Satu tas ransel merah
marun yang paling kuandalkan kemanapun ku pergi sudah siap sedari sore tadi,
menunggu seseorang yang akan membawaku dan adikku serta teman adikku untuk
menjelajah kota Garut. Ini pengalaman pertama menjelajah Jawa Barat ke tempat
baru, dan kesempatan untuk berlibur di tanggal merah bersama teman dan adik
tercinta.
Selesai magrib, tepatnya
pukul 18.00 WIB datanglah yang mengajak kami berpetualang, aku bergegas untuk
langsung menuju ke pasar jumat menjemput bus Lebak Bulus-Garut karena bus
tujuan Garut hanya sampai pukul 20.00
WIB. Cuaca yang begitu deras melepas kepergian kami, alhasil baju lumayan
lepek. Setelah beberapa saat menunggu di halte sambil berteduh, bus datang
ditengah derasnya hujan segera kami masuk dan suasana dingin dari AC menyergap
kami berempat.
Lima jam perjalanan,
tepatnya padajam 1.30 dini hari kami sudah sampai di stasiun Garut, suhu udara
yang dingin menyambut kami dan pemandangan ransel besar dan beberapa mobil bak
di pinggir jalan membuatku cemburu seketika dan bergumam, “kapan aku bisa
menjadi salah seorang penumpang di mobil bak tersebut”. Jadi, kami tiba saat
berkumpulnya orang-orang yang akan naik Gunung Papandayan, tapi bukan tujuan
itu kami kemari tapi tujuannya adalah wisata kuliner. Heheheheh
Setelah dijemput, kami
beristirahat sejenak di rumah dan baru siap menjelajah setelah zuhur dengan
alasan dingin membuat malas untuk mandi, dan sudah mulai lapar. Hehehehe...
Hari pertama, kuliner kali ini sih
lebih tepatnya bukan aku yang menjelajah tapi diajak dan ditunjukkan kuliner
yang memang paling enak di Garut. Tujuan pertama adalah jajanan sepanjang
swalayan Yogja sebelum masjid agung Garut, yaitu:
1. Chocodot
Siapa yang tak kenal Chocodot? Coklat
yang berisi dodol yang banyak diminati karena inovasi yang unik dan beragam
rasanya. Jika brkunjung ke Garut ada tempat khusus oleh-oleh khas Garut berada
di sebarang swalayan Yogja, tempatya bagus dan lengkap dengan berbagai rasa
chocodot dari bentuk kemasan, rasa, dan bentuk. Misalnya, ada chocodot rasa
jahe, pedas, keju, strawberry, dan lain sebagainya. Kemudian dari segi kemasan
ada yang dikema dari sekali makan, kotak kecil, sampai yang besar dengan
berbagai desain “Coklat anti jomblo, coklat anti galau, coklat sarjana pantang
pengganguran, dan lain sebagainya”. kemudian daru segi bentuknya pun
brbeda-beda ada coklat, brodol (brownise dodol), boneka chocodot, tas, dan
menjual juga ikon kota Garut, boneka kambing, bantal kambing, baju, dan lain
sebagainya.
Dan yang paling seru, kalau penasaran
dan pengen main untuk tau rasanya bisa banget, karena setiap chocodot di sini
ada testernya alias bisa coba secara gratis tapi atu diri juga yah. Hehehehehe
Harga untuk chocodot di sini mulai
dari harga 15.000 – 100.0000,- lumayan terjangkau untuk membawakan oleh-oleh
untuk keluarga, teman, dkk.
2. Batagor Kuah, lidi-lidian, molen
aneka rasa
Jalan dari outlet chocodot maju
sedikit ke depan sebelah kanan sepanjang trotoar ada pedagang kaki lima yang
siap kami serbu, khususnya yang rekomendasi ada makan lidi-lidian yang beli
Cuma Rp. 3000,- bisa mabok makan sendrian alhasil aku simpan baru esoknya
habis. Heheheh.... selain lidi-lidian, kami juga pesen batagor kuah, jadi tetap
sama ada bntk batagornya tetapi menggunakan kuah bnih yang seger dan tambahan
kecap, saus, serta sambal sesuai selera, cukup Rp. 5000,- sudah kenyang. Dan
beli molen Rp 10.000 puas untuk penutup perut kami berlima. Jadi kami hanya
menghabiskan uang yang tidak hampir Rp. 20.000 untuk berlima. Hehehehe..
Pesan
yang terpentig jika kuliner di Garut enak kalau bebarengan, masing-masing pesan
menu yag berbeda jadi bisa bergantian mencoba karena masih banyak yang harus
dicoba jadi sangat perlu menjaga perut agar tetap memilki ruang untuk makanan
selanjutnya.
3. Bakso Mang Entis
Makanan jajanan sudah mengisi perut
kami ajak jalan-jalan menyusuri kota Garut sambil menuju tempat makan
selanjutnya, “Bakso Mang Entis”. Bakso yang terkenal di kota Garut ini tidak
berada di tempat umum tapi berada di depan rumah pemiliknya yang pasti bernama
“Mang Entis”. Hehehehe.. Tepatnya di depan Pondok
Pesantren Majelis Ta'lim Al-Musaddadiyah Garut.
Suasana di dalam sangat ramai
untugnya kami langsung dapat tempat, dan memesan bakso, ada berbagai jenis
baksonya kalau memesan di sini, ada bakso campur artinya bakso kecil, besar,
dan tahu, bakso satu artinya bakso yang gede satu dengan di dalamnya urat,
kemudian bakso lengap sayur isinya sayuran dan tanpa sayur pun bisa.
Aku memesan bakso satu dengan sayur
artinya satu bakso besar dengan sayur dan mie putih. Rasanya memang enak, tapi
gak enak banget sih, dan yang paling khas di kota Garut adalah sambel
pendamping bakso dan makanan berkuah lainnya adalah sambelnya dibuat dari cabai
kering yang ditumbuk kemudian disiram air panas.
Rasanya lebih nendang dan pedes
banget karena cabainya langsung berasa dan orang garut juara banget deh kalau
soal makan sambel. Aku mengaku kalah. Hheheheh
Harga yang dibandrol untuk sau porsi
bakso Rp 15.000,-
Hari kedua, masih sama
kejelekannya tapi ini lebih mendingan karena keluar sebelum zuhur nih karena rencanaya
kita akan ke Bandung makan surabi bandung yang udah kebayang rasanya, tapi
karena cuaca yang tidak mendukung arah dari Garut ke Bandung macet karena
banjir alhasil kami menghabiskan siang hingga sore di rumah tapi sebelumnya
kami mampir di Ramayana Garut beli “Baker’s King”, agak asing sih mendengar
nama ini karena sebelumnya belum penah melihat
di Jakarta dan ternyata memang cuma ada di Garut.
Konon katanya, pemilik
toko dan pembuatan donat ini adalah mantan pekerja di donat yang tak asing
namanya bagi kita JCO. Donat yang ngehitzs ini gak kalah enak dengan donat yang
udah melegenda JCO, dan ternyata setelah aku coba benar tekstur dan kelembutan
serta rasa donat ini 11-12 dengan donat melegenda itu. Harganya pun tak jauh
berbeda hanya selisih Rp 15.000 – 20.000/per- lusin.
Kemudian malamnya kami
menjelajah di kuliner malam sekitar masjid agung Agrut yang sangat ramai, kami
membeli menu makan malam, yaitu ayam bakar dan mencoba sosis bakar yang gede
dan panjang banget dengan saos dan mayonaise menyelimuti di jual dengan harga
Rp 15.000,- rasanya enak banget sampai hari berikutnya aku masih sempatkan diri
ke sini untuk beli lagi. Heheheheh....
Hari ketiga, setelah
makan di rumah kami keluar setelah zuhur dan menuju tempat wisata yang hampir
sama suasana dan tempatnya seperti kawah putih, namanya adalah telaga bodas.
Sebelum menuju ke sana kami kuliner sejenak di pempek yang tak jauh dari
Ramayana, dan mulai mencari makanan yang lain, yaitu:
1. Batagor dan Colenak
Belum lengkap rasaya
kalau ke Bandung tak mencoba batagor, aku membeli batagor dipinggir jalan yang
bersampingan dengan pedangang colenak dengan harga Rp 7.000,- dan pasti membeli
colenak, yang belum pernah aku coba dan baru mendengar dihargai Rp 4.000,-
Colenak adalah makanan khas Jawa Barat yang terbuat seperti peyem atau tape
yang dibakar kemudian disiram dengan gula merah dan kelapa dan diburi kacang.
2. Tutuk Oncom dan Chibay
Belum puas dengan itu
semua yang membuat aku penasaran adalah ingin sekali mencoba tutuk ocom, yang
ternyata nasi yang diolah dengan oncom dengan lauk ikan asin, telur, dan tempe
dengan harga Rp 8.000,-. Kemudian membeli Cibay, makanan yang baru aku dengar
namanya juga ini dijual satunya Rp 1.000,-.
Cibay adalah makanan yang tebuat
dari sagu yang di panaskan dan diisi dengan beragai isian, ada yang diisi
dengan telur, bihun, dan sebagainya, kemudian dimasukkan dalam plastik dan
ditambahakan bubuk asin serta pedas menambah rasanya yang mengoyang lidah.
Setelah puas berkuliner
dan membawa bekal untuk ke telaga bodas kami siap untuk ke sana, untuk menuju
telaga bodas hindari menggunakan mobil karena jalan yang sempit, licin, dan
menanjak akan menyusahkan lebih enak naik motor karena bisa langsung liat
pemandangan yang indah dan merasakan goyangan setiap meter perjalanan.
Berada di atas bukit nun
jauh sehingga perjalanan yang semakin dingin dengan cuaca yang tidak menentu,
di bawah kering dan di atas hujan dan sebaliknya sehingga harus siap sekali
dengan fisik. Setelah mnempuh perjalanan selama 40 menit kami sampai di telaga
bodas, kemudian membayar untuk masuk dan parkir (2015) sebelumnya di tahun dulu
motor atau kendaraan bisa masuk langsung ke telaga bodas tetapi sekarang
kendaraan di parkir di luar sehingga kita harus jalan menuju telaga bodas
tersbut jika tak ingin jalan banyak ojek yang menunggu untuk mengantar dan
jemput Anda.
Dengan kesepakatan
berjalan bersama menikmai pemandangan bukit di sepanjang jalan dan sekitar
berjalan santai 15 menit kami disambut dengan bau belerang dan warna putih
serta kabut yang siap mnyerbu badan kami. Akhirnya kami sampai, tak
disia-siakan mengabadikan momen ini dengan kamera dan video.
Kami berjalan-jalan ke
samping telaga melewati jalan dan beberapa pemandangan kanan kiri pohon, ada
jembatan dan sungai jernih yang mengalir, hampir setengah jam kami di sini dn
akhirnya kembali lagi ke depan untuk pulang.
Malam setelah turun dari
telaga bodas kami makan bakso lagi dikarenakan salah seorang dari kami penikmat
bakso sepanjang masa, makannya Cuma bakso dan mie instan (jangan dicontoh).
Kemudian menuju jajanan malam seperti hri sebelumnya untuk membeli sosis lagi
dan mampir ke martabak rasa apapun dengan harga Rp 16.000,- murah banget kan.
Kami memesan rasa coklat, dan martabak telor.
Hari keempat, harus jadi
hari terakhir nih soalnya sudah ada yang bolos kuliah dan kerja kan akunya jadi
gak enak sebagai orang yang tak sibuk, heheheh. Jadi hari terakhir karena
kemarin kita turun dari telaga bodas magrib dan bus Garut yang menuju Jakarta
udah tidak ada karena bus terakhir jam 18.00.
Akhirnya siang setelah zuhur kami
pulang tapi sebelum pulang kami mampir lagi di molen crispy (memang rasanya
crispy banget) Rp 10.000 dan mencoba martabak mini harga satunya Rp 2.000 – Rp
2.500,- dan yang terakhir mencoba es goyobod Rp 6.000,- es goyobod ini isinya campur-campur ada campuran berbagai buah dan goyobodnya adalah seperti aci dan terigu bentuknya seperti jelly tetapi tidak ada rasanya. Secara keseluruhan karena tidak hobi minum es tetapi minumnya selalu teh tawar, yah es ini perlu dicoba karena rasanya yang nano-nano efek dicampur-campur.
Setelah itu, siap menuju terminal Garut dan pulang menuju Jakarta.
Alhmadulillah sampai dengan selamat di Lebak Bulus waktu magrib.
Terimakasih yang telah
mengajak liburan Ragaku, dan untuk Kak Egi yang sudah direpotkan dan yang
paling merepotkan Afwan dan Kiki, lain kali kita main lagi naik Papandayan yah.
Amin ya Rabb.