Pogi yang
Malang
Pogi
adalah pemuda yang malas. Kerjanya hanya makan, tidur, dan bermain-main. Ayah
dan ibunya tidak melarang sebab mereka adalah keluarga kaya. Apa saja kemauan
Pogi selalu dituruti.
Suatu
pagi, Pogi pergi bermain ke hutan. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan
seorang pengembara yang membawa lima karung yang berat.
”Hai,
pemuda ! Maukah kau menolongku membawa karung ini ke kota ? ”tanya pengembara itu.
Pogi
pura-pura tidak mendengar. Ia tetap berjalan perlahan sambil mengamati tumbuhan.
”Nak, aku
akan memberimu salah satu dari kantong ini. Silahkan pilih!”
Pogi
masih pura-pura tidak mendengar. Huh! Tadi minta tolong sekarang malah mau
memberi karung. Paling-paling isinya Cuma sampah, bati Pogi.
” Anak
muda, karungku yang bertali merah ini berisi ramuan obat segala penyakit,
sedangkan yang bertali biru berisi bibit padi segala musim. Atau kamu mau
karung dengan tali berwarna putih? Ini berisi kain sutera pilihan, yang bertali
hijau berisi aneka macam penyedap masakan, dan yang berwarna kuning berisi emas
permata. Nah, pilihlah salah satu!”
”Ah,
baiklah.”kata Pogi semangat. ”Aku pilihyang berwarna kuning aja.”
”Apakah
kamu yakin karung ini membawa keberuntungn bagimu?”
”Sangat
yakin. Sudahlah, cepat berikan. Aku tidak sabar membawanya pulang .”omel Pogi .
Pengembara
itu menyerahkan karung yng bertali kuning. Pogi langsung membawa karung itu
pergi tanpa berterima kasih. Setelah agak jauh, dibukanya karung itu. Ah,
betapa gembiranyaPogi saat melihat banyak emas di dalamnya. Pogi lalu melanjutkan
perjalanan pulang.
Tiba-tiba...
”Pokoknya
kalau bertemu orang kaya, kita rampok saja.” kata salah satu orang.
Pogi yang
mendengar suara itu, cepat-cepat bersembunyi. Setelah kedua orang itu berlalu,
Pogi segera keluar dari persembunyiannya. Ia meneruskan dengan tergesa-gesa dan
takut. Sampailah Pogi di tepi sungai. Di tempat penyeberangan itu tampak sepi.
Hanya ada tiga penarik perahu.
”Sepi
sekali hari ini.”ujar yang bertubuh paling kecil.
”Benar
tidak seperti bisanya.” jawab yang berambut keriting.
”Bagaimana
kalau kita rampok saja orang yang menyeberang dengan perahu kita ini ?” tanya
yang bertubuh kekar.
Ketiga
penarik perahu tertawa terbahak-bahak. Mendengar hal itu Pogi semakin
ketakutan. Diambilnya jalan pintas. Pogi berenang menuju ke seberang sungai.
Sesampainya di tengah sungai, seekor buaya menuju ke arahnya.
Tanpa
ragu-ragu, Pogi memukul moncong buaya itu dengan karung yang dipanggulnya.
Buaya itu malah membuka moncongnya. Pogi tak banyak berpikir. Dilemparnya
karung berisi emas itu ke arah buaya. Lemparan tepat sekali. Buaya itu
kesulitan mengunyah karung. Pogi merasa musuhnya lengah. Ia berenang ke tepian
secepatnya.
Sejak
kejadian itu, Pogi menjadi sadar., ternyata emas tidak mendatangkan
keberuntungan baginya. Justru mendatangkan bahaya. Sejak itu Pogi menjadi rajin
dan bijaksana.
Sumber : Aku Cinta Bahasa
Indonesia kelas IV , Tiga Serangkai
Air Mata Emas
konon ada sebuah sumur ajaib.
Letaknya di tengah hutan. Bila kita meninginginkan sesuatu, kita
tinggal melempar sekeping uang emas ke dalamnya sambil mengucapkan keinginan
kita. Niscaya permintaan kita akan terkabul. Tidak semua orang percaya hal
tersebut. Namun, bagi Anisa hal itu mungkin saja terjadi. Ia percaya keajaiban
bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
Anisa adalah anak seorang tukang
kayu. Telah lama ia berangan-angan jika suatu saat nanti ia mempunyai uang
emas, ia akan meminta rumah yang bagus. Bagi Anisa memperoleh uang emas
tidaklah mudah. Ia buka anak orang kaya. Tapi ia bukan seorang anak yang
pemalas. Ia yakin bahwa suatu saat ia akan memperoleh uang emas jika ia mau
bekerja keras.
Anisa lalu bekerja sebagai pelayan
di rumah seorang bangsawan. Setiap hari ia selalu memberinya sekeping uang
emas. Walaupun majikannya hanya memberinya sekeping uang emas, Anisa sangat
gembira. Dengan bersemangat ia kemudian pergi ke sumur ajaib.
Sepanjang perjalanan Anisa dengan
sangat hati-hati menggenggam uang emas itu. Uang itu digenggamnya erat-erat di
tangan kanannya. Ia takut uangnya jatuh. Jika uang itu jatuh pupuslah
harapannya.
Di tengah perjalanan Anisa bertemu seorang
pedagang keliling. “ hendak pergi ke mana Anak Manis?” sapa si pedagang.
“Saya
mau pergi ke sumur ajaib,” jawab Anisa agak gugup.
“Apakah
kamu punya uang emas?” tanya pedagang itu.
“Ya,
tapi hanya sekeping,” jawab Anisa jujur.
“Mengapa
kau menyia-nyiakan uangmu? Di sana uangmu takkan menjadi apa-apa. Lebih baik
uangmu kau belikan sisir ini saja,”bujuk pedagang itu yang ternyata menjual
sisir. Sembari berkata demikian si pedagang menunjukkan sebuah sisir yanga
sangat indah pada Anisa.
Anisa tampak takjub. Belum pernah ia
mellihat sisir seindah itu. Hampir saja ia tergoda hendak membeli sisir itu. Namun, ia
segera ingat bahwa ia harus menyimpan uangnya untuk sumur ajaib.
Anisa lalu melanjutkan
perjalanannya. Lalu ia betemu dengan seorang laki-laki yang sedang membuat
pipa.
“Kau
mau ke mana, Anak Manis?” tanya orang itu.
“Saya
akan pergi ke sumur ajaib untuk melempar sekeping uang emas, Pak,”jawab Anisa
lugu.
Orang itu segera menawarkan pipa
buatannya yang berukir indah kepada Anisa.
“Pipa
ini sangat cocok untuk ayahku,” gumam Anisa. Tetapi lagi-lagi Anisa
menggelengkan kepalanya dan kembali meneruskan perjalanannya.
Tak
lama kemudian Anisa bertemu dengan seorang wanita miskin dengan tiga anak yang
kurus-kurus.
“Oh,
Anak Manis, aku tak lagi mempunyai uang untuk membeli makanan. Padahal
anak-anaku sedang kelaparan, keluh wanita itu mengiba.
Kali
ini tanpa berpikir panjang, Anisa memberikan sekeping uang easnya kepada wanita
miskin itu. Wanita itu sangat berterima kasih pada Anisa. Setelah menerima uang
dari Anisa bersama tiga anaknya wanita itu bergegas pergi untuk membeli makanan.
“Ya,
sudahlah. Uangku sekarang sudah habis. Tak apalah. Tapi aku sudah terlanjur ke
sini. Setidak-tidaknya aku dapat melihat sumur itu, pikir Anisa seperginya
wanita malang dan tiga anaknya.
Tiba
si sumur ajaib, Anisa menatap ke dalam sumur. Tidak terlihat apa-apa hanya
gelap. Saat itu ia teringat semua keinginannya. Tanpa disadarinya ia meneteskan
air mata. Dan tanpa ia ketahui, air matanya berubah berkilau sebening emas.
Jadilah air mata itu emas saat jatuh ke
dalam sumur itu. Tanpa sadar Anisa membisikkan keinginannya untuk mendapat rumah yang indah dan
uang untuk bekal hidupnya. Setelah itu ia bergegas pulang.
Sesampai
di rumah, alangkah terkejutnya Anisa. Rumahnya yang semula sangat sederhana
kini telah berubah menjadi sebuah rumah besar dan indah lengkap dengan
hiasan taman di sekelilingnya. Di depan rumah, keluarga Anisa telah menanti
kedatangannya. Mereka pun berpelukan dengan sangat bahagia. Namun, Anisa tak
pernah tahu air mata emasnyalah yang membuat semua impiannya terwujud.
(Sumber
: Yunior, edisi 274 Tahun ke- 6 Minggu, 20 Juli 2006)
KISAH
CINDERELLA
Pada zaman dahulu kala,ada seorang gadis yang
baik hati bernama Cinderella.Dia sangat baik hati dan cantik.tetapi
sayang,ayahnya telah meninggal dunia.dan sepeninggal ayahnya ia tinggal bersama
ibu dan saudara tirinya.setiap hari ia disiksa,dengan cara disuruh mencuci
piring,mengepel lantai dan melayani mereka.
Walaupun begitu Cinderella tetap percaya bahwa
suatu hari ia akan hidup bahagia.Suatu hari,seorang pangeran ingin mencari
permaisuri maka diadakanlah sebuah pesta dansa besar di istana, tetapi
Cinderella tidak diijinkan untuk ikut. Tetapi, Ibu Peri datang dan menolongnya.
Cinderella pun disulap menjadi seorang putri cantik. Di istana, sang pangeran
jatuh cinta pada Cinderella, lalu mengajaknya berdansa. Cinderella jadi lupa,
bahwa ia tak boleh pulang lebih dari jam 12, karena pada jam itu semua sihir
Ibu Peri berakhir. Denting lonceng pukul 12 terdengar, dan Cinderella berlari.
Tak terasa, sebelah sepatu kacanya terlepas dan
tercecer di tangga istana. Sang pangeran memungutnya, dan mengumumkan
barangsiapa kakinya pas dengan sepatu itu, siapapun dia, akan dia jadikan
isteri. Namun, sepatu itu tidak pas di kaki siapapun yang mencobanya, termasuk
2 kakak tiri Cinderella. Cinderella lalu ikut mencoba, dan kakinya pas!
Cinderella akhirnya menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya.
KISAH
POHON APEL
Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel
yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di
sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta
memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya diaberistirahat lalu terlelap
di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat
permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.
Masa berlalu… anak lelaki itu sudah besar dan menjadi
seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di
sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon
apel tersebut dengan wajah yang sedih. “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,”
ajak pohon apel itu.” Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain
dengan engkau,” jawab remaja itu.” Aku mau membeli permainan. Aku perlukan uang
untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu
berkata, ”
Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada
padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan
yang kauinginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel
dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel
itu merasa sedih. Masa berlalu…Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin
dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira.”Marilah
bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.”Aku tiada waktu untuk
bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai
tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkahkau menolongku?” Tanya anak itu.”
Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi
kauboleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah
daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan.Lalu, remaja yang semakin
dewasa itu memotong kesemua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya.
Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiann dia merasa sedih karena
remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang
menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah
bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.”Marilah
bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.” Maafkan aku, tetapi aku
bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa.
Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat.
Bolehkah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.”
Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada
kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan
dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu.Lelaki itu merasa amat
gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ
dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu
hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pohon apel itu.
Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.”
Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi
untukdiberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku
untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul
dengan akaryang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.”
Aku tidak mau apelmu kerana aku sudah tiada
bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu kerana aku sudah tua untuk
memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu kerana aku berupaya untuk belayar
lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.”
Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohonapel
itu.Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohonapel itu dan
beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.
Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang
dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bila kita masih
muda, kita suka bermain dengan mereka.Ketika kita meningkat remaja, kita
perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan
hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu,
mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira
dalam hidup.Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap
pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan
anak-anak masa kini melayani ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapak kepada
kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari
bapa setiap tahun.
AKIBAT TIDAK PATUH PADA NASEHAT
Membuka cerita
1.Adakan tanya jawab dengan anak-anak, tentang tumbuhan dan binatang apa saja
yang ada di dalam laut, baik dari pengamatan langsung maupun film dokumenter.
2.Simulasi : Anak-anak menjadi batu karang yang tenang.
Tersebutlah kisah seekor anak ikan badut dan induknya yang berwarna
belang-belang kuning dan putih. Mereka sedang berenang dalam lautan. Sambil
berenang, induk ikan mengajarkan anak kesayangannya bagaimana cara menjaga
keselamatan diri dalam kehidupan di laut. “nak, Ibu akan jelaskan keadaan
bahaya apa saja yang akan selalu kita hadapi.
Penutur cerita : memunculkan suara air, gelembung dan ombak.
Anak ikan bertanya, “bunda masih banyakkah yang belum ananda ketahui?”.
Penutur cerita:
1.Bersuara kecil dan ketus
2.Gerak dan ekspresi; berputar-putar menjelajahi panggung cerita, dengan riang
dan bergerak bebas.
Induk ikan berkata, “wahai anakku yang kukasihi
ada hal yang sangat penting yang akan ibu sampaikan…..para ikan yang pandai dan
berpengalaman, selalu memberitahukan kepada seluruh warga laut adanya suatu
bahaya besar. Ibu berharap ananda memperhatikan apa yang ingin ibu katakan.
Suatu hari nanti ananda akan diuji godaan-godaan yang menipumu. Ananda akan
berjumpa seekor cacing yang sungguh enak…dan diujungnya ditusuk oleh mata kail
serta diikat pada tali yang tidak tampak oleh mata biasa.
Cacing itu sungguh menggiurkan dan lezat sehingga ananda tidak berpikir tentang
apapun kecuali ingin menikmati makanan tersebut.Tetapi ananda harus ingat
cacing itu adalah tipu muslihat manusia yang akan menculik ananda ke alam lain
yang penuh sengsara.”
Penutur cerita :
1. Suara besar, halus, cemas
2. Gerak berputar menjelajahi panggung, dengan mata focus ke titik tertentu (
posisi anak ikan )
3. Alat bantu selendang sebagai sirip.
“Alam apa itu ibu?” Tanya anak ikan
Penutur cerita: kurang memperhatikan
“Jika ananda masuk ke perangkap manusia
itu,leher nanda akan ditarik oleh besi yang melengkung tajam dan ananda akan
merasa kesakitan saat mulut ananda terkait. Kemudian manusia akan menarik
ananda ke permukaan laut, ananda akan dicampakkan seperti sampah di perahu
mereka dan ananda akan merasa panas karena ananda bukan lagi dikelilingi oleh
air laut tetapi oleh udara.
Penutur cerita : Peragakan ekspresi ketakutan, adegan ditarik dengan pancingan,
ketegangan saat mengalami kebutaan.
Kemudian mereka akan membawa ananda ke pasar
dan menjual ananda. Manusia akan menusuk-nusuk badan ananda sebelum ada yang
membawa ke rumah mereka.
Penutur cerita : menggambarkan kebengisan nelayan dan pembeli ikan di pasar.
“Siksaan mereka belum selesai. Manusia itu
mengiris daging, memberi garam. Aduh pedihnya ! Ibu tidak dapat bayangkan.”,
kata induk ikan sambil tunduk ketakutan. “Setelah dibolak-balikan, ananda akan
melihat minyak yang panas, percikannya akan menghancurkan kulit ananda yang
halus. Kemudian manusia akan memasukkan ananda ke dalam minyak yang panas itu,
sehingga daging dan kulit ananda hancur berubah warna.”
Penutur memperagakan ikan yang kepanasan serta teriakan-teriakan yang sangat
kepanasan.
“Akhirnya, ananda akan dimakan oleh manusia
yang tidak mengenal belas kasihan. Semua siksaan itu berawal dari godaan cacing
tadi. Ibu berpesan agar ananda ingat dan berhati-hati di laut lepas ini.”
Penutur memperagakan seorang laki-laki rakus sedang makan ikan dan hanya
tersisa tulangnya saja. Juga memperagakan ulah ketakutan induk ikan dengan
tertunduk dan menangis tersedu-sedu.
Anak ikan hanya mengangguk-anggukan kepalanya,
dalam hatinya masih tidak yakin karena belum pernah ketemu cacing yang seperti
itu. “Ah, ibu penakut, dikiranya aku ini bodoh dan tidak bias mengurus diriku
sendiri.”
Penutur cerita memperagakan anak ikan berjalan bolak-balik dengan riang dan
ekspresi angkuh.
Suatu hari, anak ikan ini bermain-main dengan
teman-temannya. Mereka melihat seekor cacing yang tampak besar dan menggiurkan.
Penutur menggambarkan dan mengekspresikan secara dramatis, dengan gerakan tangan
dan tubuh yang menggambarkan betapa besar dan lezatnya cacing tersebut.
Semua ikan-ikan itu, telah mendengar cerita
dari orangtua masing-masing, cuma baru sekarang melihatnya sendiri.
Masing-masing menolak satu sama lain dan saling melarang temannya agar tidak
pergi memakan cacing itu.
Penutur memperagakan adegan saling dorong-mendorong, tarik-menarik antara ikan
yang ingin makan cacing dan ikan yang ketakutan.
“Akhirnya, si anak ikan yang tidak yakin dengan
cerita ibunya tadi, berkata : “ah, masak benar kata-kata ibuku, makanannya
selezat ini tidak akan mendatangkan apa- apa kecuali perut akan kenyang.
Penutur memperagakan kesombongan anak ikan saat berenang mendekati cacing
dengan angkuhnya.
Setelah anak ikan itu membuka mulutnya
lebar-lebar, dan dengan rakusnya ia makan cacing itu. Tiba-tiba, mulut dan
lehernya terasa kesakitan sekali. Setelah berusaha keras mempelepaskan diri, si
anak ikan tadi menyesal dan sedih, karena sekarang dia tahu apa yang
dikatakannya ibunya memang benar. Tetapi segalanya, sudah terlambat, karena dia
tidak patuh pada nasehat ibunya.
Penutur memperagakan usaha melepaskan mata cacing dari leher, teriakan meminta
tolong dan kepanikan penuh penyesalan.
MEMBACA KRITIS
Uraian membaca kritis termasuk membaca dalam hati dengan
cara membaca intensif yang lebih menekankan pada membaca telaah isi. Dengan
demikia membaca kritis merupakan salah satu keterampilan berbahasa,
yang bertujuan untuk menemukan gagasan isi bacaan secara kritis yang tersurat
maupun yang tersirat dalam bacaan yang disajikan oleh penulis. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Tarigan (1986 : 64) bahwa, “Membaca kritisatau
reading for understanding yang dimaksud di sini adalah sejenis membaca yang
bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis,
drama tulis, dan pola-pola fiksi”. Melalui membaca pemahaman, untuk
memahami gagasan yang tersirat maupun yang tersurat dalam bacaan diperlukan
pengalaman, pengetahuan yang luas yang terlibat secara kritis dari pembaca.
Oleh sebab itu keberhasilan kemampuan membaca kritispada siswa sangat
tergantung pada pengalaman, pengetahuan serta teknik membaca. Pembaca dalam
membaca kritisbukan berarti dituntut untuk menghafal kalilmat demi kalimat
dalam bacaan tersebut,dituntut untuk mengetahui dan mengingat hal-hal pokok
serta perincian penting yang ada hubungannya dengan bacaan. Dengan demikian,
membaca kritismenuntut ingatan agar memahami isi bacaan terdebut secara
mendasar yang akhirnya mengerti, kemudian dapat menerapkan dan menggunakan
dengan baik.
Kemampuan membaca kritis merupakan seperangkat keterampilan dalam
memperoleh pengetahuan sebagai akibat memberikan kesempatan pada orang lailn
untuik memperoleh informasi dari bahasa tulis.
1.
Langkah-Langkah Kegiatan Membaca Kritis
Setiap guru bahasa Indonesia
haruslah dapat membantu serta membimbing para siswa untuk mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan –keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca
pemahaman, yaitu sebagai berikut.
a.
Peranan guru membantu siswa memperkaya kosa
kata, sebagai berikut.
1)
Memperkenalkan sinonim, antnonim, frasem dan
kata-kata berdasar sama
2)
Memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan,
sisipan dan akhiran.
3)
Memperkirakan makna kata yang abstrak dengan
bahasa daerah.
4)
Kalau perlu menjelaskan arti kata yang abstrak
dengan bahasa daerah.
b.
Guru dapat membantu para siswa untuk memahami
makna struktur kata, kalimat dan sebagainya disertai latihan seperlunya.
c.
Kalau perlu guru dapat memberikan serta
menjelaskan wawasan pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, peribahasa,
dan lain-lain dalam bahasa daerah atau bahasa para ibu siswa.
d.
Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman
para siswa dengan berbagai cara sebagai berikut.
1)
Mengemukakan berbagai jenis pertanyaan terhadap
kalimat yang sama;
2)
Mengemukakan pertanyaan, yang jawabannya dapat
ditemukan oleh para siswa secara verbetain (kata demi kata) dalam bahan bacaan.
3)
Menyuruh siswa membuat rangkuman atau ikhtisar
suatu paragraf. Rangkuman tersebut haruslah mencakup ide-ide penting dalam
urutan yang wajar.
4)
Menanyakan ide-ide pokok suatu paragraf
5)
Menyuruh para siswa untuk menemukan kata-kata
yang melukiskan seseorang atau proses yang menyatakan bahwa orang beraktivitas : seperti bergegas, marah,
dan sebagainya.
6)
Menunjukkan kalimat-kalimat yang kurang baik
letaknya, dan menyuruh para siswa untuk menempatkan pada tempat sesuai
susunannya.
e.
Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para
siswa, dengan cara sebagai berikut :
1)
Membaca dalam hati hendaknya diukur sesuai
waktu membaca tersebut;
2)
Diusahakan agar waktu semakin bertambah
singkat, efesien secara teratur.
3)
Harus dihindari gerakan-gerakan bibir pada saat
membaca dalam hati, hal ini tidak baik dan tidak perlu dilakukan oleh para
siswa.
Agar usaha meningkatkan efektivitas
pembelajaran membaca kritisitu tercapai sesuai dengan yang diharapkan,
diperlukan adanya langkah-langkah pembelajaran yang tepat. Langkah-langkah
dalam pembelajaran membaca kritis dapat dilaksanakan sebagai berikut.
a)
Memeriksa bahan bacaan yang akan dibaca siswa
secara menyeluruh pemeriksaan menyangkut kata-kata yang memungkinkan siswa
belum mengerti. Apabila dibiarkan maka siswa mengalami kesuliltan pemahaman
kalimat atau bacaan kalimat.
b)
Meneliti bahan bacaan dengan teliti dengan cara
melihat bagian-bagian penting antara lain : judul, subjudul, daftar isi, dan
kata pengantar.
c)
Membaca isi bacaan itu secara sepintas atau
sekilas.
d)
Mempersiapkan diri untuk membaca secara
mendalam atau secara intensif dengan cara memusatkan pikiran atau konsentrasi.
e)
Membaca isi bacaan secara mendalam dengan jalan
memahami isi bacaan, kalimat dalam satu paragraf demi paragraf dalam satu
bacaan serta keseluruhan bacaan.
f)
Berfikirlah secara kritis, lebih mengutamakan
pemahaman isi bacaan daripada hafalan.