Minggu, 24 Desember 2017

Perjalanan Bersama Umi Tercinta

Minggu, 29 Juni 2014



Aku dan Umiku yang sangat kuat di depan RS Dr. Soeharso Solo

Dini hari aku sudah bangun dan bersiap untuk menjemput Umi di Gambir. Pagi itu suasana di Ciputat seperti biasa macet menuju ke arah lebak bulus karena ada pasar tumpah di sepanjang jalan depan UMJ. Kemudian meneruskan perjalanan dengan angkutan umum P20 untuk menuju ke Gambir.

Tepat pukul 07.00 aku sudah menunggu di tempat bus Damri, menunggu, mengamati setiap bus antar pulau yang datang ke stasiun ini. tak seperti biasanya bus datang agak siang, biasanya aku tiba di stasium Gambir dari Lampung pukul 05.00 dan paling siang 06.30

Pintu terbuka seketika sudah siap dua petugas lengkap mengenakan pakaian batik oranye yang senada dengan tempat tidur dorong yang siap dengan berkas dan satu buntel bertuliskan "ESTI". Yah itu nama perempuan yang melahirkanku 21 tahun yang lalu.
Umi.., panggil ku selalu dalam suara sinyal selama perantauan ini. Tapi kini kupilih untuk bertanggung jawab dan menjaga Umi dalam menjalani ini.

Menjalani pilihan untuk memperbaiki salah satu bagian tubuh yang dulunya tidak diberikan tindakan medis. Dari tahap daerah hingga sekarang di rumah sakit rujukan nasional aku mewakili keluarga mendukung yang terbaik untuk kesembuhan Umi. Banyak pelajaran yang dapat aku ambil dalam 5 hari disini. Dari mulai bagaimana beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, orang sakit, dan makanan yang ada disini.

Kasusu kaki ibuku memanglah kasus yang langka, dengan pertumbuha tulang yang bengkok di biarkan selama hampr 25tahun membuat dengkul ibuku pun menjadi sakit. Awalnya memang akulah yang mendukung untuk periksa dan solusi yang terbaik adalah ke dokter, untuk ke dokter yang ahli akhirnya Umi (panggilan ibuku) dirujuk ke RS Tulang Solo yang merupakan RS rujukan nasional tulang. Dengan keyakinan kuat setelah menjemput dan pulang ke Ciputat semalam keesokannya aku sudah pesan tiket ke Solo, menggunakan kereta bisnis pilihan kami. 

Menunggu keberangkatan kereta

Pasar Senen-Solo Balapan. Hampir menempuh selama 11 jam kami tiba di Solo pagi sesampainya di sana kami naik taksi yang mengherankan karena taksi disini menggunakan mobil yang bukan pada umumnya taksi (sedan) melainkan menggunakan  mobil umumnya punya pribadi. Harganya kebanyakan tidak menggunakan argo tapi langsung tembak aja, karena tidak begitu jauh kami berdua langsung menuju RS hari Minggu pagi hari dan dilayaninya di UGD. Hahahahah...






Tiket menunggu keberangkatan

Setelah itu, kami diarahkan untuk menginap di pavilium yang berada di bagian belakang gedung RS Tulang Dr. Soeharso ini. Ngeriii sih iya jadi kayak bangsal tapi paling belakang bangettttt secara ini RS gak kecillll dan luas bangetttt. Tapi inilah penginapan yang paling masuk akal jaraknya karena kaki ibuku. Dengan Rp 100.000,- menginap semalam dapat fasilitas lumayan, ada AC, TV dan kasur dan semuanya mirip peralatan di RS (lah wong masih punya RS). Di depan pavilium kita ada halaman luas dan bagian laudry serta masak makanan pasien.






Keesokan harinya , hari Senin aku mulai mendaftar diawali dengan pendaftaran, fotokopian (Cuma satu dan antreee banget) berada di pojok gedung pasien umum. Berhubung umi pasien akses makan di bagian gedung askes yang sekarang bpjs. Terdaftarlah umi, dan melakuakan pengecekan dari awal lagi masalah kakinya. Di rotgen kembali, diperiksa, diukur, sampai dengan chek up seluruh badan. Seluruh kegiatan tersebut menghabiskan waktu sampai zuhur. Setelah zuhur kami kembali dan dirujuk langsung pada pakar rekonstruksi tulang kaki dr. Iwan nahhh di sana kami mendapatkan penjelasan yang jelas dan lugas. Akhirnya keputusan ada di Umi, apakah umi siap kakinya dipatahkan kembali dan di pasang pen? Dann akhirnya keputusannya ada yes! Kami pun kembali ke pavilium dan menunggu jadwal operasi untuk masuk ke ruangan pasien, tak menunggu lama hari Rabu Umi masuk ke ruang pasien kemudian operasi hari Jumat dan keluar dari ruang pasien senin, setelah itu selasa kita menuju langsung pesawat ke Lampung.


Foto diambil sebelum umi menjalani operasi karena bertepatan dengan puasa kami harus mencari menu berbuka dan sahur di luar RS karena di RS kantin jarang yang buka

Mohon doa untuk kesembuhan kaki Umi untuk teman-teman dan pembaca blog saya, baru kemarin Februari 2017 sudah lepas pen namun patah kembali di bulan Mei, sedih,,,, hancur,,, dan nyesekkk bangeeet sih....... tapii Umi....... setelah itu dipasang pen kembali dan kondisinya alhamdulillah membaik dan harus mulai lagi jalan lagi. Bismillah semoga Umiku tersayang kuat, sabar, dan dapat berlari kembali. Aku sayang Umi, maafkan Wulan kalau banyak memprovokasi keputusan Umi, aku hanya ingin Umi sembuh.






Aku dan Umi di depan Pavilium di pagi hari setelah operasi, halaman luas dan hijau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar