A.
Pendahuluan
Lima mungkin diambil dari desa Limau suatu daerah di Ambon yang
berarti jeruk Limau. Daerah tersebut sama seperti yang diceritakan di cerpen
ini. Daerah Limau adalah desa yang pada malam harinya pasti mati lampu,
mengapa? karena listrik desa Limau dipakai untuk menghidupi kota ambon, itulah
kemungkinan yang diambil dari kata Lima. Lima berarti angka. Lima juga diambil
dari tokoh tersebut, yaitu Lima, ibu Lima, penduduk, pemuda, dan sang
pencerita. Lima orangnya kurang bersosialisasi karena cerita ini tidak membahas
sama sekali tentang tokoh-tokoh lain disekitar Lima.
Lima adalah seorang yang sangat cantik yang buta bukan sejak lahir.
Matanya yang buta bukan membuat orang menjauhinya, tetapi matanya lah yang
menjadi daya tarik tersendiri. Mata Lima yang penuh dengan ketulusan dan
kejujuran karena matanya yang selalu menunjukan keteduhan dan gerak-gerik mata
yang tidak pada umumnya.
B.
Sinopsis Cerpen “Lima” Karya Sheila Hida
Lima seorang
gadis yang buta 6 tahun yang lalu. Ia hanya tinggal dengan ibunya yang setia
merawat dia dan mengajarkan dia. Lima selalu teringat waktu dia masih bisa
melihat dimana ia tidak bosan melihat bintang-bintang di langit dan juga selalu
menyalakan sebatang lilin dan bernyanyi bersama ibunya jika kampungnya mati
listrik.
Kini Lima berusia 17 tahun, banyak
orang yang mengatakan Lima lebih cantik setelah ia buta karena ada yang berubah
dengan matanya. Dengan hidung mungil mancung tertempel di atas bibirnya yang
selalu basah. Senyumanya membuat orang di sekitarnya berhenti beraktifitas
hanya untuk menikmatinya.
Lima sekarang kehilangan senyuman
yang ditunggu banyak orang. Semua orang mengorbankan hartanya untuk melihat Lima
sekedar tersenyum. Lima hanya mematung diatas bangkunya, semua orang menolong Lima
dengan sabarnya. Yang Lima ingat hanyalah kenangan bersama ibunya yang membuat
dia menjaga air mata yang berharga tidak terjatuh. Karena ibunyalah yang terus
mendukung Lima dengan mengatakan “kau tak perlu sedih, Anakk, dank au juga
harus tahu. Air matamu terlalu berharga untuk jatuh.” Kemudian dengan
menceritakan sebuah cerita yang terus dapat menyemangati hidup Lima, dari
keadaan yang dialaminya.tidak hanya itu ibunya mengajarkan dia bermain biola karena
biola adalah satu-satunya benda berharga yang dimiliki ibunya dan yang akan
mewarisinya siapa lagi jikalau bukan Lima. Dengan tekat yang kuat Lima dapat
memainkan biola, dan orang-orangpun berdatangan menikmati permainan Lima
berharap melihat senyumnya. Mata dan senyum Lima seakan-akan menjadi candu.
Setelah ia kehilangan ibunya semua
berubah yang Lima lakukan hanya diam. Hampir satu tahun ia diam tidak melakukan
apa-apa sampai akhirnya datang pemuda mabuk yang mengatakan untuk menangis,
menangislah karena dunia ini sudah gila sehingga menyadarkan Lima hingga ia
menangis dan begitu pula disadari oleh penduduk desa bahwa menangis itu perlu.
Pertanyaan
1.
Analisislah
Cerepen tersebut sebaik mungkin. Anda bebas menggunakan pendekatan yang Anda
anggap sesuai ?
Jawab,
saya menggunakan pendekatan objektif karena yang paling tepat dalam mengkaji
cerpen ini. Pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra
menitikberatkan kajiannya pada unsure intrinsik karya sastra tersebut.
Kenapa memilih pendekatan objektif ?
1.
Nama
pengarangnya tak terkenal dan dikenal, menyusahkan kita menggunakan pendekatan
ekspresif. Jadi tidak bisa dan susah untuk menganalisis cerpen “Lima” ini
dengan menggunakan pendekatan ekspresif
2.
Latar
kejadian tempat dan waktu tidak digambarkan secara khusus terjadi dimana, hanya
digambarkan secara umum di desa, sehingga kita tidak dapat sembarangan dalam
menerka secara khususnya. Tetapi dalam berbagai hal seperti buta atau
penggambaran umum terhadap tokoh memungkinkan kita dapat menghubungkan dengan
keadaan yang sebenarnya di luar karya sastra.
Jadi, kita tidak bisa menggunakan pendekatan mimetik karena dengan
kemungkinan tersebut membuat penafsiran yang subjeltif dan kurang akurat.
Analisis Pendekatan Objektif
1.
Alur
= Campuran / Flasback
Paragraf
pertama,kalimat pertama “Sekarang listrik mati, tapi itu sama saja untuk Lima.
Kegelapan menyelimuti pengelihatannya sejak 6 tahun lalu.” Paragraf pertama
kalimat ketiga “Lima ingat bagaimana menghabiskan waktu sebelum
penglihatanya diselimuti oleh kegelapan. Dia akan menyalakan sebatang liulin
yang dia taruh ……...”
Kedua
kutipan dalam cerpen tersebut, menyiratkan kepada kita bahwa alur atau yang
menggerakan cerita pada cerpen ini yaitu campuran karena pada paragrap pertama
dapat kita lihat menceritakan pada masa sekarang yaitu listrik mati kemudian
selanjutnya diceritakan pada kalimat selanjutnya
tentang masa lalu Lima ketika sebelum buta. Alur yang campuran ini sangat
berfungsi dalam menceritakan cerpen “Lima” karena alur inilah yang menceritakan
masa lalu Lima bersama ibunya yang menceritakan kesedihan dengan cara yang
indah tanpa disadari oleh pembaca.
2.
Latar
a.
Tempat
= Daerah terpencil (Desa). Paragrap
ketigakalimatpertama “Lima ingat saat listrik mati di desanya mati.”
Ini menunjukan kepada kita bahwa di desanya bukan berarti tidak ada listrik,
ada tetapi tidak meneranginya 24 jam penuh. Ini berarti Lima berada di daerah
terpencil (desa). Paragrap SembilanbelaskalimatkeLima “Lima minta kepada
para istri untuk memandikannya dan mengantarkannya ke sungai untuk buang
hajat. Para istri mengantarkan Lima ke sungai terlebih dahulu…..”
Dapat kita simpulkan bahwa Lima beradsa di
sebuah desa yang terpencil karena listrik tidak selamanya meneranginya begitu
pula diperkuat dengan keadaan ketika mandi dan buang hajat mengharuskan ke
sungai bukan ke kamar mandi.
Tempat yang lainnya
dapat di lihat pada cerpen “Lima” ada di sungai, rumah Lima, teras rumah dan
lain sebagainya tapi secara umum ada di desa daerah terpencil di mana Lima
tinggal.
b.
Waktu
Waktu yang terjadi pada cerpen ‘Lima’ terjadi pada malam dan sore
hari. Paragraf ke dua puluh dua “Sore telah tiba…..” dan
paragraf ke dua puluh tiga “Langit tampak merah kekuning-kuningan…..”.
Paragraf ketiga “….. Lima sangat menyukai pemandangan malam seperti
itu…”. Digambarkan pula waktu yang dialami Lima sejak kecil hingga berumur
18 tahun.
· Masa kecil Lima. Paragraf keempat kalimat pertama “Sejak
kecil Lima sangat suka
melihat lilin yang dinyalakan ibunya di teras rumah.”
·
Ketika
ia buta pada umur 10 tahun hampir 11 tahun
Paragraf
pertama,kalimatkedua “ Kegelapan menyelimuti pengelihatannya sejak 6
tahun lalu.” Paragrap ketujuh kalimat pertama “Kini umur Lima
hampir 17 tahun.”
Dapat kita simpulkan bahwa yang diceritakan kini Lima hampir berumur
17 tahun 16 tahun dikurang 6 tahun lalu (16-6=10), jadi Lima buta ketika
berumur 10 tahun hampir 11 tahun. Paragraf pertama kalimat ketiga“Lima ingat
bagaimana menghabiskan waktu sebelum penglihatanya diselimuti oleh
kegelapan.” Ini berarti Lima tidak buta dari kecil tapi ketika ia
berumur 11 tahun, tetapi tidak dijelaskan apa alasannya Lima buta.
· Lima hampir umur 17 tahun ia kehilangan ibunya.
Paragrap
ketujuh belas kalimat pertama “Kini umur Lima hampir 17 tahun.” Paragraf
kedelapan “ Tapi kini Lima jarang tersenyum. Itu membuat semua orang
kebinggungan”, paragraf ini ada kaitannya menjelaskan keadaan Lima ketika
berumur 17 tahun. Pararaf ke sembilan belas “Ini hari kedua ratus dua puluh
satu hari Lima masih diam dengan pandangan kosong ke depan. Ingatannya
melayang-layang berebut antrian ingatan yang akan diputar di kepala Lima. Selama
hari-hari ini Lima terus mengingat ibunya.”
· Lima berumur 18 tahun.
Berkelanjutan pada point diatas ketika Lima umur 17 tahun kemudian
diceritakan pada paragraf ke dua puluh tujuh “Ini hari ketigaratus enam
puluh Lima hari, Lima masih diam dengan pandangan kosong ke depan kursinya yang
pernah bau pesing air kencingnya.” Tigaratus enam puluh hari berarti satu
tahun ini berarti Lima telah berumur 18 tahun.
c.
Suasana
· Sedih dan mengharukan tetapi dikuatkan oleh kegembiraan yang
ditimbulkan oleh masa lalu/kenangan Lima bersama ibunya dahulu. Terdapat di
awal cerita paragraf pertama hingga ke enam. “lima sangat menyukai
lilin-lilin yang dinyalakan ibunya di teras rumah”.” Lima juga ingat, lagu
ulang tahun tidak lagi dinyayikan oleh ibunya ketika mereka bermain
seperti itu, karena di depan mereka hanya ada sebuah lilin, lilin yang tanpa
sebuah kue sekecil apa pun sebagai alas lilin.”
Begitu pula pada akhir
cerita yang diceritakan bahwa orang-orang melihat Lima bangkit dari kediamannya
selama setahun karena menangis semalaman, setelah itu Lima memainkan biola yang
sungguh menyayat hati, membuat suasana disekitar Lima yaitu orang-orang itu
seakan-akan merasakan yang Lima rasakan dan menjadikan mereka sadar bahwa
menangis itu perlu.
·
Gembira
yang di rasakan oleh orang-orang ketika melihat Lima tersenyum. Paragraf ketujuh
“ Apalagi saat dia tersenyum, sepasang lesung pipi membuat semua orang yang
melihat senyumnya berhenti dengan kesibukannya untuk sekedar menikmati
senyum lima”.
· Ketegangan,
paragraf kesembilan belas “Hai kau, bentaknya pada Lima.”dan pada
paragraph selanjutnya keduapuluah “Lima menangis setelah itu, tak tanggung
tanggung Lima menangis dengan menjerit sekuat-kuatnya. Semua orang diam. Lalu
di antara mereka maju untuk menghajar pemuda itu….”
·
Bingung,
sedih
Pada
paragraf ke delapan “Tapi kini Lima jarang tersenyum. Itu membuat semua orang
kebinggungan. Banyak usaha yang mereka lakukan agar lima tersenyum lagi.”.
Keadaan inilah yang membuat orang-orang binggung dan sedih melihat lima hanya
diam dan mematung tanpa ekspresi.
3.
Sudut
Pandang
Pencerita
merupakan orang ketiga/diaan bukan tokoh. Paragraf pertama,kalimat kedua, “Kegelapan
menyelimuti pengelihatannya sejak 6 tahun lalu.” Paragraf pertama kalimat
ketiga “Lima ingat bagaimana menghabiskan waktu sebelum penglihatanya
diselimuti oleh kegelapan. Dia akan menyalakan sebatang lilin yang dia
taruh ……...” begitu pula seterusnya hingga akhir cerita ada orang ketiga
sebagai pencerita (narrator) cerita Lima yang diciptakan oleh pengarangnya.
4.
Tokoh
dan Penokohan
·
Lima : Lima merupakan tokoh
utama dalam cerpen. Tokoh yang mempunyai karakter bulat, artinya ia mengalami
perubahan karakter dari yang selalu tersenyum dan ceria menjadi pemurung dan
hanya diam tanpa melakukan kegiatan apapun untuk mengurus dirinya sendiri,
kemudian ia berubah kembali menjadi seperti dulu lagi.
Anak yang baik dan penurut karena Lima selalu mendengarkan semua
yang dikatakan oleh ibunya, tidak mudah menyerah, paragraf ketiga belas “
Lima juga masih ingat, dulu ibunya pernah mengajarkan cara memainkan biola
padanya saat dia telah buta. Mungkin Lima kesulitan dan beberapa kali putus
asa saat belajar memainkan biola. Taoi ibunya terus menyemangatinya, ibu
ingin kau juga bisa memainkannya, :ucap ibunya setiap kali membujuk Lima
untuk tetap berlatih.” Hingga Lima bisa memainkan biola tersebut.
Pintar paragraf kesepuluh kalimat pertama “ Lima sangat suka
membaca buku-buku yang dimiliki ibunya. Lima juga suka menulis.
Menulis sebuah cerita. Ibunyalah yang mengajari ia menulis.”
· Ibu Lima :
ibu yang bijaksana, semangat dan selalu optimis mengajarkan anaknya segala hal
termasuk menulis dan memainkan biola walaupun anaknya buta tetapi dia yakin
Lima dapat melakukan sesuatu kegiatan yang lain, paragraf kesepuluh kalimat pertama
“ Lima sangat suka membaca buku-buku yang dimiliki ibunya. Lima juga suka
menulis. Menulis sebuah cerita. Ibunyalah yang mengajari ia menulis.” Paragraf
ketiga belas “ Lima juga masih ingat, dulu ibunya pernah mengajarkan cara
memainkan biola padanya saat dia telah buta. Mungkin Lima kesulitan dan
beberapa kali putus asa saat belajar memainkan biola. Tapi ibunya terus menyemangatinya,
ibu ingin kau juga bisa memainkannya, ucap ibunya setiap kali membujuk Lima
untuk tetap berlatih.”
Kutipan diatas dapat kita ketahui bahwa peran seorang ibu bagi Lima
sangat menonjol/dominan karena yang menemanin dan mengurusnya sejak kecil. Ini
dapat menunjukan kepada kita bahwa perkembangan yang terjadi ketika masa kecil
sangat mempengaruhi kita dari segi emosi, fisik, kognitif kita dengan siapa
kita dibesarkan. Begitu pula yang terjadi pada Lima, perkembangan Lima hanya
didominasi oleh peran ibu dan kurang adanya interaksi dengan sosial.
· Semua Orang : Binggung, paragraf ke
delapan kalimat pertama “Tapi kini Lima jarang tersenyum. Ini membuat semua
orang kebingungan”
Peduli
secara fisik terhadap Lima : paragraf ke delapan kalimat kelima “banyak
usaha yang mereka lakukan untuk membuat Lima tersenyum lagi….. “Bahkan
mereka sudah patungan dengan harta mereka mereka yang berjumlah tidak
sedikit, paragraf ke delapan kalimat kelima belas “ para istri pun hanya
memandikan Lima dengan membasuh bagian tubuh Lima yang bisa dijangkau. Baju
lima pun hanya mereka semprot dengan minyak wangi banyak-banyak supaya
tidak berbau terlalu menyengat, karena belum pernah terlepas dari tubuh Lima.”
Kutipan ini menyiratkan bahwa penduduk kampung sangat peduli kepada Lima dari
segi kebutuhan fisik Lima saja tanpa memikirkan dari segi batin/perasaan yang
dirasakan oleh Lima.
Sabar,
paragraf ke delapan “….. Lima tak mau mengunyah. Merekan melakukan itu dengan
sabar.”
· Pemuda : buruk
tingkah lakunya tetapi memiliki kejujuran karena mabuk, pada dasarnya orang
yang sedang mabuk prilaku yang muncul ialah benar-benar jujur dan apa adanya
karena ketika mabuk kita tidak sadar dengan apa yang kita lakukan, sebab kognitif
kita tidak berfungsi dengan baik, bukan tidak berfikir tetapi kita dapat
berfikir apabila adannya stimulus dan si pemabuk akan merespon dengan cepat dan
jujur apa adanya. Paragraf delapan belas kalimat keempat “Seorang pemuda
dengan gentoyoran berjalan memasuki rumah Lima. Semua orang terpaku di
temapt duduk masing-masing walaupun ada pemuda mabuk mendekati Lima.” Dari
kutipan tersebut dapat diketahui bahwa pemuda itu sedang mabuk, mabuk adalah
salah satu perbuatan yang dilarang oleh agama dan menyalahi norma yang berlaku.
Tetapi dari perbuatannya tersebut pembaca tidak akan menyangka yang
menyelesaikan cerpen ini/ yang menjadi solusi bagi Lima untuk dapat pulih dan
sadar adalah perkataan pemuda tersebut “Hai kau, bentaknya kepada Lima. “Aku
tak mengerti siapa kau, dank au juga tak mengerti siapa mereka yang selalu
mengharapkanmu tersenyum.”Pemuda itu meminum isi botol di genggamannya.
“Untuk apa tersenyum, hah ? Dunia ini sudah terbalik dan menggila, buat apa
tersenyum pada dunia ini, dunia yang tak mengerti hatimu. Menangislah!
Menangislah!”pemuda itu membentak lima. “Menangislah kau gadis, menangislah !”
Kali ini pemuda itu mengguncang-guncang tubuh Lima.”
Kutipan tersebut membuat Lima menangis sepanjang malam sampai ia
tertidur di bahu pemuda tersebut, dan keesokan harinya Lima tak termangu dan
berdiam tetapi mulai minta dimandikan, makan dan buang hajat. Pemuda tersebut
membuat Lima menangis dan mengobati kesedihannya setelah ditinggalkan oleh
ibunya. Sosok pemuda disini dapat menjadi sosok yang diharapkan Lima untuk
membimbing dan mengerti hati/perasaan Lima setelah ibunya tidak ada, dan
mungkin Lima merindukan sosok seorang ayah yang tegas dan keras. Secara
psikologis perkembangan yang dibentuk dari bimbingan ibunya, dalam cerpen ini
tidak digambarkan tentang ayah dan saudara lima, oleh karena itu lima hanya
mendapatkan sifat-sifat ibunya yang tegar dan tegas dan membutuhkan panutan
untuk mengerti hati/perasaannya yang dia rasakan ada pada pemuda itu.
5.
Gaya
Bahasa
Secara keseluruhan yang digunakan
oleh pengarang dalam cerpen ini bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca yang
maknanya tersurat, tetapi ada beberapa yang memiliki makna tersirat dan
menggunakan metafora, pesonifikasi, repetisi dan hiperbola.
·
Metafora,
paragraf ke sembilan belas “Dunia ini sudah terbalik dan menggila…”
·
Personifikasi,
paragraf ke lima belas “beberapa bulan ibunya mengajarinya memainkan biola
itu, sampai akhirnya Lima pandai dan lincah membuat jari-jarinya menari-nari
di atas papan biola.” Paragraf ke dua puluh dua Dia antara itu awan bergulung-gulung
melayang melintas.
·
Repetisi,
paragraf kesembilan belas “Menangislah kau gadis, menangislah !”
·
Hiperbola,
paragraf keenam belas Entah mengapa permainan itu terdengar sangat
menyayat hati.”
Begitu banyak makna yang tersirat
yang terdapat dalam cerpen ‘Lima’ ini termasuk nama Lima, pemuda dan masih
banyak lainnya.
6.
Tema
Dari uraian dan analisis di atas
dapat kita dapat memaknainya bahwa tema cerpen “Lima” ini adalah menemukan
sosok yang mengerti hati/perasaan kita tidak mudah tetapi siapapun mempunyai
kemungkinan tersebut. Dan yang terpenting adalah perasaan yang tidak boleh dipendam
yang menceritakan cerita yang penuh dengan kesedihan tetapi memiliki keindahan
yang tersirat didalamnya, lalu kesedihannya ditumpahkan pada akhir cerita
dengan menangis. (menceritakan kesedihan dengan cara yang indah). Ketidakmampuan
Lima dalam menghadapi kesedihan yang dialaminya setelah ditinggalkan ibunya
sehingga tidak ada yang mengerti hati dan perasaanya lagi.
7.
Pesan
(amanat)
· Janganlah hidup pada masa lalu hiduplah untuk sekarang dan masa
yang akan datang, masa lalu harusnya dijadikan pengalaman sebagai pelajaran.
Jadi kita harus bangkit dari kesedihan kita jangan terpuruk dalam kesedihan.
· Ikhlaskanlah yang telah terjadi kepada kita.
· Jadilah pribadi yang apa adanya, jikalau ingin menangis maka
menangislah, jika ingin tertawa maka tertawalah.
· Janganlah hidup dengan bergantung kepada orang lain, belajarlah
mandiri dalam segala hal.
· Kita jangan melihat seseorang dari fisiknya saja tetapi dari hati
dan perasannya.
· Jika kita mempunyai masalah dan kesedihan menimpa kita, janganlah
ditanggung sendiri. Berbagilah dengan orang lain, dan ceritakan apa yang kita
rasakan karena itu dapat melegakan hati dan perasaan kita.
2.Menurut Anda, apa segi-segi menarik dari cerpen tersebut ? Uraikan
dan beri alasan Anda.
·
Keindahan
dan kebahagiaan yang diceritakan tersirat, ada kesedihan yang amat mendalam.
Salah satu keindahannya ialah keindahan pemandangan bintang-bintang dimalam
hari yang sudah sangat jarang kita lihat di ibu kota. Lalu cahaya lilin yang
mengisaratkan kedamaian dalam hati. Cerepen ini menceritakan konflik batin yang
sangat indah, menceritakan kesedihan
dengan cara yang sangat indah.
·
Konflik yang
dibangun oleh pengarang tidak melibatkan antara dua orang atau lebih, tetapi
konflik yang terjadi diciptakan dalam diri/perasaan “Lima” yaitu melalui satu
tokoh utama yaitu “Lima”.
·
Adannya
perbedaan antara pemuda yang mengatakan bahwa “….untuk apa kau tersenyum…
buat apa tersenyum pada dunia yang tak mengerti hatimu.” Sedangkan penduduk sangat menyukai senyum Lima, hingga
mengorbankan seluruh harta bendanya untuk menyewa grup lawak terkenal dan apa
pun yang dapat membuat Lima tersenyum. Inilah yang membuat kita berfikir
kembali, sebenarnya pesan apa yang ingin di sampaikan oleh pengarang disini.
Jika kita analisis kembali kita dapat mengetahui bahwa Lima adalah
seorang yang tidak hanya memerlukan kebutuhan fisik saja, tetapi memerlukan
kebutuhan batin. Saat ibunya meninggal, warga hanya memberikan kebutuhan
fisiknya saja, seperti: makan, mandi, dll. Pemuda pemabuk datang sambil
berteriak, teriak. Sentak hal itu membuat Lima tersadar dari derita batinya
selama ini. Seketika itu Lima menangis. Jadi, Lima yang diceritakan membutuhkan
penuntun dan pengobat batin. Di antara kesedihan yang menderu, setelah
kehilangan ibunya. Ia tidak bisa mengungkapkan perasaan yang ada hatinya karena
ibunya yang selalu mengajarkan“…kau tak perlu sedih, anakku, dan kau juga
harus tahu. Airmatamu terlalu berharga untuk jatuh” itulah yang membuat
Lima hanya terdiam selama setahun yang akhirnya disadarkan oleh perkataan pemuda
yang mabuk itu.
·
Lima
yang semasa hidup bersama ibunya sangat mendambakan sosok ayah yang tidak di
ceritakan di Cerpen ini. Saat pemuda itu datang, mungkin sosok ini hadir walau
tingkah-lakunya pemabuk tapi sifat tegas,keras dan jujur apa adanya yang dihadirkan
menyadarkan diri Lima bahwa menangis itu perlu, menangis juga dapat mengobati
kesedihan.
·
Sosok
pemuda hadir sebagai pengganti sosok ayah yang di dalam keluarga harus memimpin
dan tegas. Sejak dulu ketika Lima hanya mendengarkan kata-kata dari ibu, ia
menganggap ibulah yang paling sempurna. Kesempurnaan itu hilang, tokoh pemuda
menggantikan posisi ibunya secara tidak langsung karena ketika pemuda bebicara
kepada Lima orang-orang disekitar Lima ingin menghajar pemuda tersebut, tetapi
Lima melindungi pemuda tersebut, dan menangis semalaman hingga tertidur di
pundak pemuda itu. Ini menandakan bahwa tidak mungkin seseorang akan melindungi
dan tidur di pundak orang lain jikalau tidak ada hubungan atau keterkaitan
diantaranya, begitupula dengan Lima yang menemukan sosok ibunya dulu pada
pemuda itu.
·
Dari
segi sosial, kurangnya pergaulan lima dengan laki-laki mengakibatkan ia
kehilangan sosok pemimpin di dalam keluarga. Semua beban batin ia anggap sama
seperti ibunya yang menjadikan ia dua sosok yang sama yaitu bapak dan ibu. Sehingga
ketika di munculkannya sosok pemuda ini, maka cerita selesai.
·
Pemuda
pemabuk yang dimunculkan oleh pengarang sangat menarik karena pada dasarnya
orang yang sedang mabuk prilaku yang muncul ialah benar-benar jujur dan apa
adanya karena ketika mabuk kita tidak sadar dengan apa yang kita lakukan, sebab
kognitif kita tidak berfungsi dengan baik, bukan tidak berfikir tetapi kita
dapat berfikir apabila adannya stimulus dan si pemabuk akan merespon dengan
cepat dan jujur apa adanya.
·
Cerpen
ini sangat sederhana, karena kesederhanaan itu kita tidak meduga seorang tokoh
yang dipandang buruk bisa menjadi seorang pahlawan di mata orang lain. Dan
cerpen ini dapat dikaji dengan berbagai penafsiran yang berbeda-beda bergantung
pada setiap tujuan yang ingin di capai oleh si penganalisis.
3. Menurut Anda, apakah ada kelemahan pada cerpen tersebut ? Jika
ada, uraikan dan beri alasan Anda.
·
Ada beberapa
tanda baca yang tidak biasa dan beberapa kata-kata yang dipenggal menjadi
sebuah kalimat yang tidak legkap hanya terdiri dari satu,dua dan tiga kata. Paragraf
ketiga “……terlukis di langit berlama-lama. Entah mengapa. Lima sangat
menyukai…….”.
·
Ada beberapa
kata yang diksinya kurang tepat karena kata tersebut tidak baku seperti, paragraf
pertama “Dia akan menyalakan sebatang lilin yang di taruh di teras
rumah…”, paragraf ke delapan “Bahkan mereka sudah patungan dengan
harta mereka…..”.
·
Pencerita
adalah orang ketiga/diaan yang seharusnya diciptakan oleh pengarang sebagai
orang yang maha mengetahui tetapi dalam cerpen “Lima” ini tidak menunjukan
demikian, karena pencerita tidak menceritakan tokoh-tokoh, latar dalam cerpen
“Lima” secara khusus/spesifik, seperti : apa yang menyebabkan Lima buta ? apa
yang menyebabkan ibunya meninggal ? , dan sebagainya.
·
Ada
beberapa unsur yang tidak logis dalam cerpen “Lima” seperti, Lima yang tidak
buang hajat selama satu tahun.
·
Konflik yang
terjadi pada Lima yakni perasaan kesendirian karena kesedihan yang ia pendam dan
ia tidak berusaha melakukan apa pun untuk mengobatinya, hanya melamun dan
berdiam diri. Seharusnya, pengarang menampilkan unsur spiritual dan unsure yang
mendukung lainnya, sebagai usaha untuk mengobati kesedihan dan kesendirian yang
terjadi pada Lima.
Kesimpulan :
·
Karya
yang indah dalam menceritakan sebuah kesedihan yang berangsur-angsur diingat. Dan
menampilkan konflik yang kompleks, konflik yang dimunculkan oleh pengarang
bukan antara dua orang tetapi menampilkan konflik batin dalam tokoh utama tersebut
(satu orang) yaitu Lima.
·
Perkembangan
seorang anak yang dipengaruhi siapa yang berperan dalam mengasuhnya, dan
bagaimana interaksi sosial disekitarnya. Yang diceritakan ini bahwa tokoh Lima
yang kurang besosialisasi karena tidak di ceritakan ayah dan
saudara-saudaranya, khususnya berinteraksi dengan laki-laki, yang
berkemungkinan Lima merindukan sosok seorang ayah.
·
Kebutuhan
yang harus diperhatikan setiap orang tidak hanya berfokus pada fisiknya semata,
tetapi ada yang jauh lebih penting daripada itu adalah hati/perasaan. Untuk
mengerti kebutuhan fisik itu akan gampang terlihat berbeda dengan hati
/perasaan kebutuhannya yang harus kita amati dan rasakan belum tentu sama, tapi
dengan adannya anugrah akal kita dapat berfikir mana kebutuhan yang sesuai
dengan hati/perasaan kita. Dan mendapatkan seseorang yang dapat memahami
hati/perasaan kita itu tidaklah mudah tetapi siapapun mempunyai kemungkinan
tersebut.
·
Mengapa
dengan kesedihan bisa belajar dewasa? Karena kesedihan merupakan gejolak batin
yang membuat kita terus belajar. Orang yang sehat mentalnya adalah ketika
kesedihan datang maka orang tersebut akan siap jika suatu kejadian yang tidak
terduga mengancam. Pada orang yang sukses terus tanpa pernah mendapatkan kegagalan
atau kekurangan, saat ia mengalami kesedihan itulan titik dimana mental akan
hancur seketika. Berbeda pula yang sering dilanda kesedihan dan bisa mengatasi
dengan baik kesedihan itu secara positif
dan diterima norma masyarakat yang berlaku. Maka semakin tinggi tingkat mental
seseorang, ketika ia gagal maka ia akan cepat bangkit kembali.
·
Keadaan ‘buta’
yang dialami Lima menjadi hal menarik. Karena ‘buta’ dapat memiliki dua makna
yaitu tersurat buta fisik (sesungguhnya) dan tersirat buta hati dan perasaan.
Jadi, cerpen “Lima” ini dapat kita maknai “lebih baik buta fisik daripada buta
hati dan perasaan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar