Kamis, 30 Mei 2013

Analisis Puisi "Harimau" Karya Widji Thukul

Menganalisis Puisi "Harimau" Karya Widji Thukul dengan cara mengartikan setiap kata dalam kalimat. 

Aku pernah menyaksikan



Banyak orang mendirikan kandang



Untuk memelihara harimau



Yang mereka hidupkan dari ketakutan







Sehingga harimau itu pun




Beranak-pinak
Didalam tempurung kepalanya




Tapi aku


Ogah
Memelihara
Aku telah membakarnya



Dulu
Waktu aku bosan




Dan tak mau lagi






Ditakut-takuti


Karena geli


Dan hari ini




Aku semakin geli


Melihat orang-orang kebingungan



Karena harimau itu



Tak mampu mengaum lagi





Mungkin karena capek




Sebagai gantinya


Di mana-mana

Sekarang aku mendengar semakin banyak



Suara tawa



Tapi penguasa




Risi rupanya

Karena itu orang yang berani tertawa







Diancam dengan undang-undang subversi








Dan hukuman mati




Tapi


Meskipun para terdakwa






Sudah dimasukkan bui


Dan diadili




Suara tawa itu tak juga kunjung berhenti









Meskipun surat kabar radio dan televisi












Telah menyiarkan ke seluruh sudut negeri








Bahkan tertawa terbahak-bahak






Itu liberal

Bertentangan dengan budaya nasional




Dan merongrong stabilitas negara








Karena itu


Orang yang berbicara



Tertawa

Berpendapat

Dan berserikat



Harus mencantumkan apa azasnya





Kalau nekat


Tembak di tempat




Sekarang
Hanya hakimlah yang kelihatan tak berpura-pura






Karena kalau ia ikutan tertawa






Akan punahlah harimau



Yang tinggal satu-satunya karena itu






Harus ada yang didakwa





Dan dipersalahkan



Agar tuntutan jaksa






Nampak serius

Dan tak menggelikan


Sebab


Kalau seluruh rakyat tertawa




Dan buruh-buruh mogok kerja – apa jadinya?

Aku “yg berbicara atau yg menulis”,
pernah “sudah menjalani (mengalami dsb)”,
menyaksikan “orang yg melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian)”
Banyak “besar jumlahnya; tidak sedikit”,
orang “manusia (dl arti khusus)”,
mendirikan “memasang (meletakkan)”,
kandang “bangunan tempat tinggal binatang; ruang berpagar tempat memelihara binatang”
Untuk “kata depan untuk menyatakan bagi”,
memelihara “menjaga dan merawat baik-baik”, harimau “binatang buas, pemakan daging, rupanya spt kucing besar”

Yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, mereka “dia dng yg lain”, hidupkan “masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya (tt manusia, binatang, tumbuhan, dsb)”, dari “kata depan yg menyatakan tempat permulaan (dl ruang, waktu, deretan, dsb)”, ketakutann” perihal takut; rasa takut; keadaan takut”
Sehingga “kata penghubung untuk menandai akibat“, harimau “binatang buas, pemakan daging, rupanya spt kucing besar”,itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr pembicara”, Pun” juga atau demikian juga”
Beranak “mempunyai anak”, pinak “keturunan”
Di “kata depan untuk menandai tempat “, dalam “jauh ke bawah (dr permukaan)”, tempurung “tulang kepala (yg melindungi bagian isi kepala, terutama otak)”, kepala “bagian tubuh yg di atas leher”
Tapi “kata penghubung intrakalimat untuk menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras”, aku “yg berbicara atau yg menulis”

Ogah “tidak mau (bersedia) berbuat sesuatu”
memelihara “menjaga dan merawat baik-baik”
aku “yg berbicara atau yg menulis”, telah “sudah (untuk menyatakan perbuatan, keadaan dsb yg sempurna, lampau, atau selesai)”, membakarnya “menghanguskan (menyalakan, merusakkan) dng api”
Dulu “dua hari sebelum hari ini”
Waktu “seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung”, aku “yg berbicara atau yg menulis”, bosan “sudah tidak suka lagi krn sudah terlalu sering atau banyak; jemu”
Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, tak “tidak”, mau “sungguh-sungguh suka hendak; suka akan; sudi”, lagi “partikel yg dipakai untuk menekankan kata atau kalimat yg mendahuluinya (mengandung makna; sama sekali, betul-betul, amat sangat, dsb)”
Di “kata depan untuk menandai waktu “, takut “merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yg dianggap akan mendatangkan bencana”
Karena “kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, geli “merasa dan terasa adanya kelucuan”
Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, hari “waktu dr pagi sampai pagi lagi”, ini “kata penunjuk thd sesuatu yg letaknya tidak jauh dr pembicara”
aku “yg berbicara atau yg menulis”, semakin “kian bertambah”, geli “merasa dan terasa adanya kelucuan”
melihat “menggunakan mata untuk memandang; (memperhatikan)”, orang-orang “lebih dari satu manusia (dl arti khusus)”, kebingungan “dalam keadaan bingung (gugup, tidak tahu arah, dsb); kehilangan akal”
Karena “kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, harimau “binatang buas, pemakan daging, rupanya spt kucing besar”,itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr pembicara”
tak “tidak”, mampu “kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu; dapat”, mengaum ” berbunyi menderam (tt harimau, singa) mengeluarkan bunyi aum”, lagi “partikel yg dipakai untuk menekankan kata atau kalimat yg mendahuluinya (mengandung makna; sama sekali, betul-betul, amat sangat, dsb)”
Mungkin ”tidak atau belum tentu; barangkali; boleh jadi; dapat terjadi; tidak mustahi”, Karena “kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, capek “lelah, penat; letih; payah; lesu; tidak bertenaga”
Sebagai “kata depan untuk menyatakan hal yg serupa; sama; semacam (itu)”, gantinya “berganti; bertukar; berpindah”
Di “kata depan untuk menandai waktu “,mana-mana ”mana pun; barang apa pun; setiap”
Sekarang “waktu (masa, saat) ini “, aku “yg berbicara atau yg menulis”, mendengar “dapat menangkap suara (bunyi) dng telinga; tidak tuli”, semakin “kian bertambah”, banyak “besar jumlahnya; tidak sedikit”
Suara “bunyi yg dikeluarkan dr mulut manusia (spt pd waktu bercakap-cakap, menyanyi, tertawa, dan menangis)”, tawa “ungkapan rasa gembira, senang, geli, dsb dng mengeluarkan suara (pelan, sedang, keras) melalui alat ucap”
Tapi “kata penghubung intrakalimat untuk menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras”, penguasa “sekelompok kecil orang dl masyarakat yg melakukan semua fungsi politik, monopoli kekuasaan, dan memperoleh hak-hak istimewa”
Risi “merasa tersinggung”, rupa “keadaan yg tampak di luar”
Karena “kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr pembicara”, orang “manusia (dl arti khusus)”, yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, berani “mempunyai hati yg mantap dan rasa percaya diri yg besar dl menghadapi bahaya, kesulitan, dsb”, tertawa “melahirkan rasa gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai”
Di “kata depan untuk menandai waktu “, Ancam “menyatakan maksud (niat, rencana) untuk melakukan sesuatu yg merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain”, dengan “beserta; bersama-sama”, undang-undang “aturan yg dibuat oleh orang atau badan yg berkuasa”, subversi “gerakan dl usaha atau rencana menjatuhkan kekuasaan yg sah dng menggunakan cara di luar undang-undang”
Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, hukuman “siksa dsb yg dikenakan kpd orang yg melanggar undang-undang dsb”, mati “sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi”
Tapi “kata penghubung intrakalimat untuk menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras”

Meskipun  “kata penghubung untuk menandai perlawanan makna; walaupun; sungguhpun”, para “kata penyerta yg menyatakan, pengacuan ke kelompok”, terdakwa “rang yg didakwa (dituntut, dituduh) telah melakukan tindak pidana dan adanya cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan di muka persidangan”

Sudah “telah jadi; telah sedia”, dimasukkan “ datang (pergi) ke dl (ruangan, kamar, lingkungan, dsb)”, bui “penjara”
Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, diadili “sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak”

Suara “bunyi yg dikeluarkan dr mulut manusia (spt pd waktu bercakap-cakap, menyanyi, tertawa, dan menangis)”, tawa “ungkapan rasa gembira, senang, geli, dsb dng mengeluarkan suara (pelan, sedang, keras) melalui alat ucap”, itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr pembicara”, tak “tidak”, juga “selalu demikian halnya (kadang-kadang untuk menekankan kata di depannya)”, kunjung “pergi (datang) untuk menengok (menjumpai dsb)”, berhenti “berakhir; selesai; tamat”
Meskipun “kata penghubung untuk menandai perlawanan makna”, surat “kertas dsb yg bertulis (berbagai-bagai isi, maksudnya)”, kabar “laporan tt peristiwa yg biasanya belum lama terjadi”, radio “siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara”, Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, televisi “sistem penyiaran gambar yg disertai dng bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dng menggunakan alat yg mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yg dapat dilihat dan bunyi yg dapat didengar”
Telah “sudah (untuk menyatakan perbuatan, keadaan dsb yg sempurna, lampau, atau selesai)”, menyiarkan “memberitahukan kpd umum (melalui radio, surat kabar, dsb); mengumumkan (berita dsb)”, ke “kata depan untuk menandai arah atau tujuan”, seluruh “semua; segenap; seantero (menunjukkan suatu keutuhan)”, sudut “penjuru; pojok”, negeri “tanah tempat tinggal suatu bangsa”
Bahkan “kata penghubung bagian kalimat dng bagian yg lain atau kalimat dng kalimat untuk menyatakan penguatan”, tertawa “melahirkan rasa gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai”, terbahak-bahak “nyaring dan keras atau keras-keras (tt tertawa)”
itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr pembicara”, liberal “bersifat bebas”
Bertentangan “berlawanan; tidak selaras”, dengan “beserta; bersama-sama”, budaya “adat istiadat”, nasional “bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dr bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa”

Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, merongrong  “selalu mengganggu (menyusahkan dsb)”, stabilitas “kemantapan; kestabilan; keseimbangan”, negara “organisasi dl suatu wilayah yg mempunyai kekuasaan tertinggi yg sah dan ditaati oleh rakyat”

Karena “kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr pembicara”

orang “manusia (dl arti khusus)”, yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, berbicara “berkata; bercakap; berbahasa”
tertawa “melahirkan rasa gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai”
Berpendapat “prasangka; anggapan sebelumnya”
Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, berserikat “bersatu merupakan perkumpulan (gabungan, ikatan, dsb)”
Harus “wajib; mesti (tidak boleh tidak)”, mencantumkan “merapatkan supaya bertaut; menautkan”, apa “kata tanya untuk menanyakan nama (jenis, sifat) sesuatu”, azasnya “dasar (sesuatu yg menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat)”
Kalau “kata penghubung untuk menandai syarat”, nekat “berkeras hati; dng keras atau kuat kemauan”
Tembak “melepaskan peluru dr senjata api (senapan, meriam)”, di “kata depan untuk menandai waktu “,mana-mana ”mana pun; barang apa pun; setiap”, tempat “ruang (bidang, rumah, daerah, dsb) yg didiami (ditinggali) atau ditempati”
Sekarang  “waktu (masa, saat) ini; kini”
Hanya “Cuma”, hakim “orang yg mengadili perkara”, yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, kelihatan “terlihat; dapat dilihat; tampak”, tak “tidak”, berpura-pura “tampak berbuat (bekerja, melakukan, dsb), tetapi sebenarnya tidak berbuat atau tidak berniat berbuat; berbuat seolah-olah; berlagak”
Karena “kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, kalau “kata penghubung untuk menandai syarat”, ia “orang yg dibicarakan, tidak termasuk pembicara dan kawan bicara; dia”, ikutan “yg diikuti; yg dianut”, tertawa “melahirkan rasa gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai”,
Akan “(untuk menyatakan sesuatu yg hendak terjadi, berarti) hendak”, punah “habis semua hingga tidak ada sisanya; benar-benar binasa”, harimau “binatang buas, pemakan daging, rupanya spt kucing besar”
Yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, tinggal “masih tetap di tempatnya dsb; masih selalu ada (sedang yg lain sudah hilang, pergi, dsb)”, satu-satunya  “hanya satu, tiada yg lain”, karena “kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan”, itu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yg jauh dr pembicara”

Harus “wajib; mesti (tidak boleh tidak)”,
Yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, ada “hadir; telah sedia”, yang “kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan atau dibedakan dr yg lain”, dakwa “tuduhan”
Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, dipersalahkan “tidak benar; tidak betul”

Agar “ata penghubung untuk menandai harapan; supaya”, tuntutan “meminta agar (terdakwa) dihukum”, jaksa “pejabat di bidang hukum yg bertugas menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dl proses pengadilan thd orang yg diduga melanggar hukum”

Nampak “dapat dilihat; kelihatan”, serius “sungguh-sungguh”
Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, tak “tidak”, menggelikan “menimbulkan rasa geli”
Sebab “hal yg menjadikan timbulnya sesuatu; lantaran; karena; (asal) mula”
Kalau “kata penghubung untuk menandai syarat”, seluruh “semua; segenap; seantero (menunjukkan suatu keutuhan)”, rakyat “penduduk suatu negara”, tertawa “melahirkan rasa gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai”
Dan “penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda”, buruh-buruh “orang yg bekerja untuk orang lain dng mendapat upah; pekerja”, mogok “idak dapat berjalan (bekerja) sebagaimana biasanya”, kerja “kegiatan melakukan sesuatu; yg dilakukan (diperbuat)”, apa “kata tanya untuk menanyakan nama (jenis, sifat) sesuatu”, jadinya “betul-betul terjadi; menjadi kenyataan”

27 Januari 1997
Widji Thukul: Aku Ingin Jadi Peluru (baju loak sobek pundaknya)

Dalam puisi di atas sudah saya jabarkan kata perkata. Ketika membaca secara keseluruhan makna dari kata-kata tersebut menjadi lebih jelas. Sehingga membuka pandangan kita terhadap puisi ini. Puisi yang tadinya masih kurang di mengerti maksudnya, setelah di jabarkan menjadi lebih mendalam lagi. Puisi Harimau ini sangat kental sindiran dan peristiwa pada masa orde baru. Peristiwa yang wiji thukul sampai sama persis dengan kejadian yang sesungguhnya di masa orde baru. Mulai dari ketakutan-ketakutan yang ditimbulkan kepada masyarakat hingga menjadi turun temurun ke anak cucu agar tidak menentang pemerintah. Pada akhirnya ada beberapa orang sadar salah satunya wiji thukul dalam puisinya ini. Pada jaman orde baru, pemerintah sangat mengedepankan pembangunan dan kesetabilan negara. Karena waktu jaman ordeb baru ditakutkan ada kelompok lain yang ingin merebut negara ini. Hal-hal yang menyinggung pemerintah khususnya presiden akan segera ditindak lanjut secara cepat. Ketakutan yang dulunya ditanamkan oleh penguasa, semakin lama semakin berkurang bahkan banyak yang sudah sadar dan mulai menentang. Masyarakat selalu di atur dan patuh kepada pemerintah, tidak boleh ada yang menentang. Seorang wiji thukul yang bosan terus menerus ditakuti oleh pemerintah nampaknya sadar lebih cepat. Untuk ini puisi ini hadir sebagai sindiran kepada pemerintah dan menyadarkan masyarakat. Ruang gerak dalam berkarya dan mengemukakan pendapat sangatlah dibatasi oleh undang-udang, bahkan banyak yang masuk bui karena menurut pemerintah mengancam kesetabilan negara dan ada yang di tembah di tempat. Semakin lama kebohongan ini semakin terungkap, pemerintah semakin gencar mencari-cari orang bersalah. Sangat disayangkan beberapa orang yang sudah terlanjur tahu, bahwa semua itu hanya untuk menakuti. Sekarang pemerintah kehilangan senjatanya. Hanya beberapa orang yang mengerti tentang kondisi ini, kalau sampai semua tahu hal yang sebenarnya maka betapa lemahnya pemerintah.
Tawa dari puisi ini sebuah ungkapan kebebasan berekpresi melahirkan rasa gembira, senang, geli, dsb dng suara berderai. Tetapi pemerintah memberi batasan yang membuat kita menjadi hati-hati dalam mengekspresikan. Tawa di dalam puisi ini adalah sebuah kritik kepada pemerintah. Karena keritikan bersifat bebas namun, ordebaru kita tidak boleh secara bebas mengkritik tanpa ada asas yang jelas.

Puisi ini membawa pandangan kita tentang peristiwa yang terjadi pada orde baru dan membawa pelajaran terhadap pemerintah masa kini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar