Kamis, 22 November 2018

Teruntuk Pendidik yang Mengalami Kegelisahan



Menjadi pendidik tidaklah mudah. Saya mengalami, saya menjalani, dan saya merasakan.

Bukan hanya saya yang gelisah namun banyak yang gelisah. Semua dihaturkan kepada Sang pencipta agar selalu mendapat petunjuk dan bimbingannya.

Dan ternyata siswa juga banyak yang bimbang mengenai masa depan kita, aturan kita, kebebasan shalat. Banyaknya demokratis menuntut kita untuk tersus berfikir logis. Berfikir logis merupakan hal yang sangat rawan antara kebenaran dan kebatilan. Menjadi satu merupakan hal yang bagus, menjadi sama bukan hal yang diharapkan kembali di zaman ini.

Salah satu contoh adalah, menjelang siang ini saya mengajar di salah satu kelas XII mereka tengah berdebat adanya pendidikan dan agama. Mereka berfikir bahwa aturan-aturan yang sangat mendoktrin membuat mereka tidak maju, seperti kita selalu menerima aturan agama dan hal terseut dianggap menghalangi pikiran kita.

Saya menanggapinya hanya tersenyum tanpa memisahkan mereka sampai mereka capek dan puas sendiri. Akhirnya mereka pun mereda dan melemparkan pertanyaan mengenai hal yang diperdebatkan. Saya memeberikan masukkan bahwa kita memang bisa dan bebas berpendapat tapi ada baiknya kita berpendapat yang sesuai dan dengan aturan diskusi dan debat yang akan kita pelajari di pelajaran Bahasa Indonesia.

Akhirnya dengan penengahan tersebut menjadi redahlah permasalahan tersebut. Perdebatan selanjutnya adalah mengenai bagaimana pendidikan berlangsung apakah harus dinilai prosesnya atau hasilnya. Satu sisi saya sangat senang melihat mereka bisa berpikir sampai sejauh itu tetapi di sisi lain ada kesedihan bahwa gak bisa menjelaskan seutuhnya kepada mereka karena memang permasalahan dan materi tersebut diajarkan pada tingkat perkuliahan namun sesingkat dan seaplikatif mungkin saya jelaskan pada pengaplikasian proses dan hasil tersebut pada kurukulum 2013.

Beberapa kasus tersebut hanya kasus kecil dari seberapa banyak kasus yang ada. Pemikiran mereka yang kritis dan logis seharusnya ada yang menuntun memberikan mereka pencerahan, yah... kembali lagi bahwa guru lah yang harus memiliki dan mengambil peran tersebut.

Maaf yah kalau dari postingan ini pendidik hanya bisa mengkritisi fakta yag ada di lapangan terus pertanyaan nya adalah. Apa sih yang sudah kamu lakukan Lan? Okeeee...... ada beberapa yang telah ku lakukan dalam beradaptasi di sini.

1. Jadilah penyimak yang baik.
Mungkin dari sekian banyak guru hanya saya yang paling banyak diam. Bukanku kalem namun ada baiknya pada awal adaptasi adalah dengan penyimak yang baik. Dengan menjadi penyimak yang baik kita dapat berteman dengan siapa saja tidak hanya pada satu orang dan merasa bisa mengetahui sifat teman kerja, atasan, dan sistem yang ada.

2. Banyak bertanya
Selain jadi penyimak baik, haruslah menjadi orang yang banyak bertanya karena banyak hal yang tidak diberi tahu mengenai perizinan, sistem pelanggaran, peraturan guru, seragam penyesuaian, dan lain sebagainya. Jadi, ada lebih baik banyak bertanya dengan senior dan wakil kepala sekolah. Dengan begitu kita tidak akan ketinggalan informasi dan melakukan kesalahan sebelum ditegur karena saya pernah sekali ditegur karena memakai sendal ke lorong kelas karena keperluan memanggil guru di ruang guru atas. Hehehehe

3. Kenali karakter siswa per kelas
Setiap kelas memiliki karakter yang berbeda-beda, berteman kelompok yang berbeda, latar belakang, dan cara belajar yang berbeda pula. Perbedaan tersebut juga sangat mempengaruhi dengan metode mengajar yang digunakan begitupula dengan penerimaan materi tiap kelas juga berbeda juga. Misalnya, metode diskusi pada kelas IPA dapat berjalan dan berbanding terbalik dengan kelas lain yang ternyata metode tersebut tidak berjalan sesuai rencana.

4. Pendekatan pada siswa paling aktif
Pendekatan pertama saya lakukan pada geng kelas XII yang sampai sekarang belum berhasil saya dekati melalui karya sastra kesukaannya mencoba memecah persahabatannya tetapi saya masih perlu ekstra pendekatan agar kelas bisa kondusif. Dikelas XI yang saya lakukan adalah menggandeng salah satu murid dan saya jadikan asisten dan hal tersebut berangsur-angsur dapat meredakan kelas yang tidak kondusif dan membuat dia mau untuk belajar.

5. Hilangkan Idealisme, tebar senyuman, tetap sabar, dan santai
Dengan tersenyum kita bisa meredakan segala macam masalah yang ada. Dengan sabar kita bisa menghadapi masalah sebayak dan serumit apapun, dan dengan santai kita bisa terus menjalani pekerjaan di sini. Hehehehe....
Keempat hal tersebut yang sangat penting harus dilatih dan dimiliki sebagai pendidik yang memiliki permasalahan yang sama dengan saya. Menjadi tidak santai membuat hati hanya kesal dan baper. Hanya membuang-buang energi ketika harus marah-marah menghadapi hal yang harus sesuai dengan idealis kita.
Mulalilah dari sekarang untuk bisa santai menikmati hidup, pekerjaa, dan rutinitas yang kalian miliki. Simpan energimu untuk bermain dengan anak dibandingkan marah-marah. Dan senyum meunjukkan bahwa kita legowo dan bisa terus terlihat muda. Hahahaha


Semangat mengajar wahai para pendidik bangsa dan tunas muda pemimpin masa depan.





1 komentar: