Sabtu, 22 Juni 2013

"Bila Malam Bertambaah Malam" Tak Lekang oleh Waktu

Sabtu, 22 Juni 2013. Bertepatan dengan malam minggu. Akhirnya saya bisa beraangkat untuk menyaksikaan pementasan tetater di komunitas Salihara yang mengangkat karya Putu Wijaya "Bila Malam Bertambah Malam".
Untuk mendapatkaan tiket di Salihara ini tidak mudah loh, pasalnya tiket yang kita beli harus on the spot artinya langsung ke tempatnya di JL. Salihara no.16 Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Bagi yang belum pernah ke sana rutenya sangat mudah. Dari arah ragunan kita bisa ambil ke arah Pejaten, sebelum ke Pejaten kita mabil kiri, dan sebelum Pasar Minggu ada sebuah bangunan di sebelah kiri jalan, nah itulah dia Jl. Salihara kemudin tidak jauh dari situ di sebelah kanan jalan akan tampak tulisan Jl.Salihara No.16, artinya sudah sampai di tempat.
Tempat Komunitas Salihaara menurut saya sangat cozy buat nongkrong anak muda yang berjiwa seni, karena ada toko, tempat makaan, dan gallery yang menyimpan berbagai seni dan art, sesuai dengan jadwal.
Kembali lagi nih, info mengenai pementasan tetaer ini saya dapat dari twitter @salihara pada pagi hari taanggal 21 Juni, kemudian saya menghubungi nomer untuk pemesan tiket, namun ternyata untuk yang mahasiswa tiketnya sudah habis :( Kan lumayan mahasiswa 35.000,- dan untuk Umum 50,000,-. Kemudian saya tanya apakah yang huat besok ada ? Mereka tidak jamin masih ada karena banyak yang melakukan pembayaran langsung ke sana. Akhirnya saya putuskan sore hari ke sana namun loket tiketnya buka jam 18.00. Saya pun harus menunggu kembali.
Setelah itu, dengan menunjukkan kartu mahasiswa saya memesan 2 tiket bersama pacar saya :D ciecie.. heheheh
Sayaa pikir lebih baik mengeluarkan uang untuk pementasan drama yang langsung bisa kita lihat, daripada harus membayar biskop yang pada akhirnya, akan menjadi kepingan CD yang mudah kita dapatkan di Grogol :P
Esok harinya, saya berangkat setelah magrib bersama pacar saya, sampai sana saya menukarkan kuitansinya dengan tiket. Kemudian menunggu di halaman Salihara, halaman yang terkonsep dan menginspirasi saya. Sambil menunggu saya makan bekal yang tak sempat makan malam, kemudian saya diwawancarai dan sayang tidak bisa berfoto karena kamera dan HP sedang rusak :( Padahal kalau kita foto di hall depan teater akan diundi dan mendapatkan kaos dari komuniras Saliharanya loh :)
Jam 20.00 semua bangku sudah penuh dengan penonton, saya mendapat tempat di bangku keempat sebelah kanan, saya beruntung karena sebelah kanan adalah tempat orang masuk dan keluarnya pemain dari sini, saya bisa melihat dengan jelas. Kemudiaan sampai pementasan banyak yang tak kebagian bangku akhirnya duduk lesehan di depan bangku pertama.
Perjalanan dari memesan tiket sangatlah berkesan hingga menontonnya saya puas, dan terbayaar semua yang telah saya lakukan, dua kali bolak balik ke salihaara gak rugi deh :D.
Teater yang memainkan naskah drama "Bila Malam Bertambah Mala" adalah Teater Mandiri (Jakarta, Indonesia) yang merupakan teater milik dan asuhan Putu Wijaya. Pertunjukan tersebut diadakan di  Teater Salihara, 21-22 Juni 2013, 20:00 WIB. Penulis naskah tersebut adalaah Putu Wijaya dan disutradarai pulaa oleh beliau.
Pemain: Arswendy Nasution sebagai Ratu Ngurah, Niniek L. Karim sebagi Gusti Biang.  Yanto Kribo sebagai Wayan, dan  Fien Herman sebagai Nyoman.
Sinopsis pertunjukan tersebut:
Bila Malam Bertambah Malam bertutur tentang cinta remaja yang bahagia dan cinta tua bangka yang terpendam dengan latar belakang perbedaan kasta di Bali. Bila Malam Kisahnya berlangsung di Tabanan, Bali, di sekitar kehidupan Gusti Biang, bangsawan tua sisa-sisa feodalisme Bali. Gusti Biang masih mempertahankan kasta, tapi putranya Ratu Ngurah, mencintai pembantu Gusti Biang yang menyadari kemerdekaannya sebagai pribadi. Guncangan tak terhindarkan muncul akibat perbenturan nilai-nilai lama yang telah melapuk dan nilai-nilai baru yang hendak mekar.
Teater Mandiri didirikan pada 1971. Awalnya Teater Mandiri membuat pertunjukan untuk televisi dan mulai tampil di TIM pada 1974. Tidak hanya di Indonesia, Teater Mandiri juga pernah berpentas di Amerika Serikat, Jepang, RRC, Singapura, Taiwan, Jerman, Mesir dan Cek. Putu Wijaya sendiri pernah menyutradarai pertunjukan di Amerika dan main di LaMaMa New York. Putu Wijaya adalah seniman yang sudah menghasilkan lebih dari 40 naskah drama, puluhan novel, ribuan cerpen, puluhan makalah dan esai.
Dalam pentas ini Teater Mandiri tidak banyak menampilkan idiom-idiom visual sebagaimana selama ini, tetapi lebih bertutur dan menampilkan akting di atas panggung yang ditata minimalis.
Pertunjukan berlangsung dari 20.00 sampai 21.30, yang artinya 1 jam 30 menit. Walaupun naskah tersebut telah lawas dan dibuat pada zamannya, tetapi ditampilkan kembali dengan nuansa kontekstual dan kekinian, seperti: menyertakan partai, bioskop, pemilu, dan lain sebagainya.
Dan yang lebih penting dari pesan pertunjukan ini adalah bahwa kita adalah manusia yang sama.
Kasta yang begitu kental di Bali hingga sekarang membuat kita sadar bahwa yang ditampilkan pada pertunjukkan teater ini ada di sekitar kita. Begitupula yang terjadi pada "Pengakuan Pariyem". Mengangkat mengenai hubungan priyayi dengan wong cilik.
Semoga dengan adanya pertunjukan teater seperti ini dapat meningkatkan kita dalam mengapresiasi karya sastra dan karya teater yang ada di Indonesia. Senang sekali melihat Pak Putu Wijaya hadir di tengah-tengah kita pada malam pementasan. Kabarnya beliau terserang stroke namun pada hari itu, beliau terlihat segar dengan pancaran senyum dan gembira.
Maju selalu Teater Indonesia, selalu berkarya untuk bangsa!
Pementasan Teater "Bila Malam Bertambah Malam"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar