Senin, 31 Oktober 2016

PEMBELAJARAN PANTUN BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SD DI JAKARTA




PEMBELAJARAN PANTUN BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SEKOLAH DASAR DI JAKARTA[1]



Wulandari Nur Fajriyah
Universitas Negeri Jakarta, wulandarinf@gmail.com

Abstrak

Dari waktu ke waktu, kondisi alam dan lingkungan mengalami perubahan yang berdampak positif maupun negatif. Hal ini dapat dilihat dari kondisi lingkungan sekitar, terutama di wilayah Ibukota Jakarta, dimana pembangunan gedung semakin meluas, jumlah kendaraan terus meningkat dan tercemarnya aliran air sungai. Gambaran keadaan lingkungan saat ini sangatlah jauh dari apa yang digambarkan oleh para seniman zaman dahulu dalam berpantun. Sebagian besar dua baris awal pantun mengutip keanekaragaman dan  keindahan alam sebagai referensi dan sumber inspirasi. Oleh karena itu, menghasilkan karya pantun saat ini dengan melihat kondisi nyata lingkungan sekitar merupakan ide bagus. Berlandaskan latar belakang tersebut, makalah ini bermaksud untuk mengkaji bagaimanakah pembelajaran pantun pada Buku Sekolah Elektronik (BSE) Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan hasil analisa konten pada BSE di SD, didapati bahwa pembelajaran pantun dalam buku tersebut tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengamati keadaan lingkungan sekitar dalam rangka mengembangkan kreatifitas berpantun. Akhir makalah ini memberikan alternatif Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SD mengenai materi pantun berbasis lingkungan untuk sekolah di Jakarta tanpa mengurangi pencapaian standar kompetensi siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Meski demikian, RPP ini perlu diujicobakan dan dikembangkan lagi oleh para guru untuk hasil yang maksimal.

Kata kunci: lingkungan, pantun, pembelajaran


[1] Makalah disampaikan pada acara KIK (Konferensi Inetrnasional Kesuastraan) UNY 2016 di UNY 13-15 Oktober 2015



PENDAHULUAN

Lingkungan Kota Jakarta
Memahami lingkungan dapat digambarkan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk manusia atau hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan interaksi kompleks antara komponen dengan komponen lainnya. Pada lingkungan, ada dua komponen penting pembentukannya, menciptakan ekosistem yang merupakan komponen dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik lingkungan meliputi semua makhluk hidup di dalamnya, yaitu, hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan makhluk hidup lainnya. sementara komponen abiotik adalah benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan makhluk hidup di lingkungan yang meliputi tanah, air, api, batu, udara, dan sebaiganya lainnya. Berdasrkan UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Penelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perkehidupan, dan kesejahteraa manusia dan mahkluk hidup lain.
Jakarta sebagai salah satu kota metropolitan dunia juga mengalami berbagai fenomena lingkungan. Pertumbuhan penduduk tinggi,kualitas lingkungan hidup menurun tajam, kemacetan sepanjang hari, banjirsemakin sering, polusi udara meningkat, tingkat dan kualitas kejahatan meningkat, kawasan kumuh terlihat hampir di seluruh bagian kota, dan seterusnya. Pembahasan mengenai isu dan permasalahan metropolitan Jakarta telah sering disampaikan dan ditulis oleh berbagai pihak. Namun pad akesempatan kali ini, isu dan permasalahan kota Jakarta menjadi salah satu konteks pembelajaran yang dapat digunakan menjadi referensi bersastra khususnya dalam berpantun. Berikut ada beberapa isu lingkungan Jakarta yang dapat dijadikan sebagai tema dalam pembelajaran pantu di tingkat SD-SMA khususnya di wilayah Jakarta.

Banjir. Sekitar 40 persen dari luasan DKI Jakarta merupakan dataran rendah,yang ketinggiannya berada di bawah muka air laut pasang 1 sampai dengan1,5 meter, dan dari 40 persen lahan tersebut baru 11.500 Hektar yangdilayani dengan Polder. Sementara terdapat 13 aliran sungai menuju laut yang kondisinya terus mengalami pendangkalan dan penyempitan akibat adanya sampah dan bangunan liar di sepanjang sungai, menyebabkan bencana banjir dari tahun ke tahun. Selain itu, pembangunan yang sangat pesat di Jabotabek dan terjadinya perubahan tata guna lahan di hulu sungai, yang menjadi penyebab penambaha ndebit air pada musim penghujan yang melebihi batas maksimum. Pada tahun 2013 total area terendam seluas 5 Hadengan perkiraan kerugian langsung mencapai Rp.117 Milyar.

Kemacetan. Kemacetan menjadi keseharian penduduk Jakarta, bahkan Jakarta diberi gelar sebagai kota termacet di dunia. Hal ini tidak terbantahkan. Coba kita simak data jumlah kendaraan. Pada tahun 2010, jumlah kendaraan di Jakarta mencapai 11,4 juta unit, yang terdiri dari 8,2 juta unit kendaraan rodadua dan 3,1 juta unit kendaraan roda empat. Tercatat kerugian yang diderita mencapai Rp.46 Triliun/tahun, yang kira-kira setara dengan 92% APBD DKI Jakarta. Belum lagi dampaknya terhadap pencemaran udara dan konsumsi BBM (Ibrahimy, 2011). Tingkat kemacetan ini semakin diperparah dengan kondisipenambahan panjang jalan hanya 0,01% per tahun, sementara pertambahankendaraan mencapai 11% per tahun.

Pencemaran. Tingkat kepadatan penduduk dan daerah terbangun yang tinggi berdampak pada menurunnya daya dukung, fungsi dan kualitas lingkunganhidup kota Jakarta. Beberapa kondisi pencemaran lingkungan yang terdeteksi diantaranya adalah: (1) Pencemaran air.    Pencemaran air disebabkan pembuangan limbah domestik dan limbah industri. Salah satu dampak yang patut diperhitungkan adalah terhadap penurunan kualitas air yang berakibat pada penurunan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari air. (2) Kualitas udara. Kualitas udara Jakarta sumberdaya saat ini berada pada urutan ke tiga terburuk dunia. Komponen terbesar penyumbangpolusi udara adalah kendaraan bermotor (80%) dan industri (20%). Datatahun 2006 menunjukkan hanya 37 hari dalam setahun kualitas udaraJakarta dikategorikan baik. Selain pencemaran yang sifatnya mikro (atmosfir Jakarta), juga terdapat dampak udara yang sifatnya global yaitu menipisnya lapisanozon pelindung bumi sebagai akibat dari pengelolaan sampah dan limbah B3(bahan berbahaya dan beracun) yang belum baik.

Karya Sastra Pantun
Sastra Melayu lama memilki banyak produk dalam puisi, prosa, dan drama. Pantun merupakan puisi lama yang termasuk dalam produk sastra lama Melayu. Sastra Melayu identik dengan sastra lisan dan anonim (tanpa nama). Pantun merupakan salah satu bentuk yang paling populer dibandingkan dengan produk puisi lama seperti, karmina, gurindam, talibun, dan soneta. Pantun terdiri dri empat baris yang disusun dengan aturan, yaitu bersajak (a-b-a-b), terdiri menjadi empat baris, (Fang, 1993: 13 ). Pantun dapat diartikan sajak pendek yang tiap kupletnyaterdiri dari empat baris. Dua baris pertama sebagai sampiran dan dua baris terakhirberupa isi. Secara umum hubungan antara sampiran dan isi hanya hubungan dalam hal saran dari bunyi, tapi pada pantun-pantun tertentu sering juga didapati selain sebagai saran dari bunyi mempunyai hubungan makna. Hubungan bunyi tersebut terwujud dalam bentuk persajakan atau rima. Persajakan atau rima dalam pantun biasanya berstruktur aa-aa atau ab-ab.

Pantun memilki banyak jenis, seperti: pantun nasihat, pantun jenaka, pantun kias, pantun romantisme, dan lain sebagainya. Pantun yang memilki pesan yang berbeda-beda dan memilki tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan tujuannya. Pantun pun mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan pantun dahulu pada saat sastra Melayu Lama menggunakan konteks lingkungan yang ada pada saat itu yang tercermin dalam pemilihan kata pada sampiran pantun di atas sedangkan pada masa kini penggunaan sampiran dengan meemilih kata menggunakan konteks lingkungan sudah jarang didapati, sebagain besar sampiran dibuat menyesuaikan dengan isi yang akan dibuat dalam pantun. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kosakata konteks lingkungan pada pantun pada masa sekarang sudah sangat jarang.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah pantun merupakan materi yang diajarkan pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Pembelajaran pantun di SD diajarkan pada siswa kelas IV, guru memperkenalkan pantun pada siswa dengan kompetensi siswa menyimak, berbicara hingga menulis pantun sederhana, di SMP pembelajaran pantun diajarkan pada siswa kelas VII dengan kompetensi menulis, siswa diminta dapat membuat puisi sesuai dengan aturan pantun. Begitupula di jenjang SMA, siswa SMA dituntut untuk membuat puisi dalam berbagai jenis puisi yang lebih luas diperkenalkan daripada di jenjang SMP. Contoh-contoh pantun yang disajikan dalam buku pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang SD, SMP, dan SMA adalah pantun sastra Melayu lama. Contoh tersebut berguna dalam memperkalkan bahwa pantun merupakan puisi lama yang menggunakan kosakata yang tidak seluruhnya dapat dipahami oleh siswa namun dapat dijadikan sebuah contoh bahwa pemilihan kosakat sampiran pada sastra Melayu lama menggunakan konteks lingkungan yang ada.



PEMBAHASAN
Berdasarkan analisa konten, berikut ini merupakan daftar sampiran yang menunjukkan bahwa pantun Melayu lama menggunakan lingkungan sebagai referensi gagasan:


SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, pengajaran dan pembelajaran pantun pada tingkat sekolah dasar, khususnya di Jakarta, menggunakan naskah karya sastra Melayu lama sebagai materi ajar. Hasil analisa konten  menunjukkan bahwa naskah karya sastra Melayu lama pada BSE (Buku Sekolah Elektronik) yang diterbitkan oleh Kemendikbud seringkali menjadikan lingkungan sekitar sebagai ide gagasan pada sampiran. Sayangnya, kondisi lingkungan pada naskah karya sastra Melayu lama tidaklah sesuai dengan kondisi lingkungan Jakarta saat ini dengan berbagai permasalahan di dalamnya seperti banjir, kemacetan dan pencemaran air serta udara. Pembelajaran pantun berbasis lingkungan dengan pendekatan kontekstual memberikan ruang bagi para guru dan siswa untuk terus membudidayakan pantun sebagai sebuah karya sastra tanpa mengabaikan kondisi nyata lingkungan sekitar.


DAFTAR PUSTAKA

Dian Sukmawati, dkk. 2010. Bahasa Indonesia 4: Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
F.X. Mudjiharjo, dkk. 2010. Bahasa dan Sastra Indonesia 1:untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
Fang. L. Y. 1993. Sejarah Kesuastraan Melayu Klasik 2. Jakarta: Erlangga.
Jakarta Local Government. 2014. “Jakarta Urban Transport Problems and Their Environmental Impacts” International Climate Change Workshop on Research Priorities and Policy Development.
Jansen, P.C.M. 1997. Artocarpus integer (Thunb.) Merr. dalam Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. Jakarta:  Gramedia.
Mungkasa MURP, Oswar Muadzin. 2014. Jakarta: Masalah dan Solusi. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nsional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada: Jakarta.

Zainuddin, Arif, dkk. 1997. Pedoman Baru Menyusun Bahan Belajar. Jakarta: Gramedia

 Hasil gambar untuk kik uny 2016Hasil gambar untuk kik uny 2016



Makalah lengkap dapat mengubungi melalui surel wulandarinf@gmail.com atau dilihat dalam bunga rampai KIK UNY 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar