Hai Sang Pemilik hati aku sedang berada di titik
down paling bawah. Rasa ini menggelapkan segalanya, menghentikan nafas dan
seluruh tubuh kaku ngilu hingga ke syaraf. Ini bukan rasa sakit yang memaksa
harus berdiri, menatap langit dan sepanjang jalan, dan memaksa bahwa kehidupan
ini masih terus berjalan.
Detik ini tak akan berhenti dan selalu
menghiraukan langkah ku. Jam takkan akan mau mengulang walau aku terpasung
berhari-hari. Dan detak itu akan selalu mengalir mengikuti iringan yang
sekalipun membuat aku tak bernafas kali ini.
Pagi ini aku berharap untuk tidak akan pernh
membagi ini ke siapapun. Untuk terus berdetik, berjam, dan berdetak harmonis
dalam hidup.
Hal yang diharapkan namun selalu datang adalah
hujan tapi turunya hujan adalah berkah bagi sebagian orang namun bagi orang
tertentu akan menjadi musibah. Mungkin begitupula melepaskan ini semua ke bumi
membuat sebagian orang tertentu akan tertawa terbahak atau sebagian lain akan
merasakan hal yang sama dirasakan.
Hidup ini kan terus berjalan selama kau tak mau.
Hidup ini akan terus membayangimu walau kau
menolaknya.
Hidup ini akan terus menghantui walau kau
menjalaninya.
Dan hidup ini selalu ada untukmu namun apakah kamu
ada di kehidupan ini?
Hanya syair dari Sapardji Djoko Damono yang tepat
mewakili hati saat ini.
DALAM DOAKU
Karya Sapardi Djoko Damono
Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama,
yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara
Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau
Senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan
pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ngibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting
dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lau
hinggap di dahan mangga itu
Magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan kecil itu,
menyusup di celah-celah jendela dan
pintu, dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan
bulu-bulu mataku
Dalam doaku kau menjelma denyut jantungku, yang
dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku
Aku mencintaimu, itulah sebabnya aku tak akan
pernah selesai mendoakan keselamatanmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar