PENGAJARAN BIPA PADA MEA (ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN): PELUANG DAN
TANTANGAN[1]
Wulandari Nur Fajriyah[2]
Abstrak
Bahasa
Indonesia merupakan salah satu bahasa
yang memiliki jumlah penutur paling banyak di ASEAN sehingga memiliki peluang
besar menjadi bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi antara bangsa-bangsa di
era MEA. Dengan adanya peluang tersebut maka tantangan terbesar bagi bahasa
Indonesia sendiri adalah bagaimana melakukan penggembangan, pembinaan, dan perlindungan
terhadap bahasa Indonesia. Salah satu upaya dalam pembinaan bahasa Indonesia
adalah dengan kegiatan pengajaran bahasa Indonesia sehingga pengajar bahasa Indonesia untuk
penutur asing yang ada di dalam negeri maupun luar negeri memiliki fungsi
strategis dalam mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi pertama
di ASEAN.
A.
LATAR BELAKANG
Indonesia dan
negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang
terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
sejak tahun 2015. MEA merupakan
bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Ciri-ciri
utama dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yakni :
–
Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif.
–
Memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata.
–
Daerah-daerah akan terintegrasi secara penuh dalam ekonomi global
–
Basis dan pasar produksi tunggal.
Di dalam mendirikan masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA,
ASEAN mesti melakukan tidakan sesuai dengan pada prinsip-prinsip terbuka,
berorientasi untuk mengarah ke luar, terbuka, dan mengarah pada pasar ekonomi
yang teguh pendirian dengan peraturan multilateral serta patuh terhadap sistem
untuk pelaksanaan dan kepatuhan komitmen ekonomi yang efektif berdasarkan aturan.
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas penting
bagi bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga merupakan tonggak penting
eksistensi bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia pula lah yang mempersatukan
beragam etnis dengan berbagai bahasa di Indonesia. Dan pada era MEA di mana negara-negara
anggota ASEAN akan melakukan sistem pasar bebas yang artinya dapat menjadikan
peluang bagi bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi antar bangsa
lain. Dan sudah kita ketahui bahwa bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa
yang memiliki penutur paling banyak di wilayah ASEAN. Hal ini membutuhkan
perhatian khusus bagi bahasa Indonesia tersendiri dalam memanfaatkan peluang
tersebut.
Sebuah peluang memunculkan tantangan tersendiri bagi
bahasa Indonesia terutama bagi para penggiat, pemerhati, praktisi dan penutur bahasa
Indonesia sendiri. Tantangan tersebut adalah bagaimanakah kita dapat ikut serta
dalam melakukan penggembangan, pembinaan dan perlindungan terhadap bahasa
Indonesia. Terkait dengan pembinaan mencangkup dua hal, yaitu pengajaran bahasa
Indonesia bagi warga negara Indonesia di dalam negeri dan pegajaran bahasa
Indonesia bagi warga negara Indonesia dan warga negara asing di luar
negeri. Pada pembahasan makalah ini
akan dibahasa mengenai peluang dan tantangan bagi pengajaran BIPA pada era MEA.
B.
PEMBAHASAN
1.
Penggembangan,
Pembinaan, Dan Perlindungan Terhadap Bahasa Indonesia
2.
Peluang
dan Tantangan Pengajar BIPA
C.
SIMPULAN
Sistem perdagangan bebas MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) sedang berlangsung, dalam bidang kebahasaan Indonesia memiliki
peluang besar dalam internasionalisasi bahasa melalui program BIPA. Program
pengajaran BIPA merupakan titik tolak penting dalam memanfaatkan peluang bagi
para akademisi untuk mengembangkan diri, wawasan, pengetahuan, dan peuang usaha
(bimbingan belajar melalui lembaga atau web) dalam pembelajaran BIPA. Selain
itu, bahasa Indonesia pun memiliki peluang besar menjadi bahasa komunikasi di
wilayah ASEAN hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa permintaan
pengiriman pengajar BIPA ke berbagai negara di ASEAN.
Di
samping adanya peluang yang besar maka ada beberapa tantangan bagi pengajar
BIPA untuk dapat mempersiapkan diri untuk menempatkan dan bisa mengembangkan
prangkat pembelajaran dan bahan ajar sesuai dengan negara yang di ajarkan.
Selain itu, pengajar BIPA harus dapat menyikapi dengan arif dan bijaksana
mengenai tujuan-tujuan negara asing mempelajari bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu,
J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Putong,
Iskandar. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Lembaga
Penerbit
Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-dimensi Kebahasaan. Jakarta:
Erlangga.
Wicaksono, Andi. Tantangan BIPA pada Era MEA. “Koran
Harian Yogjakarta”, Kamis, 17 Maret 2016.
[1] Makalah
disampaikan pada acara Forum Ilmiah XII (Seminar Internasional Bahasa, Sastra,
Seni, dan Pembelajarannya) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas
Pendidikan Indonesia tahun 2016
[2] Wulandari Nur Fajriyah, lahir di Pringsewu 19, Juli 1992.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesaia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, mengawali
karier menulisnya sejak di bangku kuliah. Selama kuliah, sering mengikuti
seminar asional dan internasional. Pernah menjadi Guru di HSKS. Saat ini sedang
melanjutkan studi Pascasarjana Jurusan Pendidikan Bahasa di Universitas Negeri
Jakarta dengan membimbing privat di Elite Tutors.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar