PEMBELAJARAN
PANTUN BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SEKOLAH DASAR DI JAKARTA[1]
Wulandari Nur
Fajriyah
Universitas Negeri Jakarta, wulandarinf@gmail.com
Abstrak
Dari waktu ke waktu, kondisi alam dan lingkungan mengalami
perubahan yang berdampak positif maupun negatif. Hal ini dapat dilihat dari
kondisi lingkungan sekitar, terutama di wilayah Ibukota Jakarta, dimana
pembangunan gedung semakin meluas, jumlah kendaraan terus meningkat dan
tercemarnya aliran air sungai. Gambaran keadaan lingkungan saat ini sangatlah
jauh dari apa yang digambarkan oleh para seniman zaman dahulu dalam berpantun.
Sebagian besar dua baris awal pantun mengutip keanekaragaman dan keindahan alam sebagai referensi dan sumber
inspirasi. Oleh karena itu, menghasilkan karya pantun saat ini dengan melihat
kondisi nyata lingkungan sekitar merupakan ide bagus. Berlandaskan latar
belakang tersebut, makalah ini bermaksud untuk mengkaji bagaimanakah pembelajaran
pantun pada Buku Sekolah Elektronik (BSE) Bahasa Indonesia yang diterbitkan
oleh Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional untuk Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan
hasil analisa konten pada BSE di SD, didapati bahwa pembelajaran pantun dalam buku tersebut tidak
memberikan kesempatan siswa untuk mengamati keadaan lingkungan sekitar dalam
rangka mengembangkan kreatifitas berpantun. Akhir makalah ini memberikan
alternatif Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SD mengenai materi pantun berbasis lingkungan untuk sekolah di Jakarta tanpa
mengurangi pencapaian standar kompetensi siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Meski demikian,
RPP ini perlu diujicobakan dan dikembangkan lagi oleh para guru untuk hasil
yang maksimal.
Kata kunci: lingkungan, pantun, pembelajaran
[1] Makalah disampaikan pada
acara KIK (Konferensi Inetrnasional Kesuastraan) UNY 2016 di UNY 13-15 Oktober
2015
PENDAHULUAN
Lingkungan Kota Jakarta
Memahami lingkungan dapat digambarkan
sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk manusia atau hidup yang
memiliki hubungan timbal balik dan interaksi kompleks antara komponen dengan
komponen lainnya. Pada lingkungan, ada dua komponen penting
pembentukannya, menciptakan ekosistem yang merupakan komponen dari komponen biotik
dan abiotik. Komponen biotik lingkungan meliputi semua makhluk hidup di
dalamnya, yaitu, hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan makhluk hidup lainnya.
sementara komponen abiotik adalah benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan
makhluk hidup di lingkungan yang meliputi tanah, air, api, batu, udara, dan
sebaiganya lainnya. Berdasrkan UU
RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Penelolaan Lingkungan Hidup
pasal 1 menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perkehidupan, dan kesejahteraa
manusia dan mahkluk hidup lain.
Jakarta sebagai salah satu kota
metropolitan dunia juga mengalami berbagai fenomena lingkungan. Pertumbuhan
penduduk tinggi,kualitas lingkungan hidup menurun tajam, kemacetan sepanjang
hari, banjirsemakin sering, polusi udara meningkat, tingkat dan kualitas
kejahatan meningkat, kawasan kumuh terlihat hampir di seluruh bagian kota, dan
seterusnya. Pembahasan mengenai isu dan permasalahan metropolitan Jakarta telah
sering disampaikan dan ditulis oleh berbagai pihak. Namun pad akesempatan kali
ini, isu dan permasalahan kota Jakarta menjadi salah satu konteks pembelajaran
yang dapat digunakan menjadi referensi bersastra khususnya dalam berpantun.
Berikut ada beberapa isu lingkungan Jakarta yang dapat dijadikan sebagai tema
dalam pembelajaran pantu di tingkat SD-SMA khususnya di wilayah Jakarta.
Banjir. Sekitar 40
persen dari luasan DKI Jakarta merupakan dataran rendah,yang ketinggiannya
berada di bawah muka air laut pasang 1 sampai dengan1,5 meter, dan dari 40
persen lahan tersebut baru 11.500 Hektar yangdilayani dengan Polder. Sementara
terdapat 13 aliran sungai menuju laut yang kondisinya terus mengalami
pendangkalan dan penyempitan akibat adanya sampah dan bangunan liar di
sepanjang sungai, menyebabkan bencana banjir dari tahun ke tahun. Selain itu,
pembangunan yang sangat pesat di Jabotabek dan terjadinya perubahan tata guna
lahan di hulu sungai, yang menjadi penyebab penambaha ndebit air pada musim
penghujan yang melebihi batas maksimum. Pada tahun 2013 total area terendam
seluas 5 Hadengan perkiraan kerugian langsung mencapai Rp.117 Milyar.
Kemacetan.
Kemacetan menjadi keseharian
penduduk Jakarta, bahkan Jakarta diberi gelar sebagai kota termacet di dunia.
Hal ini tidak terbantahkan. Coba kita simak data jumlah kendaraan.
Pada tahun 2010, jumlah kendaraan di Jakarta mencapai 11,4 juta unit, yang
terdiri dari 8,2 juta unit kendaraan rodadua dan 3,1 juta unit kendaraan roda
empat. Tercatat kerugian yang diderita mencapai Rp.46 Triliun/tahun, yang
kira-kira setara dengan 92% APBD DKI Jakarta. Belum lagi dampaknya terhadap
pencemaran udara dan konsumsi BBM (Ibrahimy, 2011). Tingkat kemacetan ini
semakin diperparah dengan kondisipenambahan panjang jalan hanya 0,01% per
tahun, sementara pertambahankendaraan mencapai 11% per tahun.
Pencemaran. Tingkat
kepadatan penduduk dan daerah terbangun yang tinggi berdampak pada menurunnya
daya dukung, fungsi dan kualitas lingkunganhidup kota Jakarta. Beberapa kondisi
pencemaran lingkungan yang terdeteksi diantaranya adalah: (1) Pencemaran air. Pencemaran air disebabkan pembuangan limbah domestik dan limbah
industri. Salah satu dampak yang patut diperhitungkan adalah terhadap penurunan
kualitas air yang berakibat pada penurunan daya guna, hasil guna,
produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari air. (2) Kualitas udara.
Kualitas udara Jakarta sumberdaya saat ini berada pada urutan ke tiga
terburuk dunia. Komponen terbesar penyumbangpolusi udara adalah
kendaraan bermotor (80%) dan industri (20%). Datatahun 2006 menunjukkan hanya
37 hari dalam setahun kualitas udaraJakarta dikategorikan baik. Selain
pencemaran yang sifatnya mikro (atmosfir Jakarta), juga terdapat dampak udara
yang sifatnya global yaitu menipisnya lapisanozon pelindung bumi sebagai akibat
dari pengelolaan sampah dan limbah B3(bahan berbahaya dan
beracun) yang belum baik.
Karya Sastra Pantun
Sastra Melayu lama memilki banyak
produk dalam puisi, prosa, dan drama. Pantun merupakan puisi lama yang termasuk
dalam produk sastra lama Melayu. Sastra Melayu identik dengan sastra lisan dan
anonim (tanpa nama). Pantun merupakan salah satu bentuk yang paling populer
dibandingkan dengan produk puisi lama seperti, karmina, gurindam, talibun, dan
soneta. Pantun terdiri dri empat baris yang disusun dengan aturan, yaitu
bersajak (a-b-a-b), terdiri menjadi empat baris, (Fang, 1993: 13 ). Pantun dapat
diartikan sajak pendek yang tiap kupletnyaterdiri dari empat baris. Dua baris
pertama sebagai sampiran dan dua baris terakhirberupa isi. Secara umum hubungan
antara sampiran dan isi hanya hubungan dalam hal saran dari bunyi, tapi pada
pantun-pantun tertentu sering juga didapati selain sebagai saran dari bunyi
mempunyai hubungan makna. Hubungan bunyi tersebut terwujud dalam bentuk
persajakan atau rima. Persajakan atau rima dalam pantun biasanya berstruktur
aa-aa atau ab-ab.
Pantun memilki banyak jenis, seperti:
pantun nasihat, pantun jenaka, pantun kias, pantun romantisme, dan lain
sebagainya. Pantun yang memilki pesan yang berbeda-beda dan memilki tujuan yang
berbeda-beda sesuai dengan jenis dan tujuannya. Pantun pun mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan pantun dahulu pada saat sastra
Melayu Lama menggunakan konteks lingkungan yang ada pada saat itu yang
tercermin dalam pemilihan kata pada sampiran pantun di atas sedangkan pada masa
kini penggunaan sampiran dengan meemilih kata menggunakan konteks lingkungan
sudah jarang didapati, sebagain besar sampiran dibuat menyesuaikan dengan isi
yang akan dibuat dalam pantun. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
kosakata konteks lingkungan pada pantun pada masa sekarang sudah sangat jarang.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia
di sekolah pantun merupakan materi yang diajarkan pada jenjang SD, SMP, dan
SMA. Pembelajaran pantun di SD diajarkan pada siswa kelas IV, guru
memperkenalkan pantun pada siswa dengan kompetensi siswa menyimak, berbicara
hingga menulis pantun sederhana, di SMP pembelajaran pantun diajarkan pada
siswa kelas VII dengan kompetensi menulis, siswa diminta dapat membuat puisi
sesuai dengan aturan pantun. Begitupula di jenjang SMA, siswa SMA dituntut
untuk membuat puisi dalam berbagai jenis puisi yang lebih luas diperkenalkan
daripada di jenjang SMP. Contoh-contoh pantun yang disajikan dalam buku
pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang SD, SMP, dan SMA adalah pantun sastra
Melayu lama. Contoh tersebut berguna dalam memperkalkan bahwa pantun merupakan
puisi lama yang menggunakan kosakata yang tidak seluruhnya dapat dipahami oleh
siswa namun dapat dijadikan sebuah contoh bahwa pemilihan kosakat sampiran pada
sastra Melayu lama menggunakan konteks lingkungan yang ada.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisa konten, berikut ini
merupakan daftar sampiran yang menunjukkan bahwa pantun Melayu lama menggunakan
lingkungan sebagai referensi gagasan:
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, pengajaran
dan pembelajaran pantun pada tingkat sekolah dasar, khususnya di Jakarta, menggunakan
naskah karya sastra Melayu lama sebagai materi ajar. Hasil analisa konten menunjukkan bahwa naskah karya sastra Melayu
lama pada BSE (Buku Sekolah Elektronik) yang diterbitkan oleh Kemendikbud
seringkali menjadikan lingkungan sekitar sebagai ide gagasan pada sampiran. Sayangnya,
kondisi lingkungan pada naskah karya sastra Melayu lama tidaklah sesuai dengan
kondisi lingkungan Jakarta saat ini dengan berbagai permasalahan di dalamnya
seperti banjir, kemacetan dan pencemaran air serta udara. Pembelajaran pantun
berbasis lingkungan dengan pendekatan kontekstual memberikan ruang bagi para
guru dan siswa untuk terus membudidayakan pantun sebagai sebuah karya sastra tanpa
mengabaikan kondisi nyata lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Dian Sukmawati, dkk. 2010. Bahasa
Indonesia 4: Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
F.X.
Mudjiharjo, dkk. 2010. Bahasa dan Sastra
Indonesia 1:untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian
Pendidikan Nasional.
Fang. L. Y. 1993. Sejarah
Kesuastraan Melayu Klasik 2. Jakarta: Erlangga.
Jakarta
Local Government. 2014. “Jakarta Urban Transport Problems and Their
Environmental Impacts” International Climate Change Workshop on Research Priorities and Policy Development.
Jansen, P.C.M. 1997. Artocarpus
integer (Thunb.) Merr. dalam Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel
(eds.). Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat
dimakan. Jakarta: Gramedia.
Mungkasa MURP, Oswar Muadzin. 2014. Jakarta: Masalah dan Solusi. Jakarta: Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nsional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada: Jakarta.
Zainuddin, Arif, dkk. 1997. Pedoman Baru Menyusun Bahan Belajar. Jakarta: Gramedia


Makalah lengkap dapat mengubungi melalui surel wulandarinf@gmail.com atau dilihat dalam bunga rampai KIK UNY 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar