Menjadi pendidik tidaklah mudah. Saya mengalami, saya menjalani,
dan saya merasakan.
Bukan hanya saya yang gelisah namun banyak yang gelisah. Semua
dihaturkan kepada Sang pencipta agar selalu mendapat petunjuk dan bimbingannya.
Dan ternyata siswa juga banyak yang bimbang mengenai masa depan
kita, aturan kita, kebebasan shalat. Banyaknya demokratis menuntut kita untuk
tersus berfikir logis. Berfikir logis merupakan hal yang sangat rawan antara
kebenaran dan kebatilan. Menjadi satu merupakan hal yang bagus, menjadi sama
bukan hal yang diharapkan kembali di zaman ini.
Salah satu contoh adalah, menjelang siang ini saya mengajar di
salah satu kelas XII mereka tengah berdebat adanya pendidikan dan agama. Mereka
berfikir bahwa aturan-aturan yang sangat mendoktrin membuat mereka tidak maju,
seperti kita selalu menerima aturan agama dan hal terseut dianggap menghalangi
pikiran kita.
Saya menanggapinya hanya tersenyum tanpa memisahkan mereka sampai
mereka capek dan puas sendiri. Akhirnya mereka pun mereda dan melemparkan
pertanyaan mengenai hal yang diperdebatkan. Saya memeberikan masukkan bahwa
kita memang bisa dan bebas berpendapat tapi ada baiknya kita berpendapat yang
sesuai dan dengan aturan diskusi dan debat yang akan kita pelajari di pelajaran
Bahasa Indonesia.
Akhirnya dengan penengahan tersebut menjadi redahlah permasalahan
tersebut. Perdebatan selanjutnya adalah mengenai bagaimana pendidikan
berlangsung apakah harus dinilai prosesnya atau hasilnya. Satu sisi saya sangat
senang melihat mereka bisa berpikir sampai sejauh itu tetapi di sisi lain ada
kesedihan bahwa gak bisa menjelaskan seutuhnya kepada mereka karena memang
permasalahan dan materi tersebut diajarkan pada tingkat perkuliahan namun
sesingkat dan seaplikatif mungkin saya jelaskan pada pengaplikasian proses dan
hasil tersebut pada kurukulum 2013.
Beberapa kasus tersebut hanya kasus kecil dari seberapa banyak
kasus yang ada. Pemikiran mereka yang kritis dan logis seharusnya ada yang
menuntun memberikan mereka pencerahan, yah... kembali lagi bahwa guru lah yang
harus memiliki dan mengambil peran tersebut.
Maaf yah kalau dari postingan ini pendidik hanya bisa mengkritisi
fakta yag ada di lapangan terus pertanyaan nya adalah. Apa sih yang sudah kamu
lakukan Lan? Okeeee...... ada beberapa yang telah ku lakukan dalam beradaptasi
di sini.
1. Jadilah penyimak yang baik.
Mungkin dari sekian banyak guru hanya saya yang paling banyak diam.
Bukanku kalem namun ada baiknya pada awal adaptasi adalah dengan penyimak yang
baik. Dengan menjadi penyimak yang baik kita dapat berteman dengan siapa saja
tidak hanya pada satu orang dan merasa bisa mengetahui sifat teman kerja,
atasan, dan sistem yang ada.
2. Banyak bertanya
Selain jadi penyimak baik, haruslah menjadi orang yang banyak
bertanya karena banyak hal yang tidak diberi tahu mengenai perizinan, sistem
pelanggaran, peraturan guru, seragam penyesuaian, dan lain sebagainya. Jadi,
ada lebih baik banyak bertanya dengan senior dan wakil kepala sekolah. Dengan begitu
kita tidak akan ketinggalan informasi dan melakukan kesalahan sebelum ditegur
karena saya pernah sekali ditegur karena memakai sendal ke lorong kelas karena
keperluan memanggil guru di ruang guru atas. Hehehehe
3. Kenali karakter siswa per kelas
Setiap kelas memiliki karakter yang berbeda-beda, berteman kelompok
yang berbeda, latar belakang, dan cara belajar yang berbeda pula. Perbedaan tersebut
juga sangat mempengaruhi dengan metode mengajar yang digunakan begitupula
dengan penerimaan materi tiap kelas juga berbeda juga. Misalnya, metode diskusi
pada kelas IPA dapat berjalan dan berbanding terbalik dengan kelas lain yang
ternyata metode tersebut tidak berjalan sesuai rencana.
4. Pendekatan pada siswa paling aktif
Pendekatan pertama saya lakukan pada geng kelas XII yang sampai
sekarang belum berhasil saya dekati melalui karya sastra kesukaannya mencoba
memecah persahabatannya tetapi saya masih perlu ekstra pendekatan agar kelas
bisa kondusif. Dikelas XI yang saya lakukan adalah menggandeng salah satu murid
dan saya jadikan asisten dan hal tersebut berangsur-angsur dapat meredakan
kelas yang tidak kondusif dan membuat dia mau untuk belajar.
5. Hilangkan Idealisme, tebar senyuman, tetap sabar, dan santai
Dengan tersenyum kita bisa meredakan segala macam masalah yang ada.
Dengan sabar kita bisa menghadapi masalah sebayak dan serumit apapun, dan dengan
santai kita bisa terus menjalani pekerjaan di sini. Hehehehe....
Keempat hal tersebut yang sangat penting harus dilatih dan dimiliki
sebagai pendidik yang memiliki permasalahan yang sama dengan saya. Menjadi
tidak santai membuat hati hanya kesal dan baper. Hanya membuang-buang energi
ketika harus marah-marah menghadapi hal yang harus sesuai dengan idealis kita.
Mulalilah dari sekarang untuk bisa santai menikmati hidup,
pekerjaa, dan rutinitas yang kalian miliki. Simpan energimu untuk bermain
dengan anak dibandingkan marah-marah. Dan senyum meunjukkan bahwa kita legowo
dan bisa terus terlihat muda. Hahahaha
Semangat mengajar wahai para pendidik bangsa dan tunas muda
pemimpin masa depan.
sangat menarik sekali untuk dibaca
BalasHapuscara cek no axis