Kalibiru, WestProg yes! |
Dengan modal keberanian dan ilmu yang telah saya dapatkan maka pada hari kedua sesi pagi jam 08.30-10.30 bersama ketiga pemakalah lain yang berasal dari Universitas lain saya bergiliran untuk menyampaikan penelitian yang saya lakukan.
Tak cukup lama hanya dengan waktu 10 menit
dengan singkat saya telah selesai menyampikan pendahuluan, isi, dan kesimpulan
makalah saya. Setalah selesai semua pemakalah menyampikan hasil penelitian
tibalah waktu tanya-jawab dan benar saja saya tak berharap banyak penelitian saya
ditanya tetapi kenyataannya saya mendapatkan beberapa pertanyaan, masukan,
serta saran yang sangat bermanfaat dan saya yakin bahwa penelitian saya ini
dapat dikembangkan menjadi penelitian yang lebih lengkap dan muktahir.
Di sela-sela acara tersebut saya ditemani oleh
pasangan yang selalu setia menanti untuk menjelajahi makanan dan tempat wisata
yang ada di Yogjakarta. Bermodalkan sepeda motor yang kami sewa selama tiga
hari dan kuota internet sebagai penunjuk arah (peta dari Google) kami dapat
menelusuri beberapa tempat wisata dan kuliner yang merupakan rekomendasi dari
penjelajah sebelumnya dan beberapa ada yang kami coba sendiri.
1.
Jalan Malioboro
Sampai
di Yogja pagi-pagi kami langsung menuju ke Jl. Malioboro karena jaraknya yang
terdekat dari Stasiun Lempuyangan. Karena masih pagi dan sepi sekitar pukul
07.00 WIB kami mengabadikan Jl Malioboro yang legendaris ini. Pedagang baju
belum buka yang ada hanya penjual makanan di sebelah kiri jalan yang sedang
diperbaiki.
2.
Sarapan Gudeg “Mbok Jum”
Hari pertama ini kami putuskan untuk mencari sarapan dahulu yah. Kami tiba di cabang gudeg yang berada di daerah Wijilan. Daerah Wijilan merupakan kawasan atau sentral makanan gudeg jadi sejauh mata memandang memasuki kawasan ini maka terdapat banyak warung gudeg dan kami menuju ke Gudeg Mbok Jum.
Daftar Menu bisa diperbesar yah, heheh |
Dengan konsep seperti warung makanan pada umumnya Guded ini menawarkan gudeg dengan berbagai makanan pendampingnya. Harga makanan mulai dari harga Rp 12.000 – 45.000,- dan gudeg ini pun dapat dibungkus sebagai oleh-oleh dan tahan untuk beberapa hari ke depan karena tekstur gudeng yang kering. Rasa gudeg yang saya rasakan merupakan cita rasa makanan Jawa yang manis dan saya memilih makanan pendamping telur. Tanpa sambel tapi bisa dinikmati dengan cabai utuh jika ingin rasa pedasnya. Heheheh.
Setelah
kenyang kami berputar-putar mengelilingi Yogja tanpa tujuan selanjutnya
kemudian kami terhenti di Duren Mendem. Memang kami berdua adalah pasangan yang
hobi makan apalagi ada kata durian.... Wah... segerrr sekali bukan setelah
sarapan menjelang siang minum es durian.
Tepat lokasinya di arah Mall Ambarukmo setelah UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta. Kami mencoba satu porsi es durian utuh Rp 21.000,- lumayan murah dibandingkan di Jakarta. Isi durian beku 5 butir tanpa biji dengan topping susu coklat dan keju kami pun langsung melahap habis. Sembari memuuskan destinasi selanjutnya kami cuci muka dan bersih-bersih karena tempatnya lumayan luas dan nyaman (kami berdua saja loh pengunjungnya masih terlalu pagi minum es durian jam 10 siang heheh).
Menu Duren Mendem |
Tepat lokasinya di arah Mall Ambarukmo setelah UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta. Kami mencoba satu porsi es durian utuh Rp 21.000,- lumayan murah dibandingkan di Jakarta. Isi durian beku 5 butir tanpa biji dengan topping susu coklat dan keju kami pun langsung melahap habis. Sembari memuuskan destinasi selanjutnya kami cuci muka dan bersih-bersih karena tempatnya lumayan luas dan nyaman (kami berdua saja loh pengunjungnya masih terlalu pagi minum es durian jam 10 siang heheh).
Selanjutnya
kami melakukan pencarian untuk meuju tempat selanjutnya, dan ternyata karena
masih siang kami memutuskan untuk ke candi ratu boko. Perjalanan kami tempuh
kira-kira 50 menit dari duren mendem. Sesampainya di sana cuacana sudah mendung
dan kami masuk di pintu sisi sebelah utara yang mengharuskan kami mendaki.
Karena melihat kondisi kami akhirnya kami disarankan untuk meuju ke pintu masuk
melalui perkampungan warga-warga yang dapat dilalui oleh mobil.
Ini parkiran yang pertama kalau tidak lewat yang jalan kecil harus menanjak naiknya, lebih baik sih ke arah yang warga dan naiknya tidak terlalu curam.
Ini parkiran yang pertama kalau tidak lewat yang jalan kecil harus menanjak naiknya, lebih baik sih ke arah yang warga dan naiknya tidak terlalu curam.
Dari parkiran motor yang hujan dan dibawah pintu masuknya tidak begitu jauh |
Harga masuk tiker Rp 25.000,-/orang dan ini hanya berlaku sampai jam 15.00 WIB dan di atas jam tersebut tiketnya Rp 100.000,-/orang. Cukup heran dengan harga itu sih, karena perbedaanya sangat jauh untuk melihat matahari terbenam tepat di atas candi yang hits karena film AADC ini. Sampai diparkiran dan tiket masuk hujan pun turun, kira-kira hampir setengah jam kami menunggu untuk jalan ke lokasi candi.
Bermodalkan penyewaan payung Rp 5.000,- kami melewati rinti-rintik hujan dan berjalan kira-kira 1,5 km untuk sampai ke lokasi candi.ketika sampai di sana saya bertepatan dengan banyaknya turis dan penggerak seni yang akan megadakan festival Candi Ratu Boko yang akan di buka pada malam itu, namun karena keadaan yang sudah lelah saya hanya mengitari kawasan candi sampai ke area pengunungan sisi sebelah kanan candi untuk melihat situs yang tidak terawat lagi, dari ketinggian ini terlihat candi Prambanan tidak jauh dari sini.
Masih hujn di depan pintu masuk candinya disediakan sewa payung Rp 5000,- sih.. |
masih hujan dipintu ratu boko |
5.
X-traordinary Ice Cream
Sebenarnya bukan saya yang kuliner ini tapi
pasangan. Setelah mengantarkan saya untuk seminar di UGM, dia mengelilingi
Yogja dan mencoba es krim yang katanya salah satu favorit artis. Kata dia sih,
ini lebih tepatnya seperti kafe karena tempat dan berbagai menu serta harga tak
jauh beda dengan di Jakarta. Yah.... kira-kira Rp 25.000,- sampai Rp 50.000,-.
Kalau dibandingkan harga makanan di Yogja tempat nongkrong ini lumayan kelas
menegah untuk mahasiswa. Hehehe..... Tau sendiri kan dengan uang segitu bisa
makan seharian kenyang di Yogja.
ngebayangin rasanya doank, hahaha |
Untuk soal rasa juga menurut pasagan sih standar aja, seperti kebanyakan minuman dan es krim lainnya namun tempatnya memang enak untuk wifian dan nongkrong kumpul sambil nyemal-nyemil (bukan makanan berat).
Setelah
selesai seminar saya berganti baju dan menyegarkan badan. Setelah itu karena
perut yang sangat lapar terakhir makan tadi siang setelah magrib saya mencari
rekomendasi di pinggiran jalan UGM yang penih dengan penjual makanan. Akhirnya
saya melihat “Burger Monalisa”, namanya menarik dan akhirnya saya memesan 1
burger dan 1 kentang goreng rasa keju. Tanpa banyak waktu saya menghabiskan
kentang dengan begitu cepat karena memang lapar dan isinya lumayan dikit
seharga Rp 7.000,-.
Kentang sepertinya dibuat sendiri karena potongan yang tidak merata dan cenderung tradisional. Rasanya lumayan dan untuk harga segitu yah rekoemnded lah.setelah kentang saatnya burger cheese disantap, hampir sama memang dibuatnya sendiri dan rasa sambelnya begitu khas karena sambal buatan (lumayan pedas) Rp 15.000,-.
daftar menu |
Kentang sepertinya dibuat sendiri karena potongan yang tidak merata dan cenderung tradisional. Rasanya lumayan dan untuk harga segitu yah rekoemnded lah.setelah kentang saatnya burger cheese disantap, hampir sama memang dibuatnya sendiri dan rasa sambelnya begitu khas karena sambal buatan (lumayan pedas) Rp 15.000,-.
semua manual yah kayak di rumah buatnya, hahaha |
7.
Oseng-oseng Mercon “Bu Narti”
Setelah menunggu teman pasangan dengan memakan burger mobalisa dan wedang ronde di bunderan UGM saya melanjutkan perjalanan untuk makan makanan berat. Kami diajak untuk makan oseng-oseng Mercon Bu Narti, tempatnya lesehan di pinggiran toko, keliatannya memang biasa dan sederhana tapi lumayan banyak pengunjung yang lahap sampai habis sambelnya. Wewew.. Kemudian saya dengan binggung melihat banyak makanan ternyata ini adalah lauk tambahan untuk sambel oseng-oseng mercon yang isinya jeroan. Saya mengambil tambahan iso.
menu tambahan dipilih-dipilih |
Setelah menunggu teman pasangan dengan memakan burger mobalisa dan wedang ronde di bunderan UGM saya melanjutkan perjalanan untuk makan makanan berat. Kami diajak untuk makan oseng-oseng Mercon Bu Narti, tempatnya lesehan di pinggiran toko, keliatannya memang biasa dan sederhana tapi lumayan banyak pengunjung yang lahap sampai habis sambelnya. Wewew.. Kemudian saya dengan binggung melihat banyak makanan ternyata ini adalah lauk tambahan untuk sambel oseng-oseng mercon yang isinya jeroan. Saya mengambil tambahan iso.
Tampilannya memang tidak menarik namun rasanya buat nafsu makan dan kangen pengen makan ini lagi. Hehehe......
Saya
makan tanpa sambal dengan memilih isinya saja dengan tambahan iso dan tambahan
kerupuk lengkaplah makan malam dipinggiran jalan kota Yogjakarta.
Aku
akan kembali lagi osengo-oseng mercon yang buat kangen kalau lagi gak pengen
makan apa-apa.
Kenyang
dengan oseng-oseng mercon kami menuju malioboro berjalan-jalan malam melihat
beberapa batik yang memang kita tidak berniat untuk berbelanja pada malam ini
tapi di hari terakhir nanti di Yogja. Setelah itu yang tak boleh ketinggalan
adalah suasana malam di tugu Yogjakarta. Suasana malam di Tugu Yogjakarta tak
kalah meriah dan ramai seperti di Malioboro. Tugu Yogjakarta dijadikan tempat
yang paling hits untuk mengabadikan foto di sana. Foto di bawah tugu, atau
bersama karakter-karakter unik yang ada di sekitar tugu.
Ada juga beberapa yang menawarkan jasa penyewaan baju adat untuk berfoto. Di sisi tugu ini terdapat peta Yogjakarta eserta beberapa peninggalan sejarah hampir seperti peta tiga dimensi. Dan banyak sekali orang-orang yang menghabiskan malamnya hingga pagi di sini.
Ada juga beberapa yang menawarkan jasa penyewaan baju adat untuk berfoto. Di sisi tugu ini terdapat peta Yogjakarta eserta beberapa peninggalan sejarah hampir seperti peta tiga dimensi. Dan banyak sekali orang-orang yang menghabiskan malamnya hingga pagi di sini.
Hari
pertama dari pukul 08.00 saya menghadiri pembukaan Seminar Internasional UGM, setelah makan
siang dan sidang pleno kedua hari ini saya memutuskan untuk mencari maan malam
Mangut Lele yang berada di Sewon. Kami menempuh perjalanan hampir satu jam
menggunakan motor dan bermodalkan maps dari Google. Kami mengikuti arahya yang
sama dengan arah ke Parangtritis, namun tidak sampai sana saya berbelok kanan
dan melewati perkampungan dengan jalan yang banyak gang dan akhirnya kami
menemukan beberapa mobil yang terparkir dan kami menanyakan ternyata benar
bahwa di dalam gang sempit tersebut ada makanan yang recomended “Mangut Lele”.
Sampai di sana kami pukul 16.50 WIB dan untungnya mangut lelenya masih ada dan saya dipersilahkan untuk mengambil nasi, mangut lele, gudeg, krecek, secara bebas dan lagsung dari tungku masaknya di atas kayu yang dibakar.
Akhirnyaaaaaaa |
Sebelah kiri ada tempat minuman itu warung Mbah Martonya |
Sampai di sana kami pukul 16.50 WIB dan untungnya mangut lelenya masih ada dan saya dipersilahkan untuk mengambil nasi, mangut lele, gudeg, krecek, secara bebas dan lagsung dari tungku masaknya di atas kayu yang dibakar.
Awalnya
sih memang sudah tahu kalau tempatnya memang susah ducari namun akhirnya dengan
Maps dan bertanya kami menemukannya dan merasakan sensasi makan masakan orang
desa. Benar, rasanya benar-benar tradisional, mangut lele yang begitu empuk
yang saya tidak ketahui bagaimana cara penggolahannya yang jelas tidak
menggunakan presto namun seperti dipanggang atau dibakar karena di tusuk
menggunakan bambu lelenya.
Dapurnya, boleh ambil nasi, gudeg dan semuanyaa sendiri sepuasanyaaaaa |
Warungnya sederhana tapi raanyaaa juaraaa |
Rasa
gurih, pedas, manis, asam, dan manis menjadi satu dengan makan menggunakan
gudeg dan krecek benar-benar begitu nikmat. Suasana di warung sederhana dengan
pemandangan dapur langsung ini membawaku bernostalgia ke masakan almarhumah
buyut putri ketika masak santan ikan mas (ikan mas dibakar terlebih dahulu).
Setelah makan akhirnya saya nambah mangut lelenya, enak Mbah... 1 Mangut lele
di jual dengan harga Rp 10.000,- dan menggunakan nasi serta krecek plus gudeg yang
dapat diambil secara gratis berkali-kali Rp 10.000,- dengan Rp 30.000,- saya
sudah sangat kenyang dan puas dengan rasanya.
Tercydukk nambah mangutnya 2x hahahahah |
Seperti biasa perjalanan pulang lebih cepat dibandingkan dengan perjalanan berangkat yang belum mengetahui tempatnya.
Acara
seminar internasional yang bertema “Isu-Isu Muktakhir dalam Penelitian Bahasa
dan Sastra” ini diadakan oleh FIB UGM. Acara yang bertempat di Auditorium UGM
dan Pascasarjana FIB UGM ini dihadiri oleh guru besar FIB UGM dn sekaligus
peluncuran buku untuk guru besar FIB UGM Alm. Kuntowijoyo.
Agak asing suasana di kampus ini karena memang ini pertamakalinya ke sini dan belum yah sama sekali tidak ada yang kenal kecuali panitia yang mengadakan. Hehehe. Hari pertama pembukaan dengan beragam kajian mukhtakhir sastra dan bahasa disampaikan oleh beberapa narasumber peneliti dan ini adalah hari kedua di Yogjakarta, menghadiri sebagai pemakalah di Seminar Internasional UGM. Bagiku ini adalah momen pertama kalinya mempublikasi penelitian yang ku buat, rasanya bersanding dengan para lulusan doktor dan salah satunya adalah guru besar UGM membuat nyali lumayan ciut arena cma lulusan S1.
Dan giliranku memperesentasikan, pertama-tama dengan gugup namun selanjutnya terbawa suasana dan akhirnya waktu 10 menit yang diberikan moderatr berlalu begitu cepat. Selanjutnya sesi tanya jawab, ini sih momen yang ditakutkan juga, takut tidak bisa menjawab dan tidak maksimal dalam menjawab namun sebisanya saya jawab. Di luar dugaan ternyata ada yang tertarik untuk menanyakan makalah saya sampai di sesi ketiga. Dukungan dan penjelasan lebih rinci dijelaskan oleh salah satu guru besar UGM yang menjadi pemakalah paralel pada saat itu.
Dua jam setengah berlalu dan syukur alhamdulillah berjlan lancar presentasiku. Selanjutnya saya mengikuti sesi paralel di kelas bahasa dan kelas sastra hingga siang. Yang menarik bagi saya penelitian terbaru sastra yaitu sastra perjalanan, menyelidiki dan memetakan perjalanan pengarang yang tergambar dari berbagai karya-karyanya.
Agak asing suasana di kampus ini karena memang ini pertamakalinya ke sini dan belum yah sama sekali tidak ada yang kenal kecuali panitia yang mengadakan. Hehehe. Hari pertama pembukaan dengan beragam kajian mukhtakhir sastra dan bahasa disampaikan oleh beberapa narasumber peneliti dan ini adalah hari kedua di Yogjakarta, menghadiri sebagai pemakalah di Seminar Internasional UGM. Bagiku ini adalah momen pertama kalinya mempublikasi penelitian yang ku buat, rasanya bersanding dengan para lulusan doktor dan salah satunya adalah guru besar UGM membuat nyali lumayan ciut arena cma lulusan S1.
Dan giliranku memperesentasikan, pertama-tama dengan gugup namun selanjutnya terbawa suasana dan akhirnya waktu 10 menit yang diberikan moderatr berlalu begitu cepat. Selanjutnya sesi tanya jawab, ini sih momen yang ditakutkan juga, takut tidak bisa menjawab dan tidak maksimal dalam menjawab namun sebisanya saya jawab. Di luar dugaan ternyata ada yang tertarik untuk menanyakan makalah saya sampai di sesi ketiga. Dukungan dan penjelasan lebih rinci dijelaskan oleh salah satu guru besar UGM yang menjadi pemakalah paralel pada saat itu.
Dua jam setengah berlalu dan syukur alhamdulillah berjlan lancar presentasiku. Selanjutnya saya mengikuti sesi paralel di kelas bahasa dan kelas sastra hingga siang. Yang menarik bagi saya penelitian terbaru sastra yaitu sastra perjalanan, menyelidiki dan memetakan perjalanan pengarang yang tergambar dari berbagai karya-karyanya.
11. Wisata Alam
Kalibiru
Setelah makan siang saya dijemput pasangan untuk menuju destinasi berikutnya, Wisata Alam Kalibiru, Kulonprogo. Waktu itu modal nekat sih, hanya berdua dan belum pernah sebelumnya tapi semua petualangan ini memang nekat. Hehehe.... terimakasih Google Maps, kami bisa sampai di sini berkat aplikasi dari Google dan signal 4G nya simpati.
Perjalanan menuju ke wisata ini terasa jauhhh karena memang teryata kita melewati jalan yang panjang lewat perkampungan berbeda dengan arah pulang kami lebih cepat. Tetapi lewat perkempungan jalanannya sungguh asik, hijau membentang dan berbagai rumah yang jarang serta jalanan yang makin menanjak naik, curam dan harus selalu waspada karena sisi sebelah kananmu jurang.
Dari UGM ke Wisata ini ami hampir menempuh waktu sekitar 1 jam 30 menit. Beruntuglah kami sampai di wisata ini tidak hujan dan belum sore sekali, sekitar jam 14.30. Setelah parkir kami harus berjalan menanjak sekitar 500 meter barulah kita membayar masuk Rp 5.000/perorang kemudian saya berfoto dengan si bulu lembut halusss burung hantu. Nah, sesampainya di sana kita bisa bebas selfie atau membayar lagi untuk beberapa spot berfoto. Untuk naiknya saja Rp 15.000/perorang kemudian memayar untuk 8 kali foto dan satu foto dihragai 5000 minimal mengambil 8 foto (tkor didokumentasi kan yah) tapi hasilnya wew loh. Hehehe....
12. Sate Klatak
dan Siomay
Malam
seblum presentasi saya menyempatkan diri unuk mencoba sate klatak. Ternyata
sate ini tak banyak yang menjualnya, kami berdua mencoba yang masih bisa
dijangkau di sekitar kota Yogyakarta kalau yang di AADC itu sate klatak arah
Bantul sana, jauh lumayan. Hehehe.... sate klatak bener-bener sate deh walau
hanya dikasih dua tusuk tapi daging banget, tebel, dan berasa banget minyak
kaldunya keluar semua. Awas jangan langsung dipegang karena sate ini dipanggang
dengan menggunakan besi (katanya sih jeruji besi sepeda). Disajikan dengan kuah
sate klatak ini rasanya unik banget mesti coba kalau mampir di Yogjakarta.
Makan lagii sate klatak (belum pernah) |
Taraaa Sate Klatak penuh minyak dan nyummmmm |
Menu |
Pulangnya aku membeli siomay yang kedainya di sampig sate klatak, penasaran karena banyak banget yang beli akhirnya memutuskan untuk memberi 10.000 bisa digoreng bisa juga tidak. Menurutku rasanya standart yah masih kalah sama siomay dari daerah asalnya. Hehehe
Diperjalanan pulang dari Kalibiru kami kelaparan dan akhirnya menuju ke SS terdekat yang berada dipetengahan jalan. Sore menjelang magrib yang diguyur hujan itu kami menikmati hidangan dari SS (tempat makan favorit pasangan). Walau ke yogja yah makannya tetap SS, hehehe. Kalau ke tempat makan ini harus coba ayam bakar, sambal tomat dan sayur asem, minumnya jus sawo (perpaduan yang mantap saya jus sawonya sekarang sudah tak ada).
SS yang berada di Yogjakarta ternyata lebih murah dibanding d cabang Jabodetabek, dan nasinya tidak persatuan dihidangkanya tapi dikasih satu ceting. Hahahaha. Baru kali ini makan di SS gak pernah pesen satu ceting berdua dan sekarang dikasih satu ceting dan kami pun tak habis. Kalau kalaparan banget di Yogja musti ke sini guys, nasi satu ceting mau nambah monggo sepuasnya dihitungnya satu porsi normal.
Hari
terkhir di Yogja, sarapan terakhir kami mencoba Sop Ayam Pak Min Klaten
letaknya tidk jauh dari Jl. Malioboro, yah searah menuju ke sana. Aku sarapan
dengan memilih isian ati ampala yang isinya banyak, sedangkan pasangan megambil
daging ayamnya. Indah sekali pagi terakhir ini, pasangan sarapa dengan lahap
dan benar dia menyukainya. Sarapan dengan rasa enak dan puas ini terjangkau
banget, kalau ke yogja mesti ke sini lagi.
Daftar Menu |
Letaknya ke arah wisama bahasa Yogjakarta, sepanjang jalan banyak bule dan pas saya beli pun ada beberapa bule nongkrong. Bukan untuk kami berdua tapi pesanan bos besar utuk di bawa ke Jakarta. Hehehe... harganya Rp 25.000,- bagi yang ingin mencoba kata bos besar ini burger pork paling enak dari yang ternama manapun.
16. Mall
Ambarukmo
Dari
awal ke Yogjakarta gak pernah ngemall dan penasaran sama mall yang ada di
Yogja, dan tidak jauh dr penginapan pun ada mall. Sebelum pulang akhirnya
memutuskan untuk ke mall hanya ingin melihat-lihat tapi akhirnya beli oleh-oleh
coklat monggo dan beberapa roti untuk perjalanan pulang malam ini. Mall nya
bagus, besar yah hampir mirip dengan Pejaten Village memanjang dan lengkap
beberapa brand serta makanan.
17. Mall
Malioboro
Tujuan
terakhir sebelum menuju ke stasiun Lempuyangan kami berdua mampir ke Mall
Malioboro, Pasar Berigharjo untuk beli oleh-oleh. Beli titipan, kaos dagadu,
dan batik. Di mall ini sebenernya Cuma parkir sih, hehehe. Kesana-sininya
jalan, di mall malioboro beli dagadu kemudian di luar coba beli kaos Yogja Van
Java, kemudian beli batik, tas di sepanjang jalan. Menjelang ashar akhirnya
kami berdua kelelahan dan menuju ke stasiun karena jadwal kereta jam 17.00 sore
ini.
wah jadi pengen ke jogja deh
BalasHapuswebsite axis