setiap lelapku
Menjagaku dari kelelahan dan membangunkanku dengan senyuman setiap hari
Kamu adalah bayang masa yang mengedap-endap dalam keheningan
Menyergap begitu dekat, lekat dan pekat
Kamu adalah aku yang membawa segala mimpi dalam hidup.