Selasa, 21 Mei 2013

Pemindahan (Transmigrasi) Orang Jawa ke Lampung dalam Novel Layar Terkembang Karya Sultan Takdir Alisyahbana


Pemindahan (Transmigrasi) Orang Jawa ke Lampung dalam Novel Layar Terkembang Karya Sultan Takdir Alisyahbana
“Saleh mengangkat mukanya dari koran, diambilnya sebatang sigaret dari meja, lalu berkatalah ia dengan suara yang tiada turun naik, ‘Tiada berhenti-henti pemindahan orang Jawa ke Lampung, sekarang sudah 2000 orang pula lagi. Lampung nanti menjadi negeri orang Jawa”.[1]
Kutipan dalam novel Layar terkembaang tersebut merupakan salah satu berita dari surat kabar pada masa tersebut yaitu Bintang Timur yang dibaca oleh Saleh. Bintang timur merupakan salah satu surat kabar tertua yang berbahasa Melayu terbit di Surabaya, semenjak 1862. Sastrawan Pramoedya Ananta Toer pernah menjadi Redaktur rubrik Lentera dalam Majalah Bintang Timur milik Partai Indonesia (Partindo), partai yang politiknya sejalan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Surat kabar Bintang Timur tidak bertahan lama karena politiknya sejalan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Saleh merupakan paman dari Maria dan Tuti yang telah mempunyai seorang istri bernama Ratna. Percakapan tersebut terjadi ketika Yusuf dan Tuti sedang berada di rumah mereka setelah makan malam. Perkataan Saleh mendapatkan respon dari Yusuf:
“Yusuf mengangkat mukanya pula dan seraya tersenyum ujarnya, “Kalau mereka sudah di Sumatera tentulah mereka menjadi orang Sumatera!”.[2]
            Sebagai orang Sumatera Yusuf tidak setuju bahwa orang Jawa yang bertransmigrasi ke Lampung maka jadilah mereka orang Sumatera karena tinggal, hidup, dan berpenghasilan di Sumatera.
Sultan Takdir Alisyahbana menggunakan latar Lampung sebagai tempat yang indah, yang dikagumi oleh Yusuf.
“Keesokan harinya Yusuf pergi mengikuti Sukartono pergi ke Keroi. Jalan yang tiada putu-putus berkelok-kelok menurun menuju ke bawah, hutan yang hijau meliputi lurah dan tebing sepanjang jalan dan akhirnya pemandangan yang dahsyat ke arah lautan Samudra yang biru luas membentang …”[3]
Selain Keroi, ada beberapa nama daerah di Lampung yang digunakan sebagai latar tempat, yaitu: Liwa, dan Danau Ranau.
Lampung adalah salah satu provinsi yang berada paling ujung timur pulau Sumatera. Artinya dalam novel Layar Terkembang Lampung diposisikan di antara Sumatera Selatan dan Batavia. Sehingga jika dilihat dari segi strategis provinsi Lampung yang berada ditengah tersebut Lampung merupakan sebuah penghubung dan seringnya dilalui oleh orang yang menuju Batavia. Hal ini berpontesi menjadikan Lampung sebagai salah satu tempat transmigrasi.
Transmigrasi adalah perpindahan pendudukan dari satu daerah (pulau) yang berpenduduk pada ke daerah (pulau) yang lain yang berpenduduk jarang.[4] Penyelenggaraan transmigrasi di Provinsi Lampung pertama kali dimulai pada tahun 1905 yang dikenal dengan program kolonisasi dengan penempatan pertama sejumlah 155 KK transmigran yang berasal dari daerah Kedu Jawa Tengah ke Desa Bagelen Gedong Tataan, 25 km sebelah barat kota Bandar Lampung.
Selain dilihat dari segi strategisnya, Lampung merupakan daerah dengan luas 35.376,50 km² yang tanahnya belum terjamah dan berpontensi sebagai lahan pertanian. Sehingga banyak orang Jawa yang disosialisasikan dan ditempatkan pekerjaan di tanah sebrang tersebut.
Jika dikaitkan dengan keadaan Lampung sekarang, Lampung adalah salah satu pusat transmigrasi. Tingginya tingkat transmigrasi sekarang yang tidak hanya dari Jawa namun dari berbagai daerah mengakibatkan provinsi Lampung tidak memiliki identitas yang jelas, dapat dikatakan budaya Lampung menjadi semakin luntur karena banyaknya budaya lain yang masuk. Sehingga informasi yang kita dapat sampai hari ini pun kita tidak mengetahui bagaimanakah adat budaya,bahasa Lampung asli. Hal ini mengakibatkan bahasa dan kebudayaan Lampung menjadi minoritas dan tidak berkembang.
Transmigrasi ke Lampung dimulai dari tahun 1905. Novel Layar Terkembang termasuk dalam angkatan 1920-an yang menyinggung mengenai transmigrasi ke Lampung.  Lampung telah menjadi salah satu tempat transmigrasi hingga sekarang pun provinsi tersebut masih menjadi tempat transmigrasi.
Benarlah kata Saleh “Lampung nanti menjadi negeri orang Jawa”, bahwa sekarang Lampung merupakan provinsi yang mayoritas bersuku Jawa. Namun hal tersebut haruslah menjadi acuan orang asli Lampung untuk dapat terus bersaing dan mempertahankan budaya,bahasa, dan menampilkan bahwa Lampung mempunyai identitas. Lampung bukan sedang dijajah melainkan sedang diuji untuk kebangkitannya menjadi provinsi yang besar nantinya.


[1] Sultan Takdir Alisyahbana, Layar Terkembang, (Jakarta:Balai Pustaka), h. 129
[2] Ibid., h. 129
[3] Ibid., h.41
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), h. 1485

Tidak ada komentar:

Posting Komentar