2010 : Dikala duka melanda ia selalu ada. Hadir dengan berbagai kebahagiaan. Mengenakan dunia baru bagiku. Mengantar aku dan teman dengan sukarela selayaknya sahabat dan kakak yang selalu mengayomi adikknya. Terlalu banyak kebahagiaan yang ia tebarkan di kehidupan ku hingga aku tak bisa menceritakkannya harus dari mana. Dan terlalu banyak kesalahan yang ku perbuat pun menjadi aku bungkam seribu bahasa untuk melebarkannya.
2014: Pelukan Ibu yang selama ini kurindukan seperti terwakili. Bukan hanya haru tapi dekapan ini seperti menarikku agar aku menguak seluruh kisah 4 tahun lalu. "Sabar yah, maafkan anak Ibu". Mengadu emosi seketika, sesak menghantam dab menimbulkan panas di kelopak mata dan akhirnya air itu terjatuh hari ini. Hari di mana Ia bahagia telah memilih pasangannya. Semua kesalahan ku menutup mulutku untuk menjawab perkataan Ibu. Jika aku bisa berkata, "bukan Anak Ibu yang salah selama ini tapi aku yang salah, dan ini sudah menjadi pilihan". Tapi satu katapun tak terungkap hanya senyum di ujung bibir yang ku tebarkan dengan melihat ke arah matanya yang mulai menitikan air itu. Coba untuk menahan hantaman ini. Yang seketika ku lihat ia menatap dan menjaga perasaan untuk pasangan hidupnya.
Maaf tidak bisa memberikan apapun di hari bahagiamu. Maaf untuk luka yang selalu ku tebar di atas seluruh kebaikanmu. Kata maaf dan tidak sepantasnya dan terus berulang maaf yang cuma aku bisa ucapkan.
Biarkanlah seluruh kenangan itu menjadi bagian dari keping kehidupan kita untuk bisa terus belajar. Dan terimakasih sudah pernah berbagi dunia dengan ku, sudah mewarnai keping hidupku 4 tahun lalu. Semoga gadis berkerudung merah, olif dan popaye selalu dapat saling mendoakan dan silaturrahmi. Amin ya Rabb..
Barakallah.
Depok, Masjid Ibadurahman, Jl. Swadaya Raya.
Minggu, 4 Mei 2014