Minggu,
29 Juni 2014
Aku dan Umiku yang sangat kuat di depan RS Dr. Soeharso Solo |
Dini hari aku sudah bangun dan bersiap untuk menjemput Umi di Gambir. Pagi
itu suasana di Ciputat seperti biasa macet menuju ke arah lebak bulus karena
ada pasar tumpah di sepanjang jalan depan UMJ. Kemudian meneruskan perjalanan dengan
angkutan umum P20 untuk menuju ke Gambir.
Tepat pukul 07.00 aku sudah menunggu di tempat bus Damri, menunggu,
mengamati setiap bus antar pulau yang datang ke stasiun ini. tak seperti
biasanya bus datang agak siang, biasanya aku tiba di stasium Gambir dari
Lampung pukul 05.00 dan paling siang 06.30
“Pintu terbuka seketika sudah siap dua petugas lengkap mengenakan
pakaian batik oranye yang senada dengan tempat tidur dorong yang siap dengan
berkas dan satu buntel bertuliskan "ESTI". Yah itu nama perempuan
yang melahirkanku 21 tahun yang lalu.
Umi.., panggil ku selalu dalam suara sinyal selama perantauan ini. Tapi kini kupilih untuk bertanggung jawab dan menjaga Umi dalam menjalani ini.
Umi.., panggil ku selalu dalam suara sinyal selama perantauan ini. Tapi kini kupilih untuk bertanggung jawab dan menjaga Umi dalam menjalani ini.
Menjalani pilihan untuk memperbaiki salah satu bagian tubuh yang dulunya tidak
diberikan tindakan medis. Dari
tahap daerah hingga sekarang di rumah sakit rujukan nasional aku mewakili keluarga
mendukung yang terbaik untuk kesembuhan Umi. Banyak pelajaran yang
dapat aku ambil dalam 5 hari disini. Dari mulai bagaimana beradaptasi dengan
lingkungan rumah sakit, orang sakit, dan makanan yang ada disini.”
Kasusu kaki ibuku memanglah kasus yang langka, dengan pertumbuha tulang
yang bengkok di biarkan selama hampr 25tahun membuat dengkul ibuku pun menjadi
sakit. Awalnya memang akulah yang mendukung untuk periksa dan solusi yang
terbaik adalah ke dokter, untuk ke dokter yang ahli akhirnya Umi (panggilan
ibuku) dirujuk ke RS Tulang Solo yang merupakan RS rujukan nasional tulang.
Dengan keyakinan kuat setelah menjemput dan pulang ke Ciputat semalam
keesokannya aku sudah pesan tiket ke Solo, menggunakan kereta bisnis pilihan
kami.
Menunggu keberangkatan kereta |
Pasar Senen-Solo Balapan. Hampir menempuh selama 11 jam kami tiba di Solo
pagi sesampainya di sana kami naik taksi yang mengherankan karena taksi disini
menggunakan mobil yang bukan pada umumnya taksi (sedan) melainkan
menggunakan mobil umumnya punya pribadi.
Harganya kebanyakan tidak menggunakan argo tapi langsung tembak aja, karena
tidak begitu jauh kami berdua langsung menuju RS hari Minggu pagi hari dan dilayaninya
di UGD. Hahahahah...
Tiket menunggu keberangkatan |
Setelah itu, kami diarahkan untuk menginap di pavilium yang berada di
bagian belakang gedung RS Tulang Dr. Soeharso ini. Ngeriii sih iya jadi kayak
bangsal tapi paling belakang bangettttt secara ini RS gak kecillll dan luas
bangetttt. Tapi inilah penginapan yang paling masuk akal jaraknya karena kaki
ibuku. Dengan Rp 100.000,- menginap semalam dapat fasilitas lumayan, ada AC, TV
dan kasur dan semuanya mirip peralatan di RS (lah wong masih punya RS). Di
depan pavilium kita ada halaman luas dan bagian laudry serta masak makanan
pasien.
Keesokan harinya , hari Senin aku mulai mendaftar diawali dengan
pendaftaran, fotokopian (Cuma satu dan antreee banget) berada di pojok gedung
pasien umum. Berhubung umi pasien akses makan di bagian gedung askes yang
sekarang bpjs. Terdaftarlah umi, dan melakuakan pengecekan dari awal lagi
masalah kakinya. Di rotgen kembali, diperiksa, diukur, sampai dengan chek up
seluruh badan. Seluruh kegiatan tersebut menghabiskan waktu sampai zuhur.
Setelah zuhur kami kembali dan dirujuk langsung pada pakar rekonstruksi tulang
kaki dr. Iwan nahhh di sana kami mendapatkan penjelasan yang jelas dan lugas.
Akhirnya keputusan ada di Umi, apakah umi siap kakinya dipatahkan kembali dan
di pasang pen? Dann akhirnya keputusannya ada yes! Kami pun kembali ke pavilium
dan menunggu jadwal operasi untuk masuk ke ruangan pasien, tak menunggu lama
hari Rabu Umi masuk ke ruang pasien kemudian operasi hari Jumat dan keluar dari
ruang pasien senin, setelah itu selasa kita menuju langsung pesawat ke Lampung.
Foto diambil sebelum umi menjalani operasi karena bertepatan dengan puasa kami harus mencari menu berbuka dan sahur di luar RS karena di RS kantin jarang yang buka |
Mohon doa untuk kesembuhan kaki Umi untuk teman-teman dan pembaca blog
saya, baru kemarin Februari 2017 sudah lepas pen namun patah kembali di bulan
Mei, sedih,,,, hancur,,, dan nyesekkk bangeeet sih....... tapii Umi.......
setelah itu dipasang pen kembali dan kondisinya alhamdulillah membaik dan harus
mulai lagi jalan lagi. Bismillah semoga Umiku tersayang kuat, sabar, dan dapat
berlari kembali. Aku sayang Umi, maafkan Wulan kalau banyak memprovokasi
keputusan Umi, aku hanya ingin Umi sembuh.
Aku dan Umi di depan Pavilium di pagi hari setelah operasi, halaman luas dan hijau. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar